Berita Tegal

Kisah Suami Istri Penjual Pentol di Tegal, Bertahan di Masa Pandemi hingga Berhasil Kuliahkan Anak

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Semangat Tanti (43) dan suaminya Suhadi (49) tak pernah surut dalam menyekolahkan kedua anaknya di jenjang perguruan tinggi. 

Mereka adalah warga asal Kelurahan Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. 

Pasangan suami istri tersebut sehari-harinya berjualan pentol.

Baca juga: Mimpi Azhar Jadi Paskibraka Kabupaten Tegal Terwujud, Peringatan Kemerdekaan ke-76 RI Terasa Spesial

Masing-masing membawa dagangannya dengan sepeda motor Supra. 

Tanti berjualan di Jalan Hang Tuah, sedangkan Suhadi berjualan di Rusunawa Kraton. 

Mereka berjualan dari pukul 11.00 WIB hingga maghrib. 

Keinginan mereka adalah agar kedua anaknya bisa mendapatkan pendidikan lebih tinggi dari orangtuanya. 

Cita-cita itu berhasil mereka wujudkan.

Meski begitu, situasi sulit karena terpuruknya ekonomi pernah mereka rasakan di awal pandemi Covid-19. 

Tanti bercerita, kondisi tersebut dialaminya di masa awal pandemi Covid-19. 

Ketika itu penghasilannya dari jualan pentol menurun drastis terkena dampak penutupan jalan. 

Tapi ia harus terus membiayai kuliah kedua anaknya.

Bersamaan dengan itu, orangtuanya sakit dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. 

Orangtuanya mengalami penyakit komplikasi TBC dan jantung.

"Itu saya rasanya gak kuat.

Saya mau minta bantuan kemana, gak ada bantuan.

Alhamdulillah, Allah bukakan Jalan Hang Tuah ini untuk rezeki sampai akhirnya anak selesai kuliah," kata Tanti kepada tribunjateng.com, Sabtu (14/8/2021). 

Tanti mengatakan, cita-citanya dan suami adalah menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi. 

Ia menginginkan anaknya bisa lebih pintar.

Ia bersyukur, usaha pentol yang digelutinya dan suami dapat mewujudkan itu. 

Kedua anaknya sudah lulus dalam menempuh pendidikan Diploma 3 Teknik Komputer di Politeknik Harapan Bersama (PHB) Tegal. 

"Modal saya bismillah.

Saya berasal dari keluarga tidak mampu.

Tapi saya ingin anak-anak saya sukses dan berpendidikan," ungkapnya. 

Suami Tanti, Suhadi mengatakan, latar belakang pendidikannya hanyalah lulus sekolah dasar (SD). 

Sementara istrinya hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Suhadi mengatakan, kedua anaknya harus berpendidikan lebih tinggi dari orangtuanya. 

Hal itu juga yang selalu membuat ia bersemangat dalam berjualan pentol. 

"Keinginan saya ingin membahagiakan keluarga.

Terutama anak jangan seperti bapaknya bodoh gak pinter.

Jadi anak harus mendapatkan pendidikan yang layak dan bagus," katanya. 

Suhadi bersyukur, pentol buatannya dan istri banyak digemari masyarakat. 

Ia pun memiliki banyak langganan. 

Meski begitu perjalanannya pun cukup panjang. 

Ia semula adalah seorang nelayan, sedangkan istrinya penjual jajanan tradisional. 

Ia menjadi nelayan sejak kecil, setelah lulus SD.

Kemudian ia berhenti menjadi nelayan setelah selamat dari insiden kebakaran kapal pada 2003. 

Ia sempat berjualan siomay dan batagor, namun gagal. 

"Awal-awal dagang batagor. Karena banyak saingannya, jadi gak laku.

Bahan baku mahal tapi tidak menghasilkan," ujarnya. 

Setelah itu ia kemudian mencoba berjualan pentol.

Karena banyak yang suka, kemudian istrinya ikut juga berjualan pentol. 

Pagi hari mereka berjualan pentol di tempat berbeda. 

Siangnya mereka berjualan pentol di tempat yang sama di Jalan Hang Tuah. 

"Setelah jualan ini Alhamdulillah berkah sampai bisa menguliahkan anak," ungkapnya. (fba)

Baca juga: Tukang Becak Tegal Diusir Anak: Bapak Pergi Kemauan Sendiri Sebelum Ibu Meninggal

Berita Terkini