TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, kembali melakukan gowes pagi, Rabu (14/7/2021).
Pada gowes kali ini, Ganjar mendatangi sentra vaksinasi di Holy Stadium Marina Semarang.
Saat sampai di pintu utama Holy Stadium, Ganjar terus gowes dan hanya sesekali menyapa petugas sembari mengingatkan warga yang tak sesuai penggunaan maskernya.
Baca juga: Harga Emas Antam di Semarang Hari Ini 14 Juli 2021, Turun Rp 1.000, Ini Daftar Lengkapnya
Baca juga: Gadis 19 Tahun Dibakar Mantan Pacar, Pelaku Kecewa Lamarannya Ditolak Calon Mertua
Namun saat berada di bagian belakang, Ganjar berhenti dan langsung masuk ke dalam karena melihat kerumunan calon penerima vaksin.
Ganjar kemudian mencari penanggung jawab serta aparat keamanan.
Ia ditemui perwakilan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, kepolisian dan TNI.
Kepada mereka, Ganjar meminta agar kerumunan calon penerima vaksin dipecah.
"Kerumunane kok okeh banget ya mas, ini kita review mas," kata Ganjar, sebagaimana dalam rilisnya.
Baca juga: Selama PPKM Darurat Prasyarat Nikah Wajib Tes Swab, Bupati Jepara Fasilitasi Biaya
Baca juga: Detik-detik Sepasang Kekasih Buang Bayi di Parkiran, Tertangkap Seusasi Videonya Viral
Ganjar rupanya sudah dua kali mendapat laporan soal kerumunan di sentra vaksinasi tersebut.
Untuk itu, dirinya meminta pihak panitia maupun aparat keamanan mengevaluasi ulang alur pelaksanaan vaksinasi.
"Saya udah dapat laporan dua kali lho, bagus sih tapi kalau kerumunan kaya gini bahaya. Dimulai dari pintu masuk dan sebagainya itu dibatasi. Didata yang datang," ujar Ganjar.
Petugas keamanan dari kepolisian, AKP Nurcholis menyampaikan, para peserta vaksinasi datang berdasarkan undangan yang diatur jamnya.
Baca juga: Libatkan Perguruan Tinggi dalam Seleksi Perangkat Desa di Jateng, Lebih Baik kah?
Baca juga: PLN Salurkan Bantuan Oksigen ke Sejumlah RS di Jawa Tengah
Akan tetapi masyarakat yang datang itu sudah mengantre dari pukul 05.00 WIB.
"Tapi setelah itu kita urai lagi," ujar AKP Nurcholis.
Ganjar khawatir dengan keadaan seperti itu, memicu penularan tinggi karena penerapan protokol kesehatannya tidak tertib.