Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Srikandi Sampah Sumpiuh: Kisah Perempuan Pemilah dan "Pasukan Tempur" di Timur Banyumas

Di bawah hanggar beratap bolong dan rusak perempuan-perempuan tangguh itu berdiri mulai pukul 07.00 WIB hingga sore

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Permata Putra Sejati
PEMILAH SAMPAH - Sejumlah perempuan pemilah sampah saat sedang sibuk memilah aneka sampah di mesin conveyor yang berjalan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Sabtu (23/8/2025). TPST Sumpiuh Banyumas berlokasi di Jalan Karet, Kelurahan Kradenan telah menjadi penggerak utama pengelolaan sampah di wilayah timur kabupaten.  

TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Pagi itu masih gelap ketika Suyati (54), seorang pemilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sumpiuh, tiba-tiba menggeber motornya. 

Suyati mengejar seorang pria berseragam dinas, yang diamatinya setiap hari membuang satu karung sampah sembarangan di area pasar, Sumpiuh

"Saya sampai kejar-kejar naik motor jam lima pagi. Tiap hari orang itu buang satu karung.  Saya marahi, masa PNS buang sampah sembarangan, padahal kita di sini butuh biaya buat olah sampah," katanya dengan ekspresi geram.

Suyati bukanlah siapa-siapa, ia seorang ibu dua anak sekaligus nenek dua cucu, yang bekerja memilah sampah sejak lima tahun lalu. Menjadi salah satu dari tujuh wanita 'Srikandi Sampah Sumpiuh', julukan yang pantas disematkan kepada para perempuan yang menjadi andalan pemilahan sampah di wilayah timur Banyumas.

Srikandi dalam pewayangan ikut berperang melawan Kurawa. Tapi Srikandi Sumpiuh ini berperang melawan tumpukan sampah. Begitulah sedikit kelakar yang diutarakan Suyati. 

Di bawah hanggar beratap bolong dan rusak perempuan-perempuan tangguh itu berdiri mulai pukul 07.00 WIB hingga sore. 

Dengan sarung tangan, celemek lusuh, sepatu boots, dan masker, mereka menghadapi tumpukan sampah yang dikumpulkan dari 3 kecamatan, yaitu Sumpiuh, Tambak, dan Kemranjen.

"Sampah ini memang kotor, tapi membawa berkah dan menghidupi kami" ujar Suyati, tiba-tiba tersenyum karena melintas tumpukan popok bekas bercampur dedaunan lewat dihadapannya. 

Waktu menunjukan pukul 08.00 WIB, satu kendaraan bermotor roda tiga warna hitam pengangkut sampah tiba-tiba datang dan menurunkan muatannya. Selang tak beberapa lama, truk carry andalan TPST Sumpiuh juga menyusul ingin segera dibedah sampah apa saja yang didapat dari pasar.

Ditumpahkannya sampah aneka ragam itu ke mesin conveyor yang berderu. Tanpa jijik, tangan-tangan terampil itu memilah dan memilih limbah rumah tangga. Maka tersingkaplah aneka botol plastik, pecahan kaca, logam rongsokan, sampai bangkai kucing dalam kantong plastik hitam. 

"Apa-apa saja bisa ada, namanya juga sampah campur aduk. Awal-awal kerja saja dulu sempat sesak. Sekarang, sudah biasa cium bau seperti ini," kata Suyati heran.

Dari tumpukan sampah itu pula, kadang muncul kejutan yang menyenangkan hati.

"Saya kerap kali menemukan uang Rp50 ribu, bahkan Rp100 ribu. Uang receh sih sudah biasa. Ada juga yang menemukan anting emas setengah gram," ujarnya sambil tertawa kecil berharap hari ini ia beruntung. 

Tentu Suyati tidaklah sendiri, karena berdiri di hadapannya pekerja lain yaitu Yeni Asih (45) dan Minah (43) yang ikut berjibaku dengan aneka limbah di jalur mesin konveyor. Merekalah punggawa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) TPST Sumpiuh yang tidak pernah absen.

Di TPST Sumpiuh, perempuannya bekerja di bagian mesin konveyor. Sedangkan laki-lakinya mengangkut sampah, mengoperasikan mesin pirolisis, mengolah bubur sampah, hingga mengurus maggot larva lalat tentara hitam yang digunakan sebagai agen pengurai sampah organik.

Tak hanya memilah, Suyati kadang beradu argumen dengan tetangga lingkungan rumahnya tentang pentingnya memilah sampah di rumahnya. Ia menyayangkan masih rendah kesadaran masyarakat soal pengelolaan sampah

TPST Sumpiuh Banyumas berlokasi di Jalan Karet, Kelurahan Kradenan, Kecamatan Sumpiuh telah menjadi nafas dan penggerak utama pengelolaan sampah di wilayah timur kabupaten. Dibalik kerja keras Suyati dan kawan-kawan, ada sistem yang menopang sekaligus membantu kerja mereka.

Suyati dan kawan-kawannya menyebut armada motor roda tiga berwarna hitam sebagai "Pasukan Tempur" yang menopang kerja mereka di lapangan. Armada-armada inilah yang setiap hari bertemu langsung dengan para pelanggan.

Jumlah armada tempur pengangkut sampah di TPST Sumpiuh total ada 8 unit, terdiri dari 3 unit roda tiga warna hitam, 1 mobil carry, sementara sisanya ada roda tiga warna hijau milik plat merah. 

Lalu-lalang 'pasukan tempur' motor roda tiga telah membawa setumpuk sampah dan bersiap ditumpahkan ke mesin conveyor. 

Sampah yang datang dari pelanggan dipilah secara manual oleh para pekerja. Barang bernilai ekonomis seperti botol, kardus, plastik bening, dan rongsokan dipisahkan begitu telaten dan teliti. 

Sisa-sisanya masuk ke mesin hybrid pirolisis, yang akan menghasilkan bubur sampah dan Refuse Derived Fuel (RDF), bahan bakar alternatif yang punya nilai guna.

PEMILAH SAMPAH - Sejumlah perempuan pemilah sampah saat sedang sibuk memilah aneka sampah di mesin conveyor yang berjalan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Sabtu (23/8/2025). TPST Sumpiuh Banyumas berlokasi di Jalan Karet, Kelurahan Kradenan telah menjadi penggerak utama pengelolaan sampah di wilayah timur kabupaten. 
PEMILAH SAMPAH - Sejumlah perempuan pemilah sampah saat sedang sibuk memilah aneka sampah di mesin conveyor yang berjalan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Sabtu (23/8/2025). TPST Sumpiuh Banyumas berlokasi di Jalan Karet, Kelurahan Kradenan telah menjadi penggerak utama pengelolaan sampah di wilayah timur kabupaten.  (TribunJateng.com/Permata Putra Sejati)

Sambil menyeka keringat dan memakai kembali masker, Suyati memusatkan pandangannya ke sampah yang terus melaju di mesin conveyor. Ia memilah sampah yang sudah ditumpahkan. 

"Sudah 3 tahun ini sejak 2022, pengangkutan sampah kita mengandalkan motor roda 3 warna hitam, sama ada mobil carry, kalau yang ijo masih tapi ada yang sudah rusak. Armada motor roda tiga warna hitam inilah yang hilir mudik menjemput sampah di wilayah Sumpiuh dan sekitarnya," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (23/8/2025).

Berdiri sejak 2019, TPST Sumpiuh menjadi salah satu dari lima TPST rintisan pertama yang didirikan Pemkab Banyumas

"Sudah hampir satu tahun lebih kita tidak ada dump truck. Dulu dump truck satu untuk angkut-angkut sampah yang volumenya besar misal di pasar. 

Tapi sekarang mengandalkan armada roda 3 warna hitam bantuan Pertamina," ujar Ketua TPST Sumpiuh, Aris Widarto (54), yang juga memimpin Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sumpiuh.

Dumptruck bantuan pemerintah daerah itu, kondisinya sudah tidak layak pakai.

Aris mengatakan moda angkutan sampah dalam bentuk motor roda tiga 
diakuinya menjadi andalan operasional TPST Sumpiuh saat ini. TPST bergerak salah satunya berkat topangan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga. 

Dipilihnya TPST Sumpiuh sebagai lokasi program CSR bukannya tanpa alasan. Sumpiuh dilintasi jaringan pipa Pertamina. Perusahaan plat merah itu sedang menunjukkan tanggung jawab sosial dan kompensasi kepada masyarakat yang berada di jalur operasionalnya.

Peran satu unit mobil pick-up Carry dan tiga unit motor roda tiga (Tosa) bantuan tersebut sangatlah vital dan begitu berdampak bagi lancarnya operasional TPST Sumpiuh.

Mengingat ata-rata sampah yang masuk ke hanggar mencapai 30–35 meter kubik per hari. Sementara yang dapat terproses langsung sekitar 25 meter kubik yang bisa diolah setiap harinya. 

Dengan lancarnya operasional, sebanyak 33 orang pekerja yang berjibaku selalu berharap ada kesejahteraan ekonomi yang meningkat. Meskipun kenakaikan upahnya tidak seberapa. 

Upah yang diterima pekerja memang belum menyentuh angka Upah Minimum Kabupaten (UMK) Banyumas. Namun, operasional hanggar TPST terus berjalan lancar sudah membuat pekerjanya senang. 

Dan ternyata pekerja tahun ini dapat kabar baik karena ada rencana kenaikan upah.

"Yang penting kita bersama menjalankan operasional lancar dengan dukungan berbagai pihak termasuk swasta. 

Alhamdulillah, pekerja perempuan yang sebelumnya digaji Rp1,1 juta insyallah naik jadi Rp1.3 juta dan pekerja laki-laki yang mulanya Rp1,4 juta menjadi Rp1.6 juta," katanya. 

Aris mengatakan upah memang tidak seberapa, tapi topangan bagi KSM berupa bantuan mesin dan armada pendukung dari CSR Pertamina membuat operasional TPST Sumpiuh lancar dan dapat melayani masyarakat dan pelanggan. 

Area Manager Communication, Relations, dan Corporate Social Responsibility Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan mengatakan program bantuan armada tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap kelompok masyarakat.

Apalagi TPST Sumpiuh menjadi salah satu contoh nyata dari keberhasilan pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat.

Sinergi antara semangat warga dan dukungan korporasi menurutnya mampu menciptakan dampak positif secara ekonomi dan lingkungan.

"Kami berharap TPST Sumpiuh dapat menjadi role model pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat. Mampu memberikan kontribusi nyata terhadap kebersihan lingkungan, pemanfaatan sampah, dan peningkatan kesejahteraan warga sekitar," ujarnya. 

Taufiq menjelaskan program CSR yang dijalankan bersama KSM merupakan wujud dari penerapan komitmen ESG (Environment, Social, Governance) yang dijalankan Pertamina. 

Selain itu program ini juga ikut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). 

Ia menjelaskan utamanya pada poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), poin 2 (Tanpa Kelaparan), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).

Aris dan para pekerja KSM tidak hanya sibuk mengatur lalu lintas truk dan motor roda tiga pengangkut sampah

Di sela kesibukan, ia dibantu rekan lain kini melangkah ke sebuah kandang kecil. Di sanalah ribuan maggot larva lalat tentara hitam dibiakkan. 

Bagi Aris, inilah bagian dari strategi besar TPST Sumpiuh kedepannya, yaitu mewujudkan mimpi zero waste melalui ekonomi sirkular.

Baginya TPST Sumpiuh tidak lagi sekadar tempat pembuangan dan pemilahan sampah

Mereka kini merintis berbagai unit usaha, mulai dari budidaya maggot, kolam lele, hingga rencana beternak ayam dan bebek. 

Tujuannya menciptakan kemandirian finansial dan menopang keberlanjutan TPST.

"Kami ingin punya sumber penghasilan lain. Maggot bisa jadi pakan ternak, tinggal kami kembangkan ke ternak ayam petelur atau bebek," tambah Aris.

Selain armada truk dan motor, TPST Sumpiuh kini dibekali bantuan mesin pencacah plastik, mesin pembuat pelet, hingga softskill pelatihan pengolahan maggot dan studi banding.

Perhatian ditujukan pula dalam bentuk bantuan kolam lele sebagai wujud dukungan terhadap diversifikasi usaha TPST.

Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten, TPST Sumpiuh menempatkan diri sebagai pionir ekonomi sirkular di wilayah timur Banyumas mengubah sampah menjadi berkah, dan limbah menjadi harapan. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved