Oleh: Siti Anisah SE, Guru Produktif Akuntansi SMKN 1 Pemalang
AKUNTANSI menurut Financial Accounting Standards Board (FASB) merupakan kegiatan jasa yang menyediakan informasi kuantitatif yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi sering digunakan sebagai bahan pengambil keputusan dalam berbagai aspek keuangan dalam kehidupan masyarakat.
Ilmu akuntansi dapat dipelajari pada jenjang SMK sejak kelas X hingga kelas XII. Di SMK Negeri 1 Pemalang, mata pelajaran yang di dalamnya mencakup teori-teori, alur, dan informasi dalam akuntansi dinamakan mata pelajaran produktif akuntansi.
Salah satu materi yang diajarkan pada peserta didik kelas X adalah mengelola bukti transaksi. Materi ini dijelaskan pada KD.4.6 Melakukan pencatatan transaksi keuangan dalam persamaan dasar akuntansi.
Pada masa pandemi seperti ini peserta didik kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pemahaman bagi peserta didik. Terlebih jika dalam pembelajaran hanya mendengarkan penjelasan saja.
Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya menggunakan metode yang lebih aktif lagi, yaitu menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Glazer (dalam Nafiah, 2014) menyatakan PBL lebih menekankan belajar sebagai sebuah proses yang melibatkan pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Pada model pembelajaran Prolem Based Learning (PBL), terdapat langkah kerja (sintak), yaitu orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada pembelajaran akuntansi materi mengelola bukti transaksi, guru dapat memberikan masalah dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), yang diambil dari transaksi di sekitar peserta didik. Seperti ketika setelah berbelanja secara daring, di toko kelontong, dan sebagainya. peserta didik juga dapat menambah informasi dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang berkaitan.
Guru dapat mengorganisasikan peserta didik secara individu ketika memang belum dimungkinkan secara berkelompok akibat pandemi, kendati hal ini akan menjadi lebih sulit bagi peserta didik. Guru dapat memberi tahu peserta didik agar saling berbagi informasi mengenai materi pembelajaran namun bukan memberi jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
Guru juga membimbing peserta didik dalam menyelesaikan masalah, karena dalam prosesnya peserta didik akan mengalami beberapa kesulitan. Ketika sudah selesai, peserta didik diharapkan untuk membagikan hasilnya di hadapan peserta didik lain dan guru. Setelah itu, guru bersama peserta didik melakukan evaluasi bersama.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat dibuat semenarik mungkin agar siswa bertambah semangat dan mendapat kesan mendalam ketika mereka berusaha menyelesaikan masalah yang ada dari keadaan di sekitar. Guru juga dapat menyesuaikan pembuatan LKPD dengan menggunakan power point dan video yang dapat menarik perhatian peserta didik. Sehingga ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru tidak hanya menggunakan metode ceramah saja.
Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada SMKN 1 Pemalang berjalan efektif. Peserta didik memiliki kesempatan mempelajari hal lebih luas yang berfokus pada mempersiapkan siswa untuk memiliki sikap aktif dan bertanggungjawab. Siswa juga mendapat pengalaman dalam menangani masalah realistis, menekankan penggunaan komunikasi, kerja sama, dan merumuskan ide. Problem Based Learning mendukung peserta didik dalam mengembangkan keterampilan penalaran. (*)