TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Nyali tukang angkut kentang atau ojek kentang di dataran tinggi Kabupaten Batang, tepatnya di Desa Gerlang Kecamatan Blado patut diacungi jempol.
Walaupun menggunakan sepeda motor berkubikasi kecil atau motor berjenis bebek, namun aksinya bikin masyarakat luar daerah yang melihat bisa geleng-geleng kepala.
Pasalnya, motor yang digunakan itu mampu mengangkut kentang dengan total bobot mencapai 5 ton setiap harinya.
Yang bikin merinding, jalur yang dilintasi berupa perbukitan terjal dimana sisi kanan dan kirinya merupakan jurang.
Meski medan yang dilalui ekstrem, mereka tampak lincah membawa beban kentang berkuintal-kuintal.
Bahkan, sangat jarang para driver ojek kentang mengendurkan laju tunggangannya.
Selain dibutuhkan nyali jempolan, para driver sengaja melakukan modifikasi kuda besi mereka.
Seperti yang dilakukan Muhidin (27), dimana ia menghabiskan Rp 3 juta hanya untuk memperkokoh sektor kaki-kaki Yamaha Vega keluaran 2008.
Pemuda yang sanggup bolak-balik 30 kali sehari membawa kentang seberat 1,5 kuintal itu, tak main-main dalam hal memperkokoh tunggangannya.
“Shock breaker depan saya comot dari Yamaha Scorpio.
Velg saya ganti merk DID buatan Jepang.
Penggantian shock depan memang sengaja saya lakukan agar kendaraan mampu mengangkat beban berat,” paparnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (5/7/2019).
Selain pengaplikasian shock motor batangan, Muhidin juga membenamkan peredam kejut adjustable bermerek KYB yang ia peroleh dari Yamaha RZR 135.
“Memang saya beli bekas.
Total biaya sektor kaki-kaki untuk kendaraan ini sampai Rp 3 juta.
Termasuk penggantian gear belakang dengan ukuran 46 serta depan 12 lengkap dengan ban untuk jalan offroad.
Tapi untuk mesin tidak ada modifikasi sama sekali,” jelasnya.
Ia mengaku, total kentang yang ia angkut setiap hari mencapai 5 ton, dengan upah Rp 300 per kilogram.
“Biasanya sampai 30 kali bolak-balik berjarak sekitar 3 kilometer.
Sekali angkut saya bisa membawa 1.5 kuintal,” kata Muhidin.
Karena medan berat yang ia lalui setiap hari, pria yang sering mengikuti kompetisi enduro motorcross tersebut selalu mengganti kampas rem tiap pekan.
“Mau tidak mau harus ganti kampas rem depan belakang setiap minggu.
Karena medan yang saya lalui naik turun dan muatan tergolong berat,” jelasnya.
Sementara itu Tulud (37) driver ojek kentang lainnya menuturkan, pemuda desa sudah terbiasa melintasi medan ekstrem.
“Dengan mengangkut kentang penghasilan kami cukup untuk kebutuhan sehari-hari serta untuk memodifikasi sepeda motor.
Bahkan tak jarang Rp 700 ribu bisa kami dapatkan setiap harinya,” kata Kulud.
Ia menambahkan, pemuda di Desa Gerlang bisa dikatakan punya nyali edan melibas jalur-jalur ekstrem.
“Tapi saat dihadapkan di Jalur Pantura kami justru ketakutan.
Tak jarang kami memilih lewat trotoar karena kami takut tertabrak truk.
Mungkin karena kondisi alam yang membuat kami terbiasa.
Kondisinya berbeda dengan Jalur Pantura,” tambahnya. (Budi Susanto)