Tadarus

TADARUS Prof Musahadi: Amalan Andalan Saat Ramadan

Editor: iswidodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof Musahadi Wakil Ketua PWNU Jateng

Prof Musahadi |Guru Besar UIN Walisongo/Wakil Ketua PWNU Jateng

Ramadan kembali hadir. Umat Islam di seluruh dunia menyambutnya dengan kegembiraan luar biasa. Bulan istemewa dalam Islam ini selalu dirindukan karena Allah SWT menetapkannya sebagai bulan agung (syahr adhim) yang penuh berkah (syahr mubarak) dan bulan ibadah (syahr al-ibadah). Para shalihin menjadikan bulan ini sebagai momentum mendekatkan diri pada Sang Khaliq. Mereka tidak saja menjalankan kewajiban puasa Ramadan, tetapi mengisi deretan waktu dengan berbagai ibadah, baik yang berdimensi fisik (fi’liyyah), intelektual (fikriyyah), maupun finansial (Maliyah).

Mereka sangat intensif meneladani Rasulullah sebagaimana diteruskan para salaf al-shalih dan diwariskan hingga generasi kita, yakni memanfaatkan momentum Ramadan dan mengisinya dengan berbagai amalan khusus, seperti salat tarawih dan menghidupkan malam dengan berbagai salat Sunnah, I’tikaf dan tadarrus Alquran. Mereka yang telah mencapai maqam spiritual tertentu, bisa menghabiskan malam-malam Ramadan dalam keindahan berdzikir dan kelezatan bermunajat serta kenikmatan bermesraan dengan Sang Kekasih Sejati, Allah SWT.

Tidak hanya itu. Mereka yang awam (ordinary people) - yang grafik hidupnya menunjukkan ketidakajegan, angkanya pasang surut, terkadang beribadah terkadang maksiat, terkadang baik terkadang jahat, bahkan kemaksiatannya sering melampaui kesalehannya – juga bisa menggunakan bulan ini sebagai momentum rekonsiliasi, membangun kembali hubungannya dengan Sang Penentu Nasib, Allah SWT. Dengan optimisme tinggi (raja’), mereka melangitkan doa dan istighfar agar Allah yang Rahman dan Rahim berkenan mengampuni dosa-dosa dan sudi untuk memandangi mereka kembali dengan aura cinta dan kasih sayang.

Ini bukanlah hal yang berlebihan, karena Allah SWT menegaskan Ramadhan sebagai bulan ampunan (syahr al-maghfirah). Bukankah kekasih-Nya, yakni Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760). Keistimewaan-keistimewaan seperti ini sungguh terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja..

Dengan menyimak pada Sunnah Rasulullah SAW, atsar para sahabat dan para salaf al-shalih, dapat kita identifikasi beberapa amalan andalan yang patut dikerjakan di bulan suci Ramadan. Pertama tentu puasa sebulan penuh di bulan ini sebagai kewajiban pokok seorang muslim, karena puasa merupakan salah satu rukun Islam. Kewajiban ini secara eksplisit dinyatakan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 183, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Amalan lainnya adalah menghidupkan malam dengan qiyam al-lail, yakni shalat tarawih yang hanya disunnahkan di bulan Ramadhan dan rangkaian shalat malam lainnya yang pahalanya luar biasa, terlebih ketika menjaring lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan (‘asyr al-awakhir) yang dinyatakan oleh Allah SWT sebagai malam yang lebih indah dari seribu bulan. Amalan ini terkait dengan ibadah i’tikaf dan tadarrus Al-Qur’an yang juga menjadi amalan istimewa di bulan Ramadhan.
Banyak catatan biografi orang-orang sholeh yang menuturkan bahwa mereka melipatgandakan frekwensi membaca Al-Qur’an di bulan ini jauh diatas bulan-bulan lainnya. Selain menghidupkan malam dengan rangkaian ibadah, mereka bahkan tidak bergeser dari masjid di waktu subuh kecuali setelah matahari terbit, demi mendapatkan kemulyaan Ramadhan.

Tidak hanya ibadah-ibadah ritual, Rasulullah SAW juga mengajarkan amalan yang membangun kesalehan sosial, yakni ibadah maliyah berupa sedekah. Termasuk yang istimewa dalam hal ini adalah memberikan makan orang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192).

Amalan lain yang juga sangat istimewa adalah menjalin tali silaturahmi dengan saudara, kerabat dan handai tolan di bulan Ramadhan. Terlebih pada mereka yang agak renggang atau berjarak dengan kita baik secara fisik, sosial maupun psikologis. Ramadhan merupakan bulan yang kondusif untuk kebaikan apa saja, karena hati orang yang berpuasa akan sangat damai dan lapang. Ramadhan bisa menjadi momentum untuk merajut kembali retakan hubungan secara individu maupun sosial, bahkan menyambungkan kembali ikatan yang terputus. Silaturahmi di bulan Ramadan akan mandapatkan keuntungan ganda, yakni secara spiritual dengan limpahan pahala yang luar biasa besar, juga keuntungan secara sosial karena akan membuat kita lebih sehat secara mental, panjang umur, dan diluaskan rejeki.

Semua ibadah tersebut akan lebih sempurna dan berkualitas jika didasari pengetahuan yang cukup menyangkut filosofi, tujuan dan tatacara (kaifiyah) nya. Ilmu menjadi prasyarat bagi tercapainya ibadah secara benar sesuai tuntunan syari’ah. Itulah sebabnya, amalan andalan berupa menghadiri majlis-majlis ilmu menjadi sangat penting dan bernilai ibadah yang sangat tinggi di bulan ini. Di era digital sekarang ini, menghadiri majlis ilmu menjadi sangat mudah. Banyak ustadz, kyai, ulama dan cendekia hadir dalam berbagai majlis ilmu yang bisa diakses secara online. Hanya saja, kita harus berhati-hati untuk memilah dan memilih majlis ilmu dan guru, Carilah ulama yang kredibel dan memiliki sanad keilmuan yang jelas, agar tidak terjatuh pada fitnah ilmu dan fitnah agama.

Tentu harapannya, semua amalan ibadah di bulan Ramadhan tersebut benar-benar memberi efek menghadirkan atmosfir baru bagi perilaku kita sebagai seorang muslim. Ramadhan telah menyediakan “sekolahan besar” bagi kita, karena ibadah itu sesungguhnya tidak saja memiliki fungsi akumulasi pahala dan peleburan dosa, tetapi juga berfungsi sebagai instrument pendidikan dan pengajaran (wasilah li al-ta’dib wa al-tarbiyah). Itulah sebabnya, hal yang harus selalu kita evaluasi adalah sejauh apa ibadah-ibadah kita di bulan ini memberi dampak pada perubahan perilaku, kualitas beragama dan kesalehan sosial kita. Jangan sampai serial ibadah yangt kita lakukan sama sekali tidak ngefek !!! (*)

Berita Terkini