HUT RI

Potret Generasi Bangsa Peringati HUT RI

Penulis: galih priatmojo
Editor: Catur waskito Edy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Paskibra Kota Tegal Mulai Latihan Jelang HUT Kemerdekaan RI

SEMARANG, TRIBUNJATENG.COM -- Dalam hitungan hari, Indonesia akan merayakan kemerdekaannya yang telah mencapai usia tujuh dasawarsa.

Jika di awal berdirinya, para pejuang dan bapak bangsa memanggul senjata, memerah keringat berjibaku untuk memeroleh kemerdekaan dan kebebasan menentukan nasibnya, kemudian bagaimana dengan sekarang?

Apa yang paling diingat para generasi muda soal tanggal 17 Agustus? Bagi Hafizh Salim, tanggal 17 Agustus adalah momentum dari titik puncak perjuangan bangsa Indonesia. Hari itu adalah saat di mana bangsa Indonesia meraih cita-citanya sebagai bangsa yang mandiri, terbebas dari belenggu penjajahan.

Ditanya mengenai hal yang diingat berkaitan dengan tanggal 17 Agustus, siswa SMAN 3 Semarang itu menyebut pidato Proklamasi yang dibacakan Soekarno di rumah Laksamana Maeda.

Menurut dia, kalimat pidato tentang pernyataan kemerdekaan itu sangat lekat di kepalanya, lantaran hal itu merupakan momen paling penting saat kemerdekaan Indonesia

"Setiap 17 Agustus yang aku ingat ya pidato Soekarno di rumah orang Jepang, Laksamana Maeda itu, karena dulu hampir tiap 17 Agustus pidato itu diputar hampir di semua stasiun televisi," katanya, kepada Tribun Jateng, kemarin.

Selain itu, yang paling diingat Hafizh saat momen 17 Agustus adalah lomba makan kerupuk dan Paskibraka. Ia mengatakan, lomba makan kerupuk sudah identik dan menjadi perayaan wajib di hari kemerdekaan yang rutin digelar di kampungnya.

"Nah kalau paskibraka, kebetulan tahun ini saya terpilih jadi anggota paskibra wakil Semarang untuk tingkat provinsi Jateng," ujarnya.

Memalukan

Berbeda dengan Hafidz, saat ditanya mengenai tanggal 17 Agustus, hal yang paling diingat Ferdik Sunu yakni salah saat mengibarkan Bendera Merah Putih. Siswa SMK 1 Adiwarna Kabupaten Tegal itu mengaku, kesalahan itu adalah momen paling memalukan bagi dirinya.

Ia menceritakan, hal itu terjadi saat ia masih duduk di bangku SMP. Kala itu ia yang menjadi satu petugas pembawa bendera salah memegang ujung bendera yang akan ditarik.

"Kalau ingat-ingat soal tanggal 17 Agustus, aku ingat ketika bertugas sebagai pembawa bendera saat upacara 17 Agustus di sekolah. Waktu itu kami salah memegang ujung bendera yang akan dipasang. Walhasil saat ditarik, bendera justru terbalik, yang putih di atas sedang yang merah di bawah. Setelah itu kami seluruh petugas paskibraka harus rela mendapat hukuman push up," kenangnya.

Menanggapi soal sikap generasi muda saat ini, Hafidz dan Sunu senada mengaku masih banyak generasi muda yang kurang memberikan apresiasi terhadap perjuangan para pahlawan yang merebut kemerdekaan.

Satu contoh kurangnya apresiasi tersebut yakni sikap kurang khidmad ketika upacara bendera dilaksanakan, dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan.

"Kalau dilihat masih banyak yang menunjukkan sikap kurang menghormati, saya masih menemukan ada teman ketika upacara bendera 17 Agustus dilaksanakan justru sibuk main gadged atau bergurau dengan teman di sampingnya," ungkap Sunu.

Ia pun berharap alangkah baiknya sebagai generasi muda bisa mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan bersusah payah lewat hal-hal yang positif. Dengan begitu, apa yang telah dicapai hingga di usia bangsa saat ini tidak pernah menjadi sia-sia. (gon)

Berita Terkini