FOCUS

Tren Bersepeda Bukti Manusia Memang Zoon Politicon

Penulis: m nur huda
Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tajuk Ditulis Oleh Jurnalis Tribun Jateng, M Nur Huda

Tajuk Ditulis Oleh Jurnalis Tribun Jateng, M Nur Huda

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tahun 1990an, banyak orang naik sepeda di jalanan mulai pelosok hingga perkotaan. Dapat dihitung dengan mudah orang mengendarai sepeda motor dan mobil.

Memasuki 2000an, pengendara onthel mulai berkurang, beralih mengendarai sepeda motor. Berikutnya, 2010 hingga 2019an, hampir sulit menemukan orang ngonthel di jalan raya.

Pada 1990an orang bersepeda kebanyakan karena persoalan finansial, harga sepeda motor terbilang mahal saat itu. Memasuki 2009, muncul jenis sepeda yang harganya cukup mahal sehingga memiliki sepeda jenis itu bagi sebagian orang jadi penunjang penampilan.

Selanjutnya, tahun 2020 dunia diguncang wabah covid-19. Banyak negara yang menerapkan Lockdown, bahkan di sejumlah negara pemerintahannya melarang warganya keluar rumah.

Di Indonesia, pemerintah menerapkan PSBB di daerah yang dinilai kategori mengkhawatirkan untuk penyebaran virus corona.

Di Kota Semarang, memilih istilah Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM). Sejumlah akses jalan ditutup, tempat hiburan dan wisata ditutup. Pusat perbelanjaan dibatasi operasionalnya, guna memutus rantai penyebaran virus.

Di tengah pandemic ini, orang disarankan tetap di rumah, bekerja dari rumah, dan bersosialisasi melalui platform digital.

Nampaknya, istilah Zoon Politicon yakni manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan manusia yang lainnya, sebagaimana diungkapkan seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung, yaitu Aristoteles telah terbukti secara nyata di abad ini.

Menusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain, sebuah hal yang membedakan manusia dengan hewan.

Kondidisi pandemic yang memaksa manusia berdiam diri di rumah, tetap terasa berat dipraktikan. Manusia mencari upaya menunjukan naluri sebagai makhluk sosial.

Menurut salah satu teman pehobi bersepeda, orang mulai bosan tetap di rumah.
Kemudian mencari alternatif agar tetap bersosialisasi. Caranya, membeli sepeda dengan kedok olahraga. Padahal orang ingin keluar rumah untuk berekreasi mencari udara segar di luar rumah.

Positifnya, bersepeda sambil olahraga bermanfaat untuk menjaga imunitas tubuh. Termasuk mengisi waktu senggang akhir pekan dengan bersepeda sambil piknik.

Ditambah selama masa PSBB banyak jalan raya sepi sehingga lebih nyaman bersepeda.

Walhasil, hari ini begitu mudah menemukan orang bersepeda. Saat Minggu pagi, dijumpai jalan raya dipadati pesepeda. Jenis sepedanya pun beragam, dari seharga Rp 1 jutaan hingga puluhan juta rupiah.

Lalu, sampai kapan tren bersepeda? Kembali lagi, Zoon Politicon. Ketika orang merasa nyaman bersosialisasi dengan bersepeda maka tren akan bertahan lama. Terlebih, pandemic covid-19 hingga kini belum berakhir.

Di sisi lain, olahraga bersepeda relatif mudah tanpa dituntut keahlian khusus. Semisal basket, sepakbola, badminton, dan lainnya. Dengan bersepeda juga dapat sambil ngobrol.

Perlu diketahui, tren bersepeda tak hanya di Indonesia, namun juga di berbagai belahan dunia salah satunya di Italia. Terjadi pelonjakan penjualan di toko-toko sepeda hingga 60 persen.

Pemerintah Italia memberikan insentif hingga € 500 atau sekitar US$ 562,7 atau sekitar Rp 7,8 juta untuk penduduk kota yang membeli sepeda konvensional atau sepeda listrik.(*)

Berita Terkini