Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN SAIZU Purwokerto

Edukasi Menulis Tugas Akhir EMILTA: Mendongkrak Mutu KTI Mahasiswa

Edukasi Menulis Tugas Akhir (EMILTA) Tugas akhir seperti artikel ilmiah, skripsi, risalah, tesis, hingga disertasi bukanlah hal asing bagi mahasiswa.

Editor: Editor Bisnis
ist
Prof. Dr. M. Hizbul Muflihin, M.Pd Guru Besar Administrasi Pendidikan & Pemerhati Organisasi UIN Saizu Purwokerto 

 

Oleh: Prof. Dr. M. Hizbul Muflihin, M.Pd
Guru Besar Administrasi Pendidikan & Pemerhati Organisasi UIN Saizu Purwokerto

Tugas akhir seperti artikel ilmiah, skripsi, risalah, tesis, hingga disertasi bukanlah hal asing bagi mahasiswa. Sebagai bagian dari kurikulum inti (intra-kurikuler), setiap mahasiswa wajib menempuh tugas akhir ini sebagai syarat kelulusan. 

Di sejumlah perguruan tinggi, tugas akhir memiliki bobot akademik hingga 6 satuan kredit semester (SKS). Jumlah ini menunjukkan betapa strategis dan vitalnya peran tugas akhir dalam membentuk kapasitas akademik mahasiswa.

Sejak awal masuk perguruan tinggi, mahasiswa telah mendapat informasi mengenai beban tugas akhir melalui buku pedoman akademik. Oleh karena itu, sudah seharusnya mahasiswa menyiapkan diri secara matang dan maksimal agar mampu menyelesaikannya dengan baik. 

Tugas akhir tidak sekadar formalitas administratif, tetapi cermin kemampuan berpikir kritis, metodologis, dan sistematis seorang calon sarjana.

Menentukan Arah: Kompas Penulisan Tugas Akhir

Tugas akhir termasuk dalam kategori Karya Tulis Ilmiah (KTI), yaitu hasil kerja akademik yang diwujudkan melalui kegiatan menulis dengan pendekatan ilmiah. Label "ilmiah" menuntut mahasiswa untuk menulis sesuai dengan tata tulis, kaidah, dan standar akademik yang berlaku secara umum maupun khusus di institusi tempatnya belajar.

Karya ini bukanlah kegiatan menulis biasa, tetapi hasil dari kolaborasi ilmu, nalar, dan struktur logika yang telah ditempa selama kuliah. Ada empat mata kuliah krusial yang berperan besar dalam menunjang kualitas tugas akhir, yaitu:
Mata kuliah keprodian (kekhususan program studi), Bahasa Indonesia, Metodologi Penelitian, dan Statistika.

Melalui mata kuliah keprodian, mahasiswa belajar memotret realitas di lapangan (das Sein) dan mengaitkannya dengan teori yang telah teruji (das Sollen). Inilah landasan untuk merumuskan masalah dan menyusun judul yang relevan, bukan sekadar hasil "mencontek" judul dari internet.

Tantangan Nyata: Kerikil dalam Penulisan Karya Ilmiah

Menyusun karya tulis ilmiah membutuhkan pemahaman mendalam tentang kaidah akademik. Setiap skripsi, tesis, atau artikel ilmiah harus bersifat orisinal, berbasis teori, dan disusun secara sistematis dengan gaya bahasa akademik.

Pada titik ini, kemampuan bahasa menjadi sangat penting. Mata kuliah Bahasa Indonesia berperan besar dalam mengasah nalar kebahasaan yang ilmiah mampu merangkai kalimat utama dan pendukung secara logis dan berkesinambungan.

Namun, masih banyak mahasiswa yang kurang cermat dalam hal teknis seperti penulisan kutipan. Misalnya, kutipan langsung kurang dari empat baris seharusnya dimasukkan dalam teks utama, sementara kutipan lebih dari empat baris ditulis terpisah dengan jarak 1 spasi dan menjorok ke kanan (sekitar 1,27 cm).

Penempatan nomor kutipan pun seringkali salah ditaruh setelah frasa "sebagai berikut", bukan di akhir kalimat yang dikutip. Selain itu, banyak mahasiswa belum mampu menyusun paragraf hasil kutipan dengan pendekatan berpikir deduktif, induktif, atau komparatif.

Hal ini menunjukkan pentingnya pelatihan dan pemahaman lebih dalam terhadap struktur logika penulisan ilmiah. Dalam bab metodologi penelitian, kesalahan yang sering muncul adalah sekadar menyalin definisi wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi tanpa memahami fungsinya.

Padahal, metodologi adalah "alat kerja" yang seharusnya dipilih secara selektif, dijelaskan alasannya, dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

Peran Strategis Dosen Pembimbing

Kehadiran dosen pembimbing sangat menentukan arah dan mutu tugas akhir mahasiswa. Dosen adalah akademisi dengan kompetensi berpikir ilmiah dan kemampuan analitis yang mumpuni. Oleh karena itu, peran dosen pembimbing bukan hanya memberi arahan teknis, tetapi juga mendorong mahasiswa berpikir kritis dan sistematis, khususnya saat membangun kerangka teori pada Bab II.

Kajian teori yang disusun secara mendalam dan rinci akan mempermudah mahasiswa dalam menyusun indikator, deskriptor, hingga instrumen penelitian. Di sinilah fungsi pembimbing sangat strategis mengarahkan, mengoreksi, serta menuntun mahasiswa memahami logika berpikir penelitian ilmiah.

Selain itu, secara administratif dosen pembimbing memperoleh honorarium sebagai bentuk penghargaan atas jerih payah mereka. Maka, sudah sepatutnya dosen melaksanakan tugasnya dengan cermat, serius, dan maksimal, demi menghasilkan tugas akhir berkualitas tinggi dan meminimalisasi revisi setelah ujian pendadaran.

Secara moral, dosen juga memikul tanggung jawab akademik. Dalam proses pembimbingan yang baik dan terstruktur, mahasiswa akan merasa percaya diri saat menghadapi ujian pendadaran. Jika dosen turut memberikan gambaran atau prediksi pertanyaan ujian, mahasiswa pun akan merasa lebih siap dan matang.

Melalui program Edukasi Menulis Tugas Akhir (EMILTA), diharapkan mahasiswa memiliki bekal memadai dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berkualitas. Program ini bukan hanya soal teknik menulis, tetapi mencakup keseluruhan proses akademik dari pemilihan tema, pemahaman teori, metodologi, hingga kemampuan menyusun argumentasi ilmiah.

Dengan kolaborasi yang sinergis antara mahasiswa dan dosen pembimbing, serta dukungan institusi, mutu tugas akhir mahasiswa dapat meningkat signifikan. Inilah salah satu langkah nyata untuk mendorong terciptanya lulusan yang unggul, kritis, dan mampu memberi kontribusi intelektual bagi masyarakat dan bangsa. *

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved