Berita Ungaran
Tak Hanya Subsidi, Pemkab Semarang Siapkan Strategi Jangka Panjang Selamatkan Petani Tembakau
Di lereng pegunungan Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, musim kemarau tahun ini terasa ganjil.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN – Di lereng pegunungan Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, musim kemarau tahun ini terasa ganjil.
Bukan karena langit cerah terlalu lama, namun karena justru hujan masih kerap turun.
Bagi Wagimin (41), petani tembakau yang sudah belasan tahun menggantungkan hidup pada tanaman berdaun hijau keemasan itu, hujan di musim kemarau merupakan kabar kurang baik.
Baca juga: Jerit Petani Tembakau di Kendal, Harga Jual Anjlok: Lagi Jemur Hasil Panen Tiba-tiba Hujan Deras
“Biasanya ini musim panas, tapi sekarang malah sering hujan.
Tembakau daun jadi rusak dan harganya turun,” keluh Wagimin ketika ditemui seusai mendapatkan bantuan alat perajang dari pemerintah di Kantor Dispertanikap Kabupaten Semarang, Senin (25/8/2025).
Tembakau, tanaman yang akrab dengan panas matahari, membutuhkan waktu satu hari penuh untuk dikeringkan setelah dirajang.
Namun, cuaca tak menentu membuat proses penjemuran gagal total.
Di lahan seluas sekitar 2.000 meter persegi miliknya, Wagimin mengaku tak bisa berpikir tentang keuntungan dengan kondisi tersebut.
“Kalau dua hari baru kering, itu kualitasnya turun.
Daunnya jadi tipis, kadar airnya tinggi, dan warnanya menguning dari bawah,” imbuh dia.
Kerusakan itu langsung berdampak pada harga jual.
Sebelum hujan menghantam, Wagimin bisa menjual tembakau seharga Rp6.000 sampai Rp7.000 per kilogram.
Kini, harga jual mentok di angka Rp4.000.
Ironisnya, bukan pembeli yang antre datang, tapi justru para petani yang harus mengantre menjual hasil panen mereka.
“Secara hitungan masih balik modal.
Tapi untuk untung, Jauh sekali,” ujar dia.
Dalam satu musim tanam yang berlangsung lima bulan, dia menggelontorkan modal hingga Rp6 juta untuk menanam batang tembakau.
Pemerintah Daerah Turun Tangan
Menanggapi kesulitan yang dialami petani seperti Wagimin, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, menyampaikan keprihatinannya secara langsung.
“Kami ikut bersedih, harga tembakau turun dari Rp6.000 ke Rp4.000, bahkan banyak petani yang masih mengantre pembeli.
Ini terjadi karena hujan yang datang terlalu cepat, padahal seharusnya masih kemarau,” kata Ngesti saat ditemui di Kantor Dispertanikap Kabupaten Semarang.
Menurut dia, curah hujan yang tinggi membuat mingsri, getah dalam daun tembakau yang memengaruhi kualitas dan aroma, tidak terbentuk sempurna.
Akibatnya, nilai jual tembakau anjlok.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Pemkab Semarang menggulirkan sejumlah program bantuan, termasuk subsidi pupuk dan benih unggul.
“Setelah panen tembakau, kami sarankan lahan ditanami sayuran.
Kami siapkan benih sayuran berkualitas agar petani tetap bisa mendapatkan penghasilan,” kata Ngesti.
Tembakau Kemloko
Tak hanya solusi jangka pendek, Pemkab Semarang juga menyiapkan strategi jangka panjang.
Satu di antaranya yakni mengembangkan varietas Tembakau Kemloko, jenis tembakau lokal yang punya kandungan nikotin tinggi dan menghasilkan Tembakau Srintil, yang dikenal berharga mahal di pasaran.
Bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pemerintah akan melakukan pendampingan teknologi dan pemberian alat mesin pertanian (alsintan) kepada petani, sekaligus mematenkan Tembakau Kemloko sebagai varietas unggulan Kabupaten Semarang.
“Kecamatan Getasan akan jadi sentra pengembangan.
Baca juga: Jeritan Petani Tembakau Imbas Cuaca Buruk di Kendal: Hasil Panen Menghitam Dijual Cuma Rp 10 Ribu
Disusul Bandungan, Sumowono, Tengaran, dan beberapa wilayah lain,” imbuh dia.
Sementara itu, agar petani tak terus dirugikan karena minimnya gudang penyimpanan, Pemda juga sedang menjajaki kerja sama dengan sejumlah perusahaan rokok untuk meningkatkan daya serap tembakau lokal ke gudang-gudang mereka.
“Kami belum punya gudang sendiri, tapi akan kami upayakan hasil panen petani bisa terserap maksimal,” pungkas Ngesti. (*)
227 Murid Dapat Makan Bergizi Gratis, Wiji Rahayu Bersyukur SLB Negeri Ungaran Ikut Diperhatikan |
![]() |
---|
Kisah Ariyanto Ikhlas Tak Ambil Kelebihan Bayar PBB, Meski Pemkab Semarang Membatalkan Kenaikan |
![]() |
---|
"Alhamdulillah Beban Ortu Berkurang", Respons Pedagang Kopi Usai Bupati Ngesti Batalkan Kenaikan PBB |
![]() |
---|
Demi Tol Jogja-Bawen, Nasib Ratusan Makam Leluhur Harus Tergusur Proyek Nasional |
![]() |
---|
Detik-detik Kebakaran di Semarang, Rumah Kosong Milik Warga Ludes Dilahap Api |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.