Tadarus ditulis oleh KHA Imam Sya'roni, MSi, Katib Syuriah PWNU Jawa Tengah
TRIBUNJATENG.COM - Alhamdulillah segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah-Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya. Waba`du Kebersihan dalam Islam memiliki kedudukan penting. Kitab-kitab fiqih ibadah dalam Islam diawali dengan bahasan thaharah yang mengandung makna kesucian dan kebersihan.
Kebersihan merupakan asas terwujudnya kesehatan; salah satu nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada manusia, sebagaimana hadits shahih, Yang artinya “Ada dua nikmat yang manusia sering dilalaikan (rugi) di dalamnya yaitu sehat dan waktu luang (kesempatan)." (HR. AI-Bukhari dan Ahmad).
Saking pentingnya kebersihan, agama ini memposisikannya separuh dari iman. Artinya, tuntutan iman adalah menjaga kebersihan. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, Atthuhuru syatrul Imani."Bersuci itu setengah keimanan." (HR. Muslim)
Maksudnya, puncak pahalanya dilipatgandakan sampai setengah pahala iman. Ada yang mengatakan, maknanya iman menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu, begitu juga Wudhu'. Sebabnya, karena wudhu tidak sah tanpa iman. Karena harus dengan Iman inilah disebut sebagai separoh darinya. Dan masih ada beberapa pendapat lain mengenai hadits ini. Menguatkan makna ini, banyak orang berdalil dengan hadits yang masyhur, Annadzofatu minal iman "Kebersihan sebagian dari iman." (HR. Al-Tirmidzi) (Badrul Tamam, tt)
Syekh Yusuf Qardhawi, seorang cendekiawan Mesir sekaiigus ulama kontemporer saat ini telah menjawab tentang hadist di atas, Beliau berpendapat kalimat ini (An-nadhafatu minal iman) tidak bersumber dari Nabi saw. sebagaimana saya ketahui dengan sanad sahih, tidak hasan, dan tidak pula daif. Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa sebenarnya Imam At-Thabrani di dalam kitabnya Al-Mu'jam Al-Ausath telah meriwayatkan sebuah hadis dari lbnu Mas'ud r.a. (yang redaksinya hampir mirip dengan kalimat tsb.)
Takhallalu fainnahu nadzofatun wannadzofatu tad`u ilal Imani wal imanu ma`ashokhibihi fil jannah.
Buanglah sisa-sisa makanan di gigimu, karena perbuatan itu adalah kebersihan, dan kebersihan itu akan mengajak (menggiring) kepada iman, dan iman itu akan bersama orang yang memilikinya dalam surga. (HR. At-Thabrani)
Jadi meskipun secara matan kalimat An-Nadhafatu minal iman tidak valid dan tidak ditemukan siapa yang mengatakan hal ini. Tetapi, secara makna kalimat tersebut adalah sahih. Hal ini selaras dengan teks-teks hadis sahih yang mengatakan bahwa kebersihan memang sangat penting.
Dari Abi Malik Al-Asy'ari, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Kesucian itu sebagian dari iman, Alhamdulillah memberatkan timbangan, Subhanallah walhamdulillah memenuhi ruang antara langit dan bumi, salat itu cahaya, sedekah itu bukti nyata, sabar itu pelita, Al-Qur'an itu hujjah (yang membela atau menghujat). Setiap manusia bekerja sampai ada yang menjual dirinya, hingga ia jadi merdeka atau jadi celaka." (HR. Muslim)
Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh imam Ahmad, At-Tirmidzi, serta termasuk bagian dari hadis yang dimasukkan imam Nawawi di dalam kitab Arbainnya yang fenomenal itu. Kata thuhur di dalam hadis tersebut mempunyai arti suci. Dan kesucian di dalam agama Islam itu mencakup kesucian maknawi seperti suci dari kekufuran, kemaksiatan, serta kehinaan.
Bisa juga mencakup kesucian secara hissi (dapat dilihat indrawi), yakni kebersihan. Kesucian juga merupakan syarat sahnya salat, baik suci dari hadas yang dapat dihilangkan dengan cara berwudu dan mandi, maupun suci dari najis yang harus dibersihkan sehingga sucilah pakaian, badan, dan tempat yang akan digunakan untuk shalat.
Dari Abil Malih dari bapaknya, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak akan menerima salat dengan tanpa bersuci. Dan Allah tidak akan menerima sadaqah dari korupsi" (HR. An-Nasa'i)
Selain itu, di dalam ayat ayat A-Qur'an pun banyak pujian yang ditujukan kepada orang-orang yang respek terhadap kebersihan dan kesucian. Di antaranya adalah Alqur`an surat At-Taubah/108 Janganlah engkau melaksanakan salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Sepirit menjaga kebersihn didalam Islam yang salah satunya terdapat dalam hadis-hadis dan ayat sebagaimana diatas (Annisa NH,tt)
Selanjutnya ada baiknya kita ketahui bersama bahwa wahyu pertama Al-Quran memperkenalkan Tuhan sekaligus memperkenalkan manusia sebagai makhluk yang hidup dengan kebergantungan: Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (sesuatu yang bergantung atau yang memiliki sifat kebergantungan) (QS 96:1-2).
Seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan oleh manusia dalam melanjutkan evolusinya, hingga mencapai tujuan penciptaan. Semua diciptakan Tuhan untuk suatu tujuan: Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dengan sia-sia ( tanpa tujuan ) (QS 38:27).
Kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling kait-berkait. Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula, Memang Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam keseimbangan dan keserasian. Karena itu, keseimbangan dan keserasian tersebut harus dipelihara, agar tidak mengakibatkan kerusakan.
Agama (Islam) menegaskan pula bahwa manusia ditugaskan Tuhan menjadi khalifah di bumi ini (QS 2:30). Kekhalifahan ini mempunyai tiga unsur yang saling kait-berkait, kemudian ditambah unsur keempat yang berada diluar, namun amat sangat menentukan arti kekhalifahan dalam pandangan Al-Quran. Ketiga unsur pertama adalah:
1) Manusia yang dalam hal ini dinamai khalifah.
2) Alam raya, yang ditunjuk oleh ayat ke-21 surah Al-Baqarah sebagai bumi.
3) Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia (istikhlaf atau tugas-tugas kekhalifahan).
Itulah tiga unsur yang saling kait-berkait, sedangkan unsur keempat yang berada diluar adalah yang memberi penugasan itu yakni Allah SWT. Dalam hal ini yang ditugasi harus memperhatikan kehendak yang menugasinya.
Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukan atau antara tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena, kemampuan manusia dalam mengelola bukanlah akibat dari kekuatan yang dimilikinya, tetapi akibat anugrah Allah SWT. Ini tergambar antara lain dalam surat Ibrahim ayat 32 dan Al-Zukhruf ayat 13.
Demikian itulah, sehingga kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam. Interaksi itu bersifat harmonis sesuai dengan petunjuk-petunjuk Ilahi yang tertera dalam wahyu-wahyu-Nya, dan yang harus ditemukan kandungannya oleh manusia sambil memperhatikan perkembangan dan situasi lingkungannya. Inilah prinsip pokok yang merupakan landasan interaksi antara sesama manusia dan keharmonisan hubungan itu pulalah yang menjadi tujuan dari segala etika agama.
Semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi manusia dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti akan semakin banyak yang dapat dimanfaatkan dari alam raya ini. Karena, Ketika itu mereka semua akan saling membantu dan bekerja sama dan Tuhan, akan merestui. Hal ini terungkap antara lain melalui surat Al-Jin ayat 16: Dan bahwasanya, jika mereka tetap berjalan lurus dijalan itu (petunjuk-petunjuk Ilahi), niscaya pasti kami akan memberi mereka air segar (rezeki yang melimpah).
Demikian itulah hukum kemasyarakatan yang dikemukakan Al-Quran sebagai petunjuk pelaksanaan fungsi kekhalifahan, yang sekaligus menjadi landasan interaksi manusia dengan sesamanya.
Walhasil agama mengundang kita untuk membangun tanpa merusak. Kita harus menyadari apa yang telah dikatakan oleh Dr. E.F. Schumacher, bahwa “kecil itu indah”.
Setelah mengemukakan serta menyadari pandangan agama tentang makna kekhalifahan yang menjadi tujuan kehadiran manusia di bumi ini, maka tidak heran bila puluhan – kalau enggan berkata ratusan-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi saw. Yang dijadikan landasan berpijak guna tercapainya kelestarian lingkungan:
· Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kecuali buah atau hasilnya dimakan burung atau manusia. Yang demikian itu adalah shodaqoh baginya.
· Barangsiapa yang memperbaiki (menyuburkan) tanah bukan milik seseorang, makai a berhak memanfaatkan tanah itu.
· Hindarilah dua macam kutukan, yaitu membuang kotoran di jalan dan di tempat orang berteduh.·
Janganlah ada di antara kamu yang membuang air kecil pada air yang tergenang, kemudian mandi pula di sana. (M.Quroisy Syihab,1995)