Wonosobo Hebat
Mulyani Sukses Ajarkan Penyandang Tuli Wonosobo Tampil di Acara PPBK Nasional 2025
Mulyani Sukses Ajarkan Penyandang Tuli Wonosobo Tampil di Acara PPBK Nasional 2025
TRIBUNJATENG.COM – Sebuah momen membanggakan terjadi pada acara penutupan Perkemahan Pramuka Berkebutuhan Khusus (PPBK) Nasional 2025 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, Senin (18/8/2025).
Penampilan Tari Ginanjar Mulyo yang dibawakan oleh siswa berkebutuhan khusus asal Wonosobo berhasil memukau penonton dan menjadi sorotan utama.
Tampil Tanpa Arahan di Panggung Nasional
Tim penari yang terdiri dari siswi SLB/B Dena Upakara dan siswa SLB/B Karya Bakti tampil dengan percaya diri meski memiliki keterbatasan pendengaran.
Biasanya, penari tuli membutuhkan kode dari pelatih yang berdiri di depan panggung. Namun kali ini berbeda. Mereka berhasil membawakan tari dengan kompak tanpa perlu isyarat langsung dari pelatih.
Keberhasilan itu tidak lepas dari bimbingan Mulyani, pelatih tari sekaligus penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia kategori Pelopor dan/atau Pembaharu 2023.
Bersama tim pengembang teknologi, ia memperkenalkan alat inovatif bernama Pragati yang membantu anak didiknya tampil maksimal di atas panggung.
Inovasi Pragati, Panduan Gerak Lewat Getaran
Pragati adalah alat bantu berupa sensor getar yang dipasang di lengan penari tuli. Alat ini dirancang untuk memberi kode perpindahan gerak tari melalui getaran, sehingga penari dapat menyesuaikan diri dengan iringan musik tanpa perlu melihat pelatih.
Inovasi tersebut merupakan hasil kerja sama Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan dengan Yulius Denny Prabowo dari Universitas Bina Nusantara, Reza Pahlevi dari Alpha Mechatronics, serta Mulyani sendiri. Kehadiran Pragati membuat penampilan tari siswa berkebutuhan khusus menjadi lebih natural dan mandiri.
Mulyani pun mengungkapkan rasa bangganya. “Saya berharap kedepan alat ini bisa diproduksi lebih banyak dengan tehnik yang lebih simpel sehingga bisa dipakai oleh penari dan pelatihnya di seluruh Indonesia,” ujarnya penuh haru.
Apresiasi dari Yayasan dan Sekolah
Keberhasilan anak-anak didik Mulyani juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Ketua Yayasan Dena Upakara, Suster Patricia PMY, menilai Pragati sebagai bukti perhatian pemerintah terhadap anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, inovasi ini bisa membuka ruang yang lebih luas bagi penyandang tuli untuk terlibat dalam pelestarian budaya.
Hal serupa disampaikan Kepala SLB/B Karya Bakti, Agustinus Suka Basuki. “Kami merasa sangat bersyukur karena anak didik kami yang meski baru pertama belajar menari ini, bisa menggunakan alat pragati dan menyesuaikan diri dengan baik sehingga menghasilkan tarian yang memukau hadirin,” katanya.
Dikembangkan untuk Seni dan Kehidupan Sehari-hari
Tidak hanya untuk dunia tari, Pragati kini juga dikembangkan agar dapat digunakan dalam berbagai bidang seni lain, seperti musik dan teater. Bahkan, ke depan, alat ini diharapkan bisa diaplikasikan dalam aktivitas sehari-hari penyandang tuli untuk mempermudah komunikasi dan meningkatkan kemandirian mereka.
Dengan teknologi sensor yang lebih ringan, praktis, dan tahan lama, Pragati dipandang sebagai terobosan penting bagi inklusi difabel di Indonesia. Mulyani pun menjadi contoh nyata bahwa dengan dedikasi dan inovasi, penyandang disabilitas dapat memiliki ruang yang sama untuk berkarya dan berprestasi di panggung nasional.
(*)