Sejarah Idul Adha, Kisah Nabi Ismail Dikorbankan Nabi Ibrahim Ayahnya

Penulis: Puspita Dewi
Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejarah Idul Adha, Kisah Nabi Ismail Dikorbankan Nabi Ibrahim Ayahnya

Sejarah Idul Adha, Kisah Nabi Ismail Dikorbankan Nabi Ibrahim Ayahnya

TRIBUNJATENG.COM - Ritual kurban adalah salah satu ritual ibadah pemeluk agama Islam, dengan melakukan penyembelihan binatang ternak untuk dipersembahkan kepada Allah.

Ritual tersebut dilakukan saat perayaan hari raya Idul Adha yang dirayakan setiap 10 Dzulhijjah. Pada tahun ini, hari raya idul Adha jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021.

Idul Adha merupakan kisah penyembelihan Nabi Ismail, oleh ayahnya Nabi Ibrahim.

Apa yang dialami Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail saat itu menjadi sejarah perayaan Idul Adha.

Dilansir dari Tribunjogja.com, Nabi Ibrahim belum juga memiliki keturunan setelah bertahun-tahun menikah dengan Siti Sarah.

Sarah kemudian mempersilakan suaminya untuk menikah dengan Siti Hajar, yang merupakan pembantu di keluarga Ibrahim.

Dari pernikahannya dengan Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail.

Ismail menikmati masa kanak-kanaknya dan sangat disayangi ayahnya.

Namun pada suatu ketika, tepatnya pada malam 8 Zulhijah, Nabi Ibrahim bermimpi didatangi seseorang yang membawa pesan dari Tuhan, yang berisi perintah untuk menyembelih anaknya.

Nabi Ibrahim pun kaget dan muncul keraguan padanya, apakah perintah itu memang dari Tuhan atau tidak.

Pada 8 Zulhijah itu, Nabi Ibrahim merenung mengenai benar atau tidaknya perintah tersebut.

Di kemudian hari, kejadian mimpi ini diperingati umat Islam dengan mengerjakan puasa sunah hari tarwiyah (hari merenung).

Malam berikutnya, Nabi Ibrahim kembali mendapat mimpi yang sama.

Pada mimpi yang kedua ini, Nabi Ibrahim semakin yakin bahwa perintah tersebut memang berasal dari Allah SWT.

Oleh karena itu pada tanggal 9 Zulhijah, umat Islam memperingatinya dengan puasa hari arafah (hari pengetahuan), yakni hari ketika Nabi Ibrahim mengetahui pesan yang berisi perintah menyembelih anak.

Lalu pada tanggal 10 Zulhijah, Ibrahim membawa Ismail untuk dikurbankan.

Ismail pun bersedia dikurbankan, karena meyakini bahwa perintah itu datangnya dari Allah SWT.

Selama di perjalanan, Nabi Ibrahim dan Hajar dikisahkan diganggu setan, yang ingin menggagalkan rencana tersebut.

Mereka kemudian melempari setan yang menggoda dengan batu.

Dilansir dari laman bdm.ukm.um.ac.id, hari penyembelihan telah tiba namun ternyata parang yang sudah di tajamkan tersebut menjadi tumpul saat ditempelkan ke Ismail.

Nabi Ismail as berkata “Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telungkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”.

Nabi Ibrahim menuruti perkataan putranya tersebut nan hal itu tidaklah berguna.

Parang itu tetap tumpul dan tak mampu sedikit pun menyakiti Nabi Ismail As.

Di sinilah terungkap bahwa apa yang diperintahkan Allah SWT tersebut adalah ujian untuk Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sejauh mana cinta dan ketan mereka terhadap Allah SWT.

Dan mereka membuktikannya, keduanya lulus dari ujian yang maha berat itu.

Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan putranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail as tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.

Nabi Ibrahim merasa bingung karena gagal melaksanakan tugas yang diembannya, pada saat itu turun wahyu Allah dengan firmannya : “dan kami panggillah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar”.

Kemudian sebagai ganti nyawa Nabi Ismail as yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as menyembelih seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher putranya tadi itu.

Dan inilah asal permulaan sunnah berQurban yang dilakukan oleh umat islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.

(*)

,,

Berita Terkini