Oleh Dr Nanik Suhartatik
Dekan Fakultas Teknologi Pangan
Universitas Slamet Riyadi Surakarta
OBESITAS merupakan masalah gizi yang dialami hampir semua orang di penjuru dunia. Obesitas tergolong dalam tiga hal, yakni kegagalan gizi (malnutrisi), selain stunting dan penyakit kronis. Terjadinya kegemukan (obesitas) disebabkan karena adanya konsumsi (asupan) kalori berlebih dan tapi tidak dibarengi aktivitas fisik.
Sebetulnya kebutuhan kalori masing-masing orang berbeda, untuk anak-anak yang berada pada masa pertumbuhan, membutuhkan kalori yang lebih banyak dari pada orang dewasa atau lansia. Selain usia, faktor lain yang menyebabkan perbedaan asupan kalori adalah jenis kelamin, aktivitas fisik (atlet atau bukan), status kesehatan (sehat ataukah menderita sakit tertentu), dan lain-lain.
Pada umumnya, laki-laki akan membutuhkan kalori lebih besar dari pada perempuan. Orang yang sakit juga butuh kalori lebih banyak dari pada orang yang sehat.
Aktivitas sehari-hari seperti membersihkan rumah, bekerja atau sekolah, dan mengerjakan pekerjaan rumah lain termasuk dalam kategori pekerjaan ringan. Dalam kondisi seperti ini, seseorang akan membutuhkan kalori dalam jumlah normal. Sedang seseorang yang mempunyai pekerjaan berat, membutuhkan kalori yang lebih banyak.
Lain halnya dengan orang dewasa, anak-anak mempunyai kebutuhan kalori yang lebih banyak dan cenderung tidak boleh dibatasi karena mereka masih dalam pertumbuhan.
Anak usia sekolah dasar (7-12 tahun) membutuhkan kalori antara 1850 hingga 2100 kkal, sedang anak usia remaja membutuhkan kalori yang lebih besar, yaitu antara 2475 hingga 2665 kkal.
Masa pandemi covid 19 menuntut banyak orang untuk melakukan aktivitas di dalam rumah. Mulai dari bekerja, belajar, olah raga atau pun hanya untuk sekedar mencari kesenangan (hiburan). Adanya kebijakan ini membuat banyak orang menjadi lebih banyak di rumah daripada beraktivitas di luar. Padahal aktivitas di luar pada umumnya akan membakar lebih banyak kalori dari pada aktivitas di rumah.
Bahkan beberapa fasilitas umum untuk olah raga juga mulai ditutup sejalan dengan wabah Covid 19, seperti kolam renang, gym, lapangan sepakbola, voli, dan badminton juga mulai ditiadakan sejak pandemi.
Kejadian ini akan memicu terjadinya obesitas pada anak. Anak usia sekolah dasar yang biasanya melakukan aktivitas di sekolah atau di luar, dituntut untuk berada di dalam rumah. Orang tua yang biasanya bekerja di kantor, juga menjadi lebih sering di rumah.
Anak yang biasanya jajan di sekolah, menjadi lebih sering makan masakan ibu. Warung-warung atau restoran juga mulai menutup usahanya karena banyak orang yang tidak mau mengambil risiko tertular corona hanya karena jajan atau makan di luar. Fasilitas-fasilitas umum mulai jarang dikunjungi.
Dengan bertemunya anak dan ibu hampir setiap hari di rumah, ada kebiasaan baru yang dialami hampir semua ibu, yaitu memasak di rumah. Bahkan makin banyak orang tua yang mengeluhkan makin banyaknya pengeluaran untuk makan karena semua orang di rumah.
Masak nasi yang biasanya dilakukan sehari sekali, menjadi sehari masak 2-3 kali. Jajanan yang biasanya harus beli dan kurang tersedia di rumah, menjadi tersedia di rumah setiap hari. Kejadian ini memicu terjadinya obesitas pada anak usia sekolah. Pemicu utamanya adalah makan yang melebihi kebutuhan kalori dan kurangnya aktivitas fisik.