TRIBUNJATENG.COM, TEMANGGUNGÂ -- Seorang korban meninggal akibat kecelakaan pesawat Lion Air JT-610, Wahyu Susilo (31), telah dimakamkan di kampung halamannya di Dusun Macanan, Desa Mojosari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Minggu (4/10).
Jenazah Wahyu tiba di rumah duka sekitar pukul 12.30.
Isak tangis orangtua, kerabat, dan para tetangga, seketika pecah begitu peti jenazah diturunkan dari mobil ambulans. Terlebih istri Wahyu, Isti Khasanah (29) yang sedang hamil tujuh minggu.
Berkali-kali wanita itu harus dipapah karena lemas. Jenazah Wahyu langsung disalatkan di masjid setempat.
Sekitar pukul 15.30 WIB, jenazah Wahyu dimakamkan di Pemakaman Desa Mojosari. Manajer Service Relation Lion Air, Slamet Dauri menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas kecelakaan pasawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT-610 yang ditumpangi almarhum Wahyu dan ratusan penumpang lainnya. Slamet turut mengantarkan jenazah Wahyu Susilo dari Jakarta ke rumah duka.
"Kami mewakili pihak Lion Air turut mengucapkan belasungklawa mendalam bagi keluarga korban yang ditinggalkan. Semoga mereka diberi ketabahan setelah meninggalnya Wahyu Susilo," ungkap Slamet, seusai prosesi pemakaman.
Menurut Slamet, perusahaan maskapai Lion Air bertanggung jawab penuh terhadap para korban, baik secara material maupun moril. Pihaknya juga berjanji akan segera memberikan uang santunan dan asuransi yang saat ini tengah dalam proses pengurusan.
"Sekarang sedang dalam proses, secepatnya akan kami berikan," katanya.
Diketahui, kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang terjadi, Senin (29/10) lalu.
Pesawat yang ditumpangi 189 penumpang dan kru itu jatuh di lepas pantai Karawang, Jawa Barat.
Hingga saat ini tim SAR gabungan masih terus berupaya melakukan evakuasi terhadap korban dan serpihan-serpihan pesawat. Data sementara per Minggu (4/11) total ada 14 jenazah yang berhasil diidentifikasi.
Pada hari yang sama, jenazah pramugari Lion Air, Endang Sri Bagus Nita (20), dimakamkan di pekuburan umum Desa Ayam Putih, Bulus Pesantren, Kebumen. Isak tangis keluarga, saudara dan tetangga mengiringi jenazah korban menuju pemakaman. Yulianti (37), ibu korban, histeris saat pemakaman putrinya. Yul bahkan sempat tak sadarkan diri saat peti jenazah anaknya dimasukkan ke liang lahat.
"Minta doanya aja yang terbaik buat anak saya," kata Satijo (45), ayah korban, saat ditemui di pemakaman.
Ibunda korban terlihat sangat terpukul, berkali-kali jatuh pingsan dan histeris. Doa dan taburan bunga sebagai penghormatan terakhir mengiringi jenazah Endang, anak pertama dari empat bersaudara pasangan Satijo dan Yulianti.
Satijo menuturkan, anak kesayangannya itu baru menjalani masa training selama enam bulan di Lion Air. Namun, musibah Lion Air, 29 Oktober lalu, Endang harus mengakhiri masa training pada penerbangannya yang ke-8 sebagai pramugari magang.