Pernyataan Resmi Kapuspen TNI Terkait Enzo Taruna Akmil Blasteran yang Diduga Terpapar HTI

Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Enzo Zenz Allie taruna akmil asal Perancis

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Setelah beritanya viral, beredar postingan di media sosial soal Enzo Zenz Allie diduga terpapar organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia.

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Sisriadi mengatakan pihaknya menerima informasi yang beredar baik dari Facebook dan masyarakat soal Enzo.

Ia menegaskan TNI sudah memiliki prosedur operasi standar (SOP), tidak hanya Enzo tapi semua calon taruna, tahap satu sampai tahap empat diawasi.

"Secara prosedur kita punya SOP. Sampai tingkat empat kita telusuri. SOP kita begitu. Kodim, Koramil dilibatkan untuk meneliti orangtuanya dan keluarganya," ungkap Sisriadi saat dihubungi TribunJakarta.com pada Rabu (7/8/2019).

"Sampai tingkat empat tidak putus namanya pengawasan ini. Kalau ada prajurit taruna yang tidak Pancasilais,  ketemu lalu dikeluarkan. Ini kan masih awal, kita dalami betul dan kita tidak buru-buru," ia menambahkan.

SOP untuk menelusuri latar belakang calon taruna atau yang sedang berproses dalam pendidikan perwira tidak lepas dari pengawasan.

Pengawasan yang dimaksud berlangsung secara periodik dengan melibatkan intelijen dan aparatur teroterial seperti dari Kodim, Koramil, dan BAIS TNI.

"Ini sudah berjalan sejak mereka diterima," beber Sisriadi. "Kita mesti pelan-pelan dan serius menangani ini. Jangan sampai TNI dirugikan dan dia juga dirugikan."

Dikatakan Sisriadi, ada sejumlah seleksi untuk menjadi taruna di antaranya seleksi administrasi, kesehatan, jasmani, kepribadian melalui psikotes, akademis, terakhir dan yang paling penting adalah mental ideologi.

Terkait Enzo, dari semua seleksi di atas yang bersangkutan lulus menjadi calon Taruna Akmil.

"Namun kami juga punya sistem penyaringan lagi. Jadi, orang-orang yang sedang di dalam pendidikan, terutama pendidikan perwira itu juga terus kita dalami, karena kami di TNI tidak ingin tersusupi oleh orang-orang yang memiliki paham radikal," jelas Sisriadi.

Sisriadi menjelaskan radikal yang dimaksud ada tiga, yakni radikal kiri, radikal kanan dan radikal lainnya seperti ultraliberalis.

"Kalau dia Pancasilais sayang dong. Tapi tidak ada harganya kalau dia tidak Pancasilais."

"Jadi tidak hanya Enzo, taruna yang lain juga kita dalami selama mereka mengikuti pendidikan. Sementara ini dia lolos oleh seleksi penyaringan pendidikan. Tapi belum tentu orang yang jumlahnya sekian itu lolos lagi dalam penyaringan berikutnya," tegas dia.

Penyaringan berjenjang berlaku untuk semua taruna yang mengikuti pendidikan selama empat tahun. Bagi taruna diseleksi oleh pelatihnya di Akmil.

"Di dalam kita menyeleksi seseorang baik yang melalui pendidikan atau selama dia berproses dalam pendidikan kita gunakan aparat inteleijen teritorial yang ada di wilayah."

"Jadi, tidak hanya Enzo tapi prajurit taruna yang lain juga kita telusuri dan kita dalami," kata dia lagi.

Menurut dia, tidak menutup kemungkinan taruna yang sedang dalam proses pendidikan, bahkan hendak dilantik bisa dikeluarkan karena ketahuan masih menyimpan ideologi yang terlarang.

"Tapi jangan sampai kemudian masyarakat men-judge, menghukum yang bersangkutan tidak terpapar, punya potensi bagus kemudian terfitnah," ucap dia.

Sosok Enzo

Enzo Zenz Ellie menjadi buah bibir setelah video wawancaranya dengan Panglima TNI Marsekal Hadji Tjahjanto viral.

Putra pasangan almarhum Jean Paul Francois Ellie asal Perancis dan ibu Siti Hadiati Nahriah asal Sunda, Indonesia, ini lulus menjadi calon Taruna Akmil.

Panglima TNI, didampingi para Kepala Staf Angkatan, memanggil Enzo, satu dari 634 yang lulus catar Akmil di Magelang, Jumat (2/8/2019).

Siapa Enzo? TribunJakarta.com berhasil mewancarai sejumlah orang dekat Enzo termasuk ibu dan gurunya di SMA Pesantren Unggulan Al Bayan, Anyer, Banten.

Menurut ibunya, keinginan Enzo menjadi tentara sudah terlihat sejak masih kanak-kanak."

Bukan dari SMA, tapi Enzo malahan sejak taman kanak-kanak memang sudah ingin masuk tentara," ungkap Siti lewat telepon, Selasa (6/8/2019).

Berhubung kesibukannya di luar kota, Siti belum bisa bercerita banyak tentang Enzo dan berbagi pengalaman anaknya sampai bisa lukus catar Akmil di Magelang.

Jadi Prajurit Soleh

Enzo balik mengikuti ibunya yang menetap di Cilegon, Indonesia, setelah ayahnya meninggal pada 2012. Ia meneruskan sekolah menengah pertama di sini.

Lulus sekolah menengah pertama, Enzo melanjutkan sekolah dengan sistem asrama khusus putra di SMA PU Al Bayan, Anyer, Banten.

Deden Ramdani, Kepala SMA PU Al Bayan, mengaku salut dengan perjuangan Enzo meski saat awal masuk memiliki keterbatasan di bahasa.

Secara pribadi, Deden dekat dengan Enzo dan menjadi tempatnya curhat karena pernah mengajarnya untuk mata pelajaran kimia.

"Saya pribadi melihat Enzo pribadi yang tekun, ulet dan punya prinsip yang sangat kuat," ungkap Deden lewat telepon.

Alumnus Pendidikan Kimia UPI ini mengaku sejak awal Enzo masuk asrama sudah mengungkapkan keinginannya menjadi TNI.

Ada kata-kata Enzo yang membuat Deden takjub dengan pemuda yang hobi atletik dan renang ini.

"Pak, mohon doanya. Saya ingin menjadi prajurit yang soleh," ungkap Enzo seperti ditirukan oleh Deden.

"Bapak doakan Enzo lulus masuk Akmil," jawab Deden meyakinkan siswanya itu.

Hal itu disampaikan ketika Enzo masuk pertengahan semester kelas satu.

Deden menjadi guru kimia Enzo saat duduk di kelas satu dan dua. Sekali dua kali bertemu di masjid, Enzo menyampaikan keinginannya tersebut kepada Deden.

Doa yang diminta Enzo kemudian Deden sampaikan saat rapat dengan guru-guru SMA PU Al Bayan lainnya.

"Saya sampaikan di rapat saat briefing, 'tolong Enzo punya cita-cita jadi prajurit yang soleh ke guru-guru. Sebagian mereka menangis," ungkap Deden.

Awal masuk, Enzo masih terkendala dengan bahasa Indonesia. Namun ia pantang menyerah dengan keadaan.

"Ketika belajar kimia karena sulit bahasa Indonesia, dia tidak mudah menyeragh. Paling punya prinsip."

"Misalnya, ketika punya tekad untuk masuk Akmil, dia tahu apa yang harus dilakukan. Dia rutin push up dan bicara sama saya. Kemudian lari dan jogging sendiri."

"Beberapa anak mungkin sore istirahat tapi Enzo punya prinsip mengejar cita-citanya. Kelas satu sudah seperti itu," ungkap Deden.

Sosok Enzo di mata Deden bukanlah anak yang neko-neko. Berdasarkan buku catatan pelanggaran siswa, nama Enzo hampir tidak. Justru yang ada malah prestasinya.

Di antara teman-temannya, Enzo pun dikenal sebagai pribadi yang supel terbukti dapat bersosialisasi dengan bagus dan diandalkan di bidang olahraga.

Pantang menyerah

Pernah merasakan kultur dan pendidikan di Perancis, tak membuat Enzo sulit beradaptasi dengan siswa lain.

Meski terbatas dengan kemampuan berbahasa Indonesia saat masuk asrama di SMA PU Al Bayan, Enzo tak patah semangat dan terus belajar.

Di dalam kelas, karena mata pelajaran menggunakan bahasa Indonesia, Enzo sangat memperhatikan penjelasan gurunya.

Satu hari ketika kesulitan mencerna pemaparan gurunya, Enzo bercerita kepada Deden untuk kursus bahasa agar cepat menyesuaikan diri.

"Saya perlu privat bahasa Indonesia karena ada beberapa kata yang kurang ia mengerti. Saya baru pertama mendengar kata-kata ini," ujar Enzo kepada Deden.

Di situ Deden melihat Enzo benar-benar remaja yang punya prinsip kuat untuk menjadi lebih baik.

Di kelas dua, Enzo mengungkapkan keinginannya memperdalam ilmu agama, termasuk mengaji Alquran.

Akhirnya, Deden menitipkan Enzo untuk belajar mengaji kepada Abdul Amin, guru pengampu Sejarah dan PPKn sekaligus Ketua DKM.

Bahkan, saat ada program umrah yang digelar pihak sekolah, Enzo bisa dibilang siswa yang paling antusias.

Umrah siswa ini menjadi bagian program yang diselenggarakan pihak SMA PU Al Bayan Anyer.

"Dia salah satu yang paling semangat umrah. Dia ingin merasakan bagaimana indahnya umrah. Waktu itu dia umrah bersama kepala sekolah sebelum saya," kenang Deden.

Tak salah jika Komandan Jenderal Akademi TNI Laksdya TNI Aan Kurnia memuji bacaan Alquran Enzo.

"Itu ngajinya saja, saya mungkin kalah. Ngajinya hebat. Agamanya bagus," puji Aan kepada Tribun Jogja di Akmil Magelang, Senin (6/8/2019).

Tekun Latihan Fisik

Keinginan keras Enzo untuk menjadi taruna Akmil tak hanya sekadar ucapan, tapi ia tekun melatih fisiknya.

Menurut Deden, hampir tiap hari Enzo berlatih fisik dengan lari di pantai yang berjarak 400 meter dari gerbang SMA PU Al Bayan.

"Ketekunan Enzo menjadi prajurit dibuktikan dengan latihan fisik hampir tiap hari," ungkap Deden.

Latihan fisik terutama lari semakin intensif ketika Enzo, didukung pihak sekolah dan ibunya, merekrut Exber, pelatih atletik yang juga mantan pelari nasional.

Saat bersamaan, Enzo menjadi wakil SMA PU Al Bayan untuk mengikuti cabang atletik dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Kabupaten Serang.

Menurut Deden, dipilihnya Exber sebagai pelatih atletik bentuk pembinaan yang diberikan sekolah untuk muridnya yang ingin mengikuti kegiatan di luar.

"Sebenarnya tidak hanya atletik tapi ada olahraga lain," terang Deden. "Jadi Enzo ikut pelatihan secara khusus."

Kesenangan Enzo dalam cabang atletik mendapat dukungan penuh ibunya.

Ada satu teman Enzo yang juga berlatih atletik di bawah Exber, yakni Michael Sahala Cakrabuwana.

Berbeda dari Enzo, Michael remaja asal Jakarta ini bermaksud masuk Akpol, namun belakangan diterima di Universitas Udayana, Bali.

"Enzo dengan Michael ini sama-sama berlatih fisik sama Pak Exber," beber Deden.

Siswa Berprestasi

Latihan keras Enzo selama ini berbuah prestasi. Pada Februari 2019 lalu, Enzo meraih dua medali emas pada kejuaraan atletik tingkat Kabupaten Serang.

Ia menang untuk atletik nomor 400 meter dan 800 meter dengan catatan waktu 2 menit 15 detik.

"Saya bangga karena bisa menang, membahagiakan orangtua dan nama baik sekolah," ujar Enzo saat itu dilansir dari laman albayananyer.sch.id.

Perjuangan Enzo menyabet dua medali emas sekaligus tidaklah mudah karena ia mempersiapkan diri selama satu bulan.

Saat itu ia menargetikan ingin memberikan yang terbaik di kejurda dan bisa tampil di PON 2020 di Papua.

Menurut Deden, Enzo sempat ikut perlombaan atletik tingkat provinsi namun belum menyumbangkan hasil.

Prestasi Enzo lainnya adalah juara dua dan tiga cabang renang 100 meter gaya bebas di O2SN Kabupaten Serang pada 2018 dan juara 2 lari jarak jauh 5.000 neter yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Untirta beberapa bulan lalu.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com : https://jakarta.tribunnews.com/2019/08/07/kapuspen-tni-tak-hanya-enzo-semua-tarunadiawasi-tak-tersusupipaham-radikal?page=all.

Berita Terkini