TRIBUNJATENG.COM, SURABAYA - Muktamar Nahdatul Ulama (NU) ke-33 di Kabupaten Jombang, Jawa Timur diwarnai aksi saling ancam dari sejumlah kubu pendukung calon pemimpin.
Deny Ahmad, salah satu pendukung calon pimpinan NU mengaku mendapatkan pesan singkat selular bernada ancaman dari nomor gelap. "Saya mencoba hubungi, tapi tidak diangkat," ujar dia, Minggu (2/1/2015).
Isi pesan singkat bernada ancaman itu antara lain, "Jangan pernah macam-macam dengan calon rois a'am jika tidak ingin celaka", dan "Jangan merusak Muktamar NU".
Aktivis santri Nusantara itu mengaku tidak faham apa maksud ancaman tersebut. "Bagi saya ini sudah intimidasi, kami akan tindak lanjuti secara hukum," ujar dia.
Selain Deny, aktivis Garda Muda NU Fairus Onggosuto, juga mengaku mendapatkan ancaman melalui telepon dari nomor asing. Ancaman itu antara lain berbunyi, "apa benar ini fairus koordinator garda muda NU? Jika anda tidak bisa diam, maka jgn jd provokator kiai. Jika maksa, sy dan tim pengamanan akan menciduk kalian. Ini perintah atasan".
Perang dukungan calon pimpinan NU sudah terjadi beberapa saat sebelum Muktamar NU digelar. Sejumlah kubu juga melempar wacana terkait sistem pemilihan rois a'am, antara menggunakan sistem pemilihan musyawarah mufakat (Ahlul Halli Wal'Aqdi) atau menggunakan sistem voting.
Sejumlah nama bakal bersaing menduduki jabatan ketua umum dan rois a'am PBNU. Untuk posisi rois aam, ada KH Mustofa Bisri dan KH Hasyim Muzadi (mantan ketum PBNU). Sementara persaingan Ketua Umum PBNU terjadi antara KH Said Agil Siraj, KH Solahuddin Wahid (Gus Solah), serta pimpinan Badan Intelijen Negara (BIN), Said As'ad Ali. (*)