Muktamar NU

Tangisan Gus Mus Luluhkan Ribuan Muktamirin

Editor: rustam aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mustofa Bisri.

TRIBUNJATENG.COM, JOMBANG - Suasana forum Muktamar Nahdlatul Ulama mendadak sunyi meski ruangan sudah dipenuhi muktamirin. Saat itu Rais Aam, Kyai Musthofa Bisri, diminta naik panggung untuk menyampaikan pidatonya.

Dengan suara serak khas, Kyai Musthofa yang akrab dipanggil Gus Mus lantas menyampaikan harapan terdalamnya kepada muktamirin. Suaranya terbata-bata sambil menahan haru dan menitikan air mata.

"Saya menangis karena kita organisasi yang selama ini mengkritik keras praktek-praktek buruk politik di negeri ini, ternyata kita sendiri digambarkan media-media seperti itu," kata Gus Mus, di arena Muktamar NU ke-33, Jombang, Jawa Timur, Senin (3/8).

Seketika muktamirin yang malam sebelumnya gontok-gontokan, menundukkan kepala. Tak ada suara terdengar dari muktamirin. Peserta Muktamar semakin terenyuh dan di antara mereka tak sedikit yang menitikan air mata saat Gus Mus hendak mencium kaki muktamirin agar tidak lagi terjadi keributan di muktamar.

"Saya malu kepada Allah SWT, malu kepada Mbah Hasyim Asyari, Mbah Wahab Chasbullah dan para pendahulu kita," lanjut Gus Mus. "Sebagai Rais Aam yang sebentar lagi akan berakhir (masa tugasnya), doakan saya tidak lagi memikul tanggung jawab seperti ini. Tapi selama saya masih menjabat, saya minta tolong kepada Anda semua agar tidak memalukan. Kalau perlu saya mencium kaki Anda semua agar kita bisa tertib," pinta Gus Mus.

Gus Mus lalu memimpin muktamirin membaca surat Al Fatihah ditujukan kepada para pendahulu NU. Usai membaca Al Fatihah, Gus Mus membimbing muktamirin menyampaikan kesepakatan para kyai sepuh untuk menyelesaikan konflik Tata Cara Pemilihan Ketua Umum NU melalui Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa).

"Kesepakatan kami bahwa jika ada sesuatu yang tidak bisa disepakati dalam forum maka akan dilakukan pemilihan hanya oleh Rois Syuriah. Ini kami lakukan karena kyai-kyai akan memilih imam mereka," ujar Gus Mus.

Tak ada satupun protes atau interupsi dilakukan muktamirin mendengar keputusan Gus Mus. Usai pidato Gus Mus langsung meninggalkan panggung. Dan pimpinan sidang dikembalikan kepada Slamet Efendi Yusuf. Pasal-pasal yang diperdebatkan muktamirim sebelumnya pun disetujui muktamirin.

Ketok palu dijatuhkan pertanda sidang pleno tentang tata tertib berakhir. Gema Salawat Nabi dikumandangkan muktamirin dan muktamar pun dilanjutkan ke sidang-sidang komisi seiring dengan gerakan muktamirin yang mulai keluar tenda rapat pleno menuju pesantren-pesantren tempat sidang-sidang komisi.

Sidang Komisi

Berkat Gus Mus, sidang-sidang komisi yang sempat tertunda, kemarin sore langsung digelar. Ada empat pesantren yang digunakan untuk sidang komisi yakni Pesantren Tebuireng, Tambakberas, Denanyar dan Peterongan.

Sidang komisi yang membahas organisasi NU dilakukan di Pesantren Mambaul Maarif, Denanyar, Jombang. Komisi Organisasi membahas masalah krusial yakni tata tertib pemilihan calon ketua umum yang mengakibatkan pro kontra sistem Ahlul Ahli wal Aqdi (Ahwa).

"Ya itu pasal-pasal krusial, nanti dilihat dari peserta apakah perlu diamandemen atau tidak. Selama ini di AD/ART tidak ada Ahwa. Selama ini masih pemilihan langsung. Nah, hasil ini untuk konstruksi muktamar yang akan datang," Kata Ketua PCNU Kabupaten Magelang, Dr Mahsun.

Polemik Ahwa meruncing di Muktamar NU hingga menyebabkan rapat pleno hari Minggu deadlock.

"Kembali ke asas musyawarah, itu sudah menjadi keputusan dalam proses pengambilan nanti. Nanti kalau pembahasan Ahwa mentok dibawa ke rois (syuriah)," ujar Mahsun.

Halaman
12
Tags:

Berita Terkini