TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Tahun 2014 menjadi starting point bagi masuknya gas ke Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan klaster gas alam terkompresi oleh PT Perusahan Gas Negara (PGN) di Kota Semarang, yang dimulai pada April 2014, menjadi penanda Jawa Tengah telah menyusul provinsi tetangga, yang telah terlebih dahulu teraliri gas.
Bagaimana perkembangan proyek percontohan itu? Bagaimana pula rancangan pengembangan infrastruktur gas di Jawa Tengah pada tahun 2015.
Kepada wartawan Tribun Jateng, Galih Pujo Asmoro, General Manager PT PGN (Persero) Strategic Business Unit (SBU) Wilayah II, Wahyudi Anas, blak-blakan tentang rencana pengembangan gas di Jawa Tengah. Berikut petikan wawancaranya.
Apa program pengembangan infrastruktur gas di Jawa Tengah yang telah tercapai pada 2014?
Pada tahun 2014 ini kami menyelesaikan pembangunan proyek klasterisasi gas alam terkompresi atau compressed natural gas (CNG) di kawasan industri Tambakaji, Semarang. Selain itu, jaringan pipa baja dan polyethylene (PE) untuk pelanggan industri dan rumah tangga, alhamdulillah telah rampung.
Sebelumnya, proses groundbreaking jaringan infrastruktur transmisi Kepodang-Tambaklorok telah dilakukan. Waktu itu, groundbreaking juga dihadiri oleh Bapak Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono.
Hingga saat ini, bagaimana progress report pengembangan infrastruktur gas itu?
Saat ini kami memiliki dua pelanggan industri. Untuk untuk proses pipanisasi ke 100 pelanggan rumah tangga pertama juga sudah selesai sepenuhnya. Pelanggan rumah tangga pertama kami adalah 100 warga di Perumahan Wayu Utomo, Tambakaji, Ngaliyan, kota Semarang, sudah menikmati aliran gas. Selain itu, gas ke beberapa calon pelanggan menunggu kesiapan investasi calon pelanggan.
Apakah ada program yang belum tercapai pada 2014?
Tidak ada. Semua program dan rencana Perusahaan Gas Negara (PGN) di Jawa Tengah, alhamdulillah tercapai.
Apa kendala yang dihadapi?
Relatif tidak ada kendala berarti lantaran proyek ini juga untuk kebaikan semuanya. Kendala penyaluran gas bumi, lebih kepada persoalan sosial, misalnya ada penolakan dari beberapa oknum warga masyarakat. Kendala semacam itu, biasanya pada pelanggan rumah tangga. Namun hal itu bisa diatasi dengan menjalin komunikasi.
Pada saat penandatanganan kontrak pembangunan klaster CNG untuk Kota Semarang, April 2014 lalu, PGN menargetkan untuk menyalurkan gas ke industri dalam waktu empat bulan kemudian (seharusnya Agustus 2014) dan untuk rumah tangga 6-7 bulan kemudian (seharusnya November 2014), bagaimana realisasinya?
Melesetnya penyaluran gas bumi dari target awal terkendala karena beberapa persoalan teknis. Hal itu terjadi lantaran klasterisasi CNG di Semarang adalah proyek percontohan PGN. Ini kali pertama di Indonesia. Tentunya dibutuhkan sedikit waktu untuk adaptasi teknologi dan sistemnya.
Namun secara umum, keterlambatan tersebut bisa ditoleransi oleh kedua belah pihak. Dari pihak PGN dan calon pelanggan bisa mengerti mengenai melesetnya penyaluran gas dari target awal yang ditetapkan.
Apa yang menjadi program prioritas dalam pengembangan infrastruktur gas di Jawa Tengah pada 2015?
Pertama adalah pembangunan pipa transmisi Kepodang-Tambaklorok. Itu adalah bagian dari pipanisasi Kalimantan-Jawa. Selain itu, kami terus mengembangkan jaringan pelanggan basis industri di klaster Tambakaji. Rencananya, PGN juga akan membangun klaster CNG serupa dari Kawasan Industri Wijaya Kusuma. Demikian halnya dengan penyaluran gas bumi ke pelanggan rumah tangga di Perumahan Wahyu Utomo terus kami kembangkan. (tribunjateng/cetak)