HUT RI

Soegito Masih Ingat Saat Bombardir Belanda

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Ambarawa Minta Pemerintah Bangun Patung Dr Cipto Mangunkusumo. Pejuang nasional 1886-1943.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Ingatan R Soegito saat terlibat perang kemerdekaan 1945 masih tajam, meski kini usianya sudah menginjak 90 tahun. Sembari memegang tongkat, ayah tujuh anak itu bercerita saat menjadi anak buah Bung Tomo di Surabaya.

Pria kelahiran 7 November 1925 itu ingat betul harus mengangkat senjata. Padahal posisinya waktu itu hanya sebagai rakyat biasa. Bersama rakyat lainnya, ia berhasil memborbardir penjajah.

"Waktu itu yang mengangkat senjata semua rakyat. Baik dari etnis Tionghoa sampai Keturunan Arab semuanya berjuang, tidak ada perbedaan," kenangnya saat ditemui di rumahnya di Jalan Kesatrian G/27 belum lama ini.

Ia ingat betul, ketika itu semua rakyat atas kehendak sendiri berangkat beperang. Ancaman kematian tidak dihiraukan demi kemerdekaan sepenuhnya Republik Indonesia. Baginya, mati di medan pertempuran tidak masalah.

Desingan peluru sering kali melewati kepalanya. Namun, nasib baik masih menaunginya. Tidak pernah sekalipun peluru bersarang di kulitnya.

Dari rakyat biasa, ia pun bergabung ke dalam satuan TNI. Ia didaulat menjadi Polisi Militer hingga pensiun 1980.

Sudah 70 tahun Indonesia merdeka. Bagi legiun veteran asal Bawen, Mbah Slamet (90) tugas generasi penerus yakni tetap menjaga keutuhan NKRI. Jangan gara-gara partai, bangsa ini terpecah belah.

"Jangan sampai perbedaan di partai sampai membuat kita terpecah belah. Peristiwa G 30 S PKI jangan sampai terulang lagi," ujarnya beberapa waktu lalu.

Pesan yang disampaikan Mbah Slamet tersebut untuk mengingatkan betapa beratnya hidup dalam penjajahan. Berjuang untuk memerdekakan bangsa ini.

Kami jadikan nama jalan

Kepala Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga (Kadinsospora) Kota Semarang Gurun Risyadmoko mengatakan, posisi pejuang atau veteran sangat dihormati oleh Pemerintah kota Semarang. Ia mengatakan bentuk penghormatan yang dilakukan adalah selalu mengundang veteran di acara nasional.

"Kami selalu menempatkan para veteran di kursi paling depan sebagai pelaku sejarah," katanya saat ditemui di kantornya.

Kepala Bidang PKH Dinsospora Kota Semarang Henky Surhendioto menambahkan dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Kota Semarang belum mempunyai pahlawan baru baik pribumi ataupun etnis Tionghoa. Pengajuan kriteria pahlawan tidak mudah.

"Tapi sebagai gantinya. Kami menghargai para pejuang atau tokoh Semarang dengan memberi nama jalan dengan tokoh tersebut, misalnya Jalan Pandanaran dan sebagainya," jelasnya. (Tim)

Berita Terkini