Liputan Khusus

KENALAN Lewat Medsos, Boni Pernah Pacaran dengan Lima Cowok Sekaligus

Editor: iswidodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KENALAN Lewat Medsos, Boni Pernah Pacaran dengan Lima Cowok Sekaligus

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Meskipun terkesan tersembunyi, para gay di Kota Semarang sudah mulai terbuka. Hal itu terungkap dari berbagai media sosial mulai dari Facebook hingga Grinder. Demikian dikatakan Boni, sebut saja demikian, seorang gay di Kota Semarang.

“Ada beberapa medsos yang punya kekhasan, misalnya untuk penggemar gay chubby punya chanel medsos sendiri. Begitu juga penggemar gay berbadan bagus hingga brondong punya chanel sendiri,” katanya kepada Tribun Jateng, pekan lalu.

Sebagai seorang gay, ia bercerita saat ini sudah 'tobat'. Ia sudah tidak seperti saat remaja yang hanya mengejar kesenangan. Dulu, ia masih suka nongkrong di sejumlah tempat. Bahkan, ia pernah pacaran dengan lima cowok sekaligus. Jumlah mantannya mencapai 36 orang dari berbagai profesi. Kini, ia memilih pacar yang dewasa sehingga bisa bertahan lama.

"Saya pernah pacaran sama guru, aparat, macam-macam," ceritanya.

Sembari sesekali membetulkan letak kacamatanya, ia berkisah lahir di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Ketertarikannya pada sesama jenis sudah dirasakan sejak kecil. Hal itu karena masa kecil dan sekolah, ia lebih banyak bersinggungan dengan kakak perempuan dan ibunya.

Memasuki bangku sekolah menengah atas, ia mulai berani jujur pada diri sendiri. Ia bahkan mulai menunjukkan rasa ketertarikannya pada teman laki-lakinya dengan perhatian lebih. Contohnya memberikan bekal makanan dan sebagainya.

Lepas SMA, ia kuliah di Kota Semarang. Atmosfer ibukota Jateng yang lebih terbuka, membuatnya makin jujur dengan diri sendiri. Terutama setelah ia memastikan diri sebagai gay lewat sebuah acara bincang-bincang sebuah radio dengan dokter.

"Di sini saya jujur dengan diri sendiri, bahkan dengan teman-teman saya. Di kota orang-orangnya lebih terbuka," imbuhnya.

Boni pernah berusaha berpacaran dengan perempuan selama dua tahun. Namun, ia mengakui tidak merasa nyaman. Hingga memutuskan menjadi diri sendiri. Ia tidak ingin hidup sekadar sebagai gay. Karena itu, ia memilih menjadi aktivis kesehatan untuk teman-teman gaynya. Ia menjadi semacam penghubung bagi gay yang memiliki permasalahan HIV/AIDS.

Sementara itu, JS, seorang gay di Kota Semarang lainnya bercerita bahwa gay zaman sekarang berbeda dibandingkan kurun tahun 90an.

Menurutnya, gay pada era 90an lebih guyup dan rasa kekeluargaan lebih dalam. Gay zaman sekarang menurutnya sudah individualistis. "Sekarang kenalan di medsos terus ketemuan, selesai," tuturnya. (tribunjateng/cetak)

Berita Terkini