TRIBUNJATENG.COM - Insiden kebakaran yang terjadi di Gili Lawa darat, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menyisakan duka di hati wisatawan.
Terutama wisatawan yang dalam waktu dekat ini berencana melihat keindahan gugusan pulau-pulau kecil berbukit ini.
Perjalanan harus ditunda karena Gili Lawa masih ditutup untuk umum.
Otoritas Balai Taman Nasional Komodo (TNK), Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur ( NTT), menutup sementara obyek wisata Gili Lawa Darat.
Penutupan dilakukan, menyusul terbakarnya padang savana seluas 10 hektar di Gili Lawa, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) Kamis (2/7/2018) malam.
Untuk mengobati rasa kecewa, banyak destinasi wisata yang bisa kamu kunjungi di NTT.
Ya, wilayah Indonesia Timur memang tak pernah habis menawarkan pesona alam untuk dikunjungi.
Satu di antaranya adalah Pulau Sabu.
Namanya mungkin tidak setenar Pulau Komodo atau Rinca.
Pulau Sabu adalah sebuah pulau kecil dan terpencil di Nusa Tenggara Timur.
Penduduk pulau ini punya kebiasaan dan tradisi unik yang masih terjaga sampai saat ini.
Mereka secara turun-temurun punya kebiasaan minum air gula sebagai pengganti makanan.
Penduduk Pulau sabu juga mewarisi tradisi kerajinan tenun dari bahan kapas asli yang biasanya ditanam di kebun belakang rumah.
Melansir dari acara ekspedisi Pulau Sabu yang tayang di Kompas TV, Sabtu 4 Agustus 2018, keaslian perkampungan tradisional di Pulau Sabu masih sangat terjaga.
Dari Jakarta menuju Pulau Sabu, travelers harus melalui perjalanan udara menju Kupang yang ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam.
Dari Pelabuhan Tenau Kupang, dilanjutkan dengan perjalanan laut menuju Pulau Sabu sekitar 4 jam dengan ferry cepat.
Pulau Sabu adalah pulau terluar di bagian selatan Indonesia yang terletak di antara Pulau Sumba dan Pulau Rote.
Di Pulau Sabu, kamu mungkin akan kesulitan menemukan transportasi umum.
Warga biasanya bepergian dengan kendaraan pribadi atau menumpang kendaraan yang lewat.
Satu lagi yang unik, reporter Kompas TV, Dayu Hatmanti dalam perjalanannya 2015 lalu menemukan fakta di Pulau Sabu harga bensin Premium lebih mahal dari Pertamax.
Baca: Segera Tukarkan, Uang Kertas Berikut Ini Tak Berlaku Mulai 1 Januari 2019
Harga Pertamax eceran di Pulau Sabu tahun 2015 adalah Rp 25 ribu sedangkan Premium Rp 35 ribu per botol.
Harga bensin eceran paling mahal pernah terjadi di pulau ini, mencapai Rp 70 ribu.
Tingginya harga BBM membuat biaya kebutuhan hidup ikut tinggi.
Hal itu membuat nominal rupiah tertentu tidak laku di Pulau Sabu.
Saat Dayu hendak membeli makanan ringan seharga Rp 2 ribu, uang receh yang ia gunakan untuk membayar ditolak oleh penjual.
"Maaf, uang ini tidak dipakai di sini," kata Misbah, penjual di warung yang didatangi Dayu.
"Iya, sama-sama seribu tapi orang di sini tidak terima uang ini, uang kertas saja yang diterima," lanjut Misbah.(*)