Kisah Warsiah Tinggal Dalam Gubuk Tak Layak Huni, Atap Daun Kelapa dan Tidak Punya Kakus

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Seorang nenek bernama Warsiah (75) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah bertahun- tahun hidup di sebuah gubuk yang tampak tidak layak huni.

Ia bertempat tinggal di RT 2 RW 3 Desa Demangharjo, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal.

Warsiah hidup dalam sebuah gubuk berukuran 4 x 5 meter dari anyaman bambu yang sudah banyak tertambal oleh kain ataupun baliho.

Sanksi Berkendara Sambil Main HP, Dipenjara atau Denda Rp 750.000

Kronologi Legenda NBA Kobe Bryant Meninggal Dalam Kecelakaan Helikopter 

Kesaksian Warga di Detik-detik Helikopter Jatuh Tewaskan Kobe Bryant dan Putrinya

Atap gubuknya, bukan berupa genting melainkan terbuat dari daun kelapa yang nampak lebih banyak rongga.

Lantainya pun hanyalah sebuah tanah.

Ia hidup tanpai air bersih, tanpa kakus, dan tanpa listrik.

Warsiah seorang nenek berusia sekira 75 tahun di Desa Demangharjo, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Ia hidup di gubuk berukuran sekira 4x5 meter tanpa kakus dan atap yang sering bocor, Minggu (26/1/2020). (Tribun Jateng/ Fajar Bahrudin)

Bila hujan turun Warsiah hanya bisa berlindung ke sudut pojok gubuk yang tidak bocor.

"Jawoh ya dempes. Isine keluncur kabeh. (Hujan ya mengumpet ke pojok. Di dalam rumah basah semua)," kata Warsiah dalam bahasa Jawa kepada Tribunjateng.com, Minggu (26/1/2020).

Warsiah, nenek berusia sekira 75 tahun di Desa Demangharjo, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Ia hidup di gubuk berukuran sekira 4x5 meter tanpa kakus dan atap yang sering bocor, Minggu (26/1/2020). (Tribun Jateng/Fajar Bahruddin)

Warsiah bercerita, ia hidup di gubuk tersebut seorang diri.

Tidak mempunyai anak dan suaminya sudah meninggal dunia lama.

Ia punya adik bernama Warso yang sehari- hari bekerja sebagai nelayan.

Warsiah dahulu berjualan ikan keliling desa.

Namun setelah kakinya sakit dan tidak lancar berjalan, ia berhenti berjualan.

"Kaki saya sekarang tidak lincah. Sekarang kalau makan dikasih tetangga dan adik. Kadang ngasih nasi, lontong, telur atau mie instan buat makan," katanya.

Warsiah mengatakan, ia tidak pernah mendapat bantuan untuk perbaikan gubuknya.

Meski sudah berganti enam kepala desa, tetap sama satu pun tidak ada yang memberi bantuan.

Ia hanya pernah mendapatkan terpal dari seorang polisi untuk menutupi genting gubuknya yang bolong.

"Dari Lurah Landung, Lurah Parman, Lurah Ibin, Lurah Azis, satu lurah perempuan, kemudian ini lurah baru lagi. Tapi tidak diberi bantuan," ungkapnya.

Warsiah mengatakan, jika ada yang ingin memperbaiki gubuknya ia akan menerima.

Baginya yang terpenting orang tersebut ikhlas dan ridho.

Ia mengatakan, tanah di atas gubuknya memang milik adiknya Warso.

Namun adiknya pun mengizinkan jika rumah itu mendapat bantuan untuk perbaikan.

"Jika ada yang ikhlas membangun dan bersedia, saya mengiyakan. Dulu pernah dengar ada yang mau bantu, tapi sampai sekarang belum. Tapi tidak ada yang mau bantu, mau bagaimana lagi? Ya sabar saja," ungkapnya.

Ketua RT 2 RW 3 Desa Demangharjo, Suhari (70) mengatakan, rumah Warsiah memang paling jelek di lingkungannya.

Ia mengatakan, sepanjang yang ia tahu Warsiah memang tidak pernah mendapat bantuan untuk perbaikan rumah.

Meski demikian, warga lain yang tahu kehidupannya selalu mengunjunginya.

Kadang memberikan makan ataupun memberikan uang.

"Rumahnya memang paling jelek. Dia tinggal sendirian. Tapi kadang adiknya ke rumah nenek Warsiah. Ngurusin kakaknya," katanya. (fba)

Kisah Herman Meninggal Dibunuh Tetangga di Depan Mata Istri Korban

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Hujan Lebat Tiga Hari, Ada Sirkulasi Siklonik

Berita Terkini