TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Putri Ratna Sarumpaet, Fathom Saulina, dapat menjenguk sang ibu yang kini menjadi tahanan Polda Metro Jaya. Fathom datang seorang diri, sekira pukul 13.55 WIB, Senin (8/10), dan hanya bertemu ibunya yang berstatus tersangka kasus berita bohong (hoax), selama 30 menit.
Penasihat hukum Ratna Sarumpaet, Insank Nasruddin, membenarkan hanya Fathom yang menjenguk ibunya. "Ya (anaknya jenguk). Hanya Fathom," ujar Insank singkat.
Fathom merupakan anak kandung Ratna yang ikut mendampingi saat sang ibu ditangkap petugas Polda Metro Jaya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (4/10) malam. Ratna ditangkap dalam pesawat Turkey Airlines ketika hendak terbang ke Santiago, Chile.
Fathom yang hari itu mengenakan penutup kepala merah muda dan kaus biru, tidak bersedia memberi komentar. "Nggak ada komentar ya," tegas Fathom seraya pergi.
Insank Nasruddin mengungkapkan kliennya mengaku kelelahan selama menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya. "Saat terakhir ketemu ia mengaku kurang tidur, kelelahan. Pemeriksaan yang terakhir berlangsung selama 8 jam ya," ujar Insank.
Sejak ditangkap di Bandara Soekarno Hatta, Ratna terus menjalani pemeriksaan maraton. "Sampai hari ini (Senin) pemeriksaan belum selesai, masih ada lanjutannya lagi," tambah Insank.
Ratna bahkan meminta dibawakan bantal dan kasur kecil. Permintaan tersebut telah dipenuhi keluarga pada Jumat (5/10) malam. Barang yang dimintai Ratna di antaranya bantal, obat-obatan, dan makanan.
Mengenai permohonan peralihan jenis penahanan menjadi tahanan kota, Insank berharap polisi mengabulkan permintaan itu. Ia menegaskan pihak keluarga siap menjadi penjamin terkait perubahan jenis penahanan itu.
Pihak keluarga menjamin Ratna tidak akan membuat dan menyebar berita palsu (hoax) lagi ketika berstatus tahanan kota. "Pihak keluarga dan saya sebagai penasihat hukum juga menjamin Ibu Ratna Sarumpaet tidak akan melarikan diri dan tidak menghilangkan barang bukti," katanya.
Selain itu pihak keluarga siap membantu kelancaran proses hukum kasus itu. Insank mengungkapkan kondisi mental Ratna bisa terganggu bila berada di dalam tahanan.
"Kalau sampai harus berada di rutan tentunya secara fisik maupun mentalnya bisa terpengaruh. Beliau kan sudah berusia lanjut," jelas Insank.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan tersangka berhak mengajukan perubahan status sebagai tahanan kota. "Ya silakan saja mengajukan permohonan menjadi tahanan kota. Nanti penyidik akan menilai apakah perlu dikabulkan atau tidak," kata Argo.
Uang pribadi
Ratna Sarumpaet dikenai pasal 14 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan pasal 28 jo pasal 45 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Tersangka terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara.
Disinggung soal biaya operasi platik sebesar Rp 90 juta di Rumah Sakit Khusus Bina Estetika, Menteng, Jakarta, Isnak menyebut uang tersebut bukan berasal dari sumbangan bencana tenggelamnya kapal Sinar Bangun di Danau Toba.
Ratna Sarumpaet pernah melakukan penggalangan dana buat keluarga korban tenggelamnya kapal motor tersebut. Sumbangan diarahkan ke sebuah nomor rekening tertentu dan dari hasil pelacakan polisi pembayaran biasa operasi plastik berasal dari rekening tersebut.
"Saya udah tanya kepada Ibu Ratna Sarumpaet, beliau mengatakan itu tidak ada dana bantuan untuk korban kapal tenggelam di Danau Toba yang digunakan untuk biaya operasi. Pembayaran berasal dari dana pribadi Ibu Ratna," ungkap Insank.
Pihaknya justru balik mempertanyakan apa bukti kliennya menggunakan uang sumbangan korban tenggelamnya kapal Sinar Bangun. "Dana yang mana. Itu kan hanya buka rekening atas nama beliau," tegas Insank.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan adanya temuan terkait rekening yang digunakan Ratna untuk membayar biaya operasi. Ia mengatakan rekening tersebut ternyata rekening yang digunakan untuk mengumpulkan dana bantuan bagi korban musibah di Danau Toba.
"Dalam proses penyidikan beliau melakukan pembayaran menggunakan nomor rekening itu. Kalau Anda buka di internet, ternyata beliau menggunakan rekening itu untuk mengumpulkan sumbangan musibah Danau Toba," ujar Setyo, di Amos Cozy Hotel, Melawai, Jakarta, Kamis (4/10) lalu.
Prabowo Subianto Sudah Curiga
Sementara itu, Prabowo Subianto sudah curiga ada 2-3 orang selalu datangi Ratna Sarumpaet. Prabowo Subianto memiliki kecurigaan dalam kasus kebohongan Ratna Sarumpaet.
Pengakuan tersebut diberikan Prabowo Subianto saat dialognya dengan Rosiana Silalahi di Kompas TV pada Jumat (7/10/2018).
Prabowo Subianto mengaku awalnya merasa terkejut dan bertanya-tanya motivasi Ratna Sarumpaet melakukan kebohongan itu.
"Saya percaya masa bisa sih ibu 70 tahun bikin sandiwara seperti ini, apa motivasinya bikin sandiwara seperti ini? Motivasinya apa?" ucap Prabowo Subianto.
Prabowo Subianto juga berujar ia pernah meminta visum terkait lebam yang ada di wajah Ratna Sarumpaet.
"Setelah itu saya sudah minta, tolong visum dokternya mana?" tanya Prabowo Subianto.
Selain itu, Prabowo Subianto menganggap kasus itu masih menjadi misteri.
Tidak hanya itu, dia juga menduga ada semacam tekanan jiwa yang dialami oleh Ratna.
"Walaupun kita tidak etis bicara untuk umum," ucap Prabowo Subianto.
"Saya minta maaf ke publik, ya kalau memang mau diusut, silakan diusut. Dalam arti misteri. Saya juga denger cerita-cerita beberapa bulan ini ada 2-3 orang yang selalu datangi beliau, bicara ini bicara itu. Ya Maklumlah dunia Republik Indonesia sekarang. Penuh misteri," ujar Prabowo Subianto.
Rosi kemudian bertanya alasan Prabowo langsung melakukan konferensi pers kala itu saat mendengar kabar Ratna Sarumpaet dipukuli.
Kemudian Prabowo Subianto berujar bahwa ia bertanggung jawab lantaran Ratna adalah anggota timnya yang ia kagumi.
Tak hanya itu, dalam konferensi persnya ia juga menyampaikan pernyataan Neno Warisman.
Prabowo Subianto juga berujar bahwa langkah yang ia ambil lantaran korbannya adalah perempuan.
"Jadi saya ya terus terang saja merasa terpanggil, saya harus membela, orang yang saya anggap dianiaya," jelas Prabowo Subianto.
"Ya bahwa itu kebohongan, dia mengakui dia minta ampun bukan minta maaf, ya kita harus selidiki, apa yang menyebabkan beliau lakukan sesuatu seperti itu," kata Prabowo Subianto.(*)