TRIBUNJATENG.COM, PATI - Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati menggelar webinar keolahragaan bertema “Inovasi Pembinaan Cabang Olahraga Karate pada Masa Pandemi Covid-19”, Sabtu (10/10/2020).
Menjadi pembicara dalam webinar ini, Bupati Pati Haryanto mengatakan, karate merupakan satu di antara cabang olahraga yang memiliki banyak peminat di Kabupaten Pati.
Ia mengatakan, sebagai penyesuaian pada masa pandemi, para stakeholder olahraga memang dituntut melakukan terobosan dalam berkegiatan. Hal tersebut agar para atlet tidak berputus asa dan berdiam diri di situasi yang penuh keterbatasan ini.
Dalam hal ini, pembinaan maupun kompetisi olahraga secara virtual menjadi satu di antara pilihan terbaik.
“Sebab kita masih belum bisa kontak fisik. Memang tidak seru, apalagi olahraga
secara virtual hanya sebatas gerakan-gerakan, atau dalam karate disebut kata. Namun ini sudah cukup bisa mengobati kerinduan para atlet,” kata dia di Ruang Pati Command Center Sekretariat Daerah Kabupaten Pati.
Ia mengatakan, pembatasan kontak fisik terpaksa dilakukan demi menghindari terbentuknya klaster penularan virus corona yang baru.
“Jangan sampai inginnya sehat, tapi justru tertular virus,” ungkap dia.
Sementara, Kepala Dinporapar Pati, Slamet Singgih Purnomojati, menyetujui bahwa karate termasuk cabang olahraga yang sangat diminati masyarakat Pati.
Ia menyebut, terdapat sembilan perguruan aktif yang tergabung dalam Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) Kabupaten Pati.
Dari sembilan perguruan tersebut, anggota karateka yang aktif berlatih tak kurang dari 2 ribu orang.
“Adapun karateka yang ada di pemusatan pelatihan tak kurang dari 40 orang atlet junior berusia di bawah 17 tahun dan 30 atlet senior,” jelas dia.
Ketua Harian FORKI Pati Aris Heru Prasetyo menjelaskan, pada Maret lalu, yakni masa awal pandemi di Indonesia, pihaknya menerapkan latihan dengan sistem daring.
“Para kohei (atlet junior/adik seperguruan) diawasi para senpai (senior/kakak seperguruan) dan sensei (pelatih) untuk mengirimkan video secara virtual guna melatih gerakan yang ada. Itu berlangsung sampai Juni,” ujar dia.
Setelah ada Perbup new normal, lanjut Aris, pihaknya mulai mencoba menerapkan latihan secara langsung dengan persyaratan protokol kesehatan ketat.
Pihaknya berkeliling ke dojo-dojo yang ada di Pati untuk memastikan kesiapan mereka menggelar latihan tatap muka.
Ia menyebut, untuk dapat menyelenggarakan latihan tatap muka, tempat latihan harus terbuka atau memiliki sistem ventilasi yang berjalan baik. Kemudian, lantai atau matras harus steril, dilakukan penyemprotan disinfektan sebelum dan sesudah latihan.
Selanjutnya, dojo harus menyediakan tempat cuci tangan dan penyanitasi tangan.
“Atlet dan pelatih harus memastikan dirinya dalam keadaan sehat sebelum ikut latihan. Apabila pelatih maupun kohei kurang enak badan, dilarang ikut latihan,” tegas dia.
Dalam latihan tatap muka, lanjut Aris, pihaknya juga melakukan pembatasan peserta. Jarak antarpeserta latihan paling minimal 1,5 meter. Durasi latihan pun dibatasi maksimal 60 menit.
“Seandainya jumlah peserta semula sebelum pandemi lebih dari 20 dalam sekali latihan, masa pandemi ini dalam sekali latihan kami tetapkan maksimal 10 peserta,” jelas dia.
Disiplin bermasker juga diterapkan. Seandainya atlet merasa kelelahan, mereka diperkenankan keluar dulu ke tempat lapang, kemudian sedikit membuka masker untuk menambah asupan oksigen. Setelahnya harus dipakai lagi.
“Hal-hal itu kami terapkan demi mencegah penularan covid-19 (di dojo karate),” tandas dia. (*)