Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Ternyata Tak Semua Infeksi Bisa Disembuhkan dengan Antibiotik, Bahaya Menanti Jika Tak Tepat

Peran dokter spesialis mikrobiologi klinik dinilai semakin vital dalam menekan penggunaan antibiotik yang tidak tepat sekaligus

IST
SPESIALIS MIKROBIOLOGI KLINIK - Ketua Umum PAMKI (kerudung hitam) Prof. Dr. Anis Karuniawati, menjelaskan pentingnya peran dokter spesialis mikrobiologi klinik di fasilitas kesehatan untuk ketepatan pemberian obat kepada pasien - ist 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Peran dokter spesialis mikrobiologi klinik dinilai semakin vital dalam menekan penggunaan antibiotik yang tidak tepat sekaligus mengurangi risiko resistensi antimikroba.

Para pakar menegaskan, pemeriksaan mikrobiologi menjadi kunci agar terapi infeksi lebih efektif, aman, dan efisien.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI), Prof. Dr. Anis Karuniawati, menuturkan bahwa tidak semua penyakit infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik.

Karena itu, pemeriksaan mikrobiologi klinik sangat penting dalam menentukan arah pengobatan.

“Sejak program studi spesialis mikrobiologi klinik berdiri pada 1992, bidang ini masih relatif baru.

Padahal, mikrobiologi sangat penting karena tidak semua penyakit infeksi bisa diobati dengan antibiotik.

Pandemi lalu semakin menyadarkan kita betapa vitalnya pemeriksaan mikrobiologi,” jelas Prof. Anis di Semarang, Senin (25/8/2025).

Direktur RSUP Kariadi Semarang, Dr. Agus Akhmadi, turut menekankan pentingnya penggunaan antibiotik yang tepat.

Ia bahkan menceritakan pengalaman pribadinya saat putranya dirawat dalam kondisi kritis akibat COVID-19 pada 2020.

“Pengobatan infeksi harus berdasarkan data mikrobiologi, bukan sekadar kebiasaan memberi obat.

Kami di rumah sakit kini bekerja sama dengan dokter mikrobiologi agar pemberian antibiotik sesuai hasil kultur.

Dengan begitu, pasien lebih cepat sembuh, lama rawat berkurang, dan biaya obat bisa ditekan,” ujarnya.

Guru Besar Mikrobiologi Klinik FK Universitas Airlangga, Prof. Dr. Kuntaman, menambahkan bahwa sejak 2005 profesi ini mengalami perubahan besar.

Jika sebelumnya dokter mikrobiologi lebih banyak bekerja di laboratorium, kini mereka ikut terjun ke lapangan untuk berdiskusi langsung dengan klinisi.

“Dengan keterlibatan langsung, ketepatan pemberian antibiotik meningkat dan kesalahan terapi menurun.

 Jangan sampai antibiotik terkuat digunakan di awal, karena jika terjadi resistensi, dampaknya bisa sangat luas,” tegasnya.

Para pakar sepakat, resistensi antibiotik atau antimicrobial resistance (AMR) merupakan “silent pandemic” yang tidak kalah berbahaya dibanding COVID-19.

Kondisi ini menjadi alasan mengapa keberadaan dokter mikrobiologi klinik di rumah sakit sangat dibutuhkan. 

Sayangnya, saat ini masih ada lima provinsi di Indonesia yang belum memiliki dokter spesialis di bidang ini.

Adapun pembahasan tersebut juga mengemuka dalam Kongres Nasional PAMKI yang berlangsung di Semarang, Jumat (22/8/2025) pekan lalu.

Kongres yang digelar setiap tiga tahun sekali ini sekaligus dirangkai dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan.

Acara diisi dengan pemilihan ketua umum PAMKI periode 2025–2028, workshop keterampilan laboratorium, serta simposium tentang penyakit infeksi, mulai dari bakteri, virus, hingga jamur beserta metode diagnostiknya.

Melalui forum tersebut, para dokter mikrobiologi klinik menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat kolaborasi dengan klinisi, sehingga penggunaan antibiotik di rumah sakit semakin tepat sasaran, efisien, dan mampu menekan angka resistensi obat.

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved