TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berikut ini adalah tanya jawab seputar Ramadan yang dimuat di koran Tribun Jateng edisi Minggu 3 Juni halaman Happy Ramadan.
Assalamu alaikum wr wb, saya tertarik mempelajari hal-hal keislaman belakangan ini melalui video Youtube. Menurut saya, penjelasan di Youtube lebih mudah dipahami daripada membaca buku. Sementara untuk menghadiri majelis taklim, saya tidak tahu musti ke mana, karena tidak ada kenalan serta keterbatasan waktu. Bagaimana Pak Ustadz, orang yang belajar agama lewat Youtube?
Jawaban:
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Pembaca yang budiman,
Patut disyukuri, bahwa perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini memberikan kita berbagai kemudahan hidup dalam berbagai bidang, termasuk bidang kajian keagamaan.
Berbagai kemudahan tersebut memberikan berbagai pilihan kajian keagamaan sesuai kebutuhan dari berbagai kanal informasi media sosial, seperti Youtube, Facebook, dll. yang serba cepat dan siap saji (instan).
Namun demikian, kita tetap harus bijak menggunakan media sosial sebagai sumber rujukan kajian keislaman kita. Karena beragama tidak sekedar mendapat jawaban berbagai persoalan, tetapi kredibilitas, otentisitas, dan akuntablititas dari jawaban tersebut perlu juga menjadi ukuran.
Apalagi di media sosial saat ini bertebaran Ustadz dadakan yang tidak jelas track recordnya dalam belajar agama Islam, sehingga sangat mudah tergelincir pada kesalahan.
Ibnul Mubarak berkata “Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 No. 32).
Belajar agama lewat guru (Ulama/Kyai) adalah wajib hukumnya, karena bagian dari rangkaian sanad tersebut.
Karena mempelajari ilmu (apalagi ilmu keislaman) degan diri sendiri tanpa adanya seorang guru yang membimbing dan bertanggungjawab, akan menjadikan seseorang mudah tergelincir pada kesalahan, karena lebih cenderung menuruti hawa nafsu.
Belajar agama Islam kepada cerdik pandai (ulama/kyai) yang mempunyai kapasitas dan otoritas keilmuwan merupakan hal yang logis. Karena seseorang yang mempunyai kapasitas keilmuwan pada bidangnya akan cenderung berhati-hati dan memberikan pilihan terbaik kepada umat, begitu juga otoritas keilmuan yang dimilikinya akan menjadikan kita tentram menerima ilmu darinya.
Di dalam agama Islam telah jelas sekali isyarat tentang pentingnya kita belajar kepada seorang cerdik pandai (ulama) yang mempunyai kapasitas dan otoritas keilmuan tersebut. Diantaranya QS.An Nahl: 43“…bertanyalah kalian kepada ahli dzikr (ilmu), jika kalian tidak mengetahui”.
Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Barangsiapa menguraikan Alquran dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan” (HR. Ahmad).
“Di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya”. (HR. Ath-Thabrani).
Menggunakan kanal media sosial Yuoutube, dll kalau menjadi satu-satunya sumber, jelas tidak diperbolehkan. Namun kalau menjadikannya sebagai bagian dari sumber belajar pendukung untuk memperdalam dan mempermudah pemahaman dari kajian Ulama/Kyai tentu saja masih diperbolehkan.
Namun tetap harus memperhatikan kapasitas, otoritas, dan track record narasumbernya, serta memperhatikan otentisitas video tayangan yang ada agar terhindar dari fitnah dan kesalahan.
Terima kasih. Wallahu a’lam bis Shawab.
Dr KH Abu Choir MA
Sekretaris PW RMI NU Jateng; Pengasuh PP Darur Ridhwan Al Fadholi Pati