MEI ERNAWATI (21), berjalan santai menapaki jalan dari papan kayu di tengah hutan bakau. Sesekali, dia serius mendengarkan penjelasan guide yang menemani. Mei tak sendiri, bersama dua teman, Elfira Agustin (19) dan Gitya Putri Novitasari (21), mereka menghabiskan sore di Tracking Mangrove di Pulau Karimunjawa.
Karimunjawa memang tidak hanya menawarkan keindahan alam bawah laut. Hutan bakau di sisi lain pulau utama ini juga tak kalah cantik. "Indah sekali pemandangannya. Terlihat segar," ucap Mei.
Sepanjang perjalanan, dara yang bekerja di RS Metropolitan Medical Centre (MMC) Kuningan, Jakarta, itu terlihat menikmati suasana hutan bakau. Tracking menyusuri papan kayu sepanjang 1,3 Km yang disediakan tidak terasa membosankan. Selain tumbuhan bakau yang hijau dan tinggi, sesekali dia berhenti di depan papan yang memberi informasi terkait hutan bakau.
Mulai dari jenis bakau yang tumbuh dan binatang yang tinggal di kawasan tersebut, juga tips menjelajah hutan mangrove.
Menyusuri jalan setapak dari papan kayu ini juga tidak akan melelahkan. Di beberapa titik, pengelola menyiapkan gazebo tempat beristirahat sejenak atau berfoto.
Setelah berjalan sekitar 700 meter, pengunjung akan sampai di menara pandang. Dari ketinggian, kita dapat melihat Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, juga Pulau Menyawakan. Suara burung Kuntul Karang dan Cekakak Sungai menambah asri suasana hutan tersebut.
Jika berkunjung di pergantian musim hujan ke kemarau, Anda yang beruntung bisa melihat kupu Euploea crameri karimondjawaensis dan Idealeuconea Karimondjawaensis. Dua jenis kupu ini termasuk endemik dan hanya ada di Karimunjawa.
Luas hutan bakau di kawasan tersebut mencapai 222,2 hektar dan memiliki beragam jenis bakau. Di antaranya, jenis Bakau Duduk Rambat yang termasuk langka. Ada juga Avicennia Marina yang unik karena sisi bawah daun bakau tersebut berasa asin saat dijilat. Saat cuaca cerah, kita juga bisa menikmati keindahan matahari tenggelam (sunset) di garis khatulistiwa dengan pemandangan gerombolan pohon bakau.
Tak perlu merogoh kocek mahal untuk menikmati keindahan alam di Tracking Mangrove ini. Anda cukup merogoh kocek Rp 5.000 untuk tiket masuk, dan bisa puas menikmati suasana alami sisi Karimunjawa. Hutan bakau ini bisa dijangkau menggunakan sepeda motor sekitar 30 menit perjalanan dari pusat kota Karimunjawa. Anda yang tidak ingin repot menyewa motor, bisa memilih paket perjalanan yang menawarkan wisata tracking mangrove ini.
Selain Tracking Mangrove, mendaki Bukit Joko Tuwo harus Anda coba. Di bukit ini, Anda bisa melihat keindahan Karimunjawa dari atas. Pemukiman penduduk berlatar laut lepas dan pulua-pulau kecil akan membuat terkagum-kagum. Di bukit ini, ada juga objek tasbih raksasa dan kerangka ikan hiu.
Tasbih raksasa ini berupa rangkaian batu bulat yang dirangkai menggunakan tali. Batu-batu ini diletakkan begitu saja di tebing bukit. Sementara kerangka ikan hiu yang disimpan di gubuk yang tidak begitu rapi, diyakini sebagai ikan Joko Tuwo.
"Saat ditemukan, ikan itu sudah mati karena usianya yang memang sudah tua. Karena ikan jantan itu disemukan sendiri, warga menyebutnya sebagai ikan Joko Tuwo," ujar Jaya Utama, warga yang tinggal di kaki Bukit Joko Tuwo.
Mendaki puncak bukit ini, pengunjung tidak dikenakan biaya alias gratis. Anda bisa Menyewa motor seharga Rp 50 ribu - Rp 75 ribu per hari untuk berkeliling Karimunjawa. (ira)