Berita Artis

Blusukan di Gang Dolly, Butet Kartaredjasa: Coba Aku ke Sini Beberapa Tahun Lalu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Butet Kartaredjasa saat menemui wartawan di rumah duka Djaduk Ferianto

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Butet Kartaredjasa melanjutkan aksi blusukannya.

Kali ini, Butet ke kawasan eks lokalisasi Dolly, di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur.

Butet yang mendatangi Gang Dolly pada malam hari terlihat takjub karena sepinya kawasan tersebut.

Oknum Kodim 0733 BS Semarang Emosi Dihentikan karena Tak Pakai Masker, Bentak PM & Acuhkan Kapolsek

Viral Video Mbah Slamet Diseret dari Mushola di Pati, Pengunggah: Itu Kenyataan, Bukan Dibuat -buat

Jangan Tidur Setelah Sahur Jika Tak Ingin Terkena 5 Penyakit Berbahaya Ini

Wanita Ini Shock Anaknya Yang Masih Kelas 6 SD Hamil dan Melahirkan, Apalagi Tahu Siapa Ayahnya

"Apes aku.

Di sini sudah sepi.

Coba aku ke sini beberapa tahun lalu," kata Butet berkelakar.

Gang Dolly sebelumnya terkenal begitu gemerlap sebagai lokalisasi terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Setelah lokalisasi ditutup, warga Gang Dolly memulai usaha dan mendapatkan pelatihan.

Butet kembali blusukan keesokan harinya untuk membuktikan sudah tidak ada lagi praktik prostitusi di sana.

"Pas aku malam kemarin ke sini sepi.

Nah ini siang, ayo kita buktikan apa masih ada kelakuan kayak dulu tuh," ujar Butet.

Dilindungi payung, Butet menyusuri Gang Dolly hingga akhirnya bertemu seorang pria yang kerap disapa Bang Jarwo.

Menurut Butet, Bang jarwo merupakan salah satu warga Gang Dolly yang paling getol menolak penutupan lokalisasi.

Namun, kini Bang Jarwo justru menuai manfaat besar dari penutupan lokalisasi Gang Dolly.

"Sekarang dia sudah berproses bahkan mungkin sudah menikmati hasil proses perubahan Gang Dolly," ujar Butet seraya menunjuk Bang Jarwo.

Bang Jarwo yang memiliki nama lengkap Jarwo Susanto itu merupakan pedagang warung kopi di eks lokalisasi Dolly.

Ia memperoleh penghasilan besar dari usahanya menjual kopi.

Ia bisa mendapatkan hingga Rp 45 juta tiap bulannya.

"Hasilnya lebih banyak Rp 800.000 per harinya.

Kalau kopi di luar Dolly dijualnya Rp 2.000, tetapi di sini bisa dijual Rp 5.000," ujar Jarwo.

Uang hasil dagang kopi, kebanyakan dipakai Jarwo untuk hal-hal tidak bermanfaat.

Butet menyebutnya untuk hal-hal maksiat.

"Buat minum, judi, buat main.

Bayangannya besok dapat uang lagi, besok dapat uang lagi," kata Jarwo terkekeh.

Dengan demikian, Jarwo menolak penutupan lokalisasi Dolly.

Demi menolak penutupan lokalisasi, Jarwo bersama para pekerja setempat serta pekerja seks komersial (PSK) sempat membentuk Front Pembela Lokalisasi (FPL).

Dalam kesempatan itu, Jarwo menunjukkan barang-barang bersejarahnya ketika melawan aparat menolak penutupan Gang Dolly, seperti kaos FPL hingga sirine peringatan.

Namun, seiring berjalannya waktu, Jarwo dan warga lainnya menemukan jalan hidup baru pascapenutupan Gang Dolly.

Dulu bermusuhan, kini berkawan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Jarwo kini menjalani bisnis baru dengan memproduksi dan berjualan tempe.

Ia juga diberikan mesin giling tempe oleh Pemkot Surabaya.

"Dulu maksiat sekarang bermanfaat," ujar Jarwo.

Sisi lain dari Bang Jarwo dan para pahlawan Gang Dolly yang melegenda ini, bisa disaksikan lengkap di Blusukan Butet Kartaredjasa episode "Para Pahlawan dari Gang Dolly". (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kelakar Butet Kartaredjasa Blusukan ke Gang Dolly: Apes Aku di Sini Sudah Sepi"

Benarkah Dentuman Misterius Tadi Malam di Jawa Tengah dari Asteroid Jatuh? Ini Jawaban LAPAN RI

OTG Corona Kecamatan Tingkir Salatiga Berkeliaran Bebas di Jalan, DKK Kena Semprot DPRD

Video Warga Semarang Tertimbun Tanah Longsor, Rumah Ambrol

Inilah 4 Syarat Orang Diperbolehkan Pulang Kampung saat Larangan Mudik, Siapa Saja Mereka?

Berita Terkini