Berita Viral

Mengenal Squid Game yang Viral Banget di Seluruh Dunia, Ada Apa di Baliknya?

Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Poster film Squid Game, serial Netflix yang viral di seluruh dunia.

TRIBUNJATENG.COM - Meski baru ditayangkan dua minggu lalu di Netflix, Squid Game langsung meledak.

Squidd Game begitu menarik banyak penonton d seluruh dunia.

Bahkan, kalaupun seseorang belum menonton Squid Game, mungkin pernah mendengar film serial ini karena popularitasnya.

Squid Game adalah film serial Korea Selatan tentang permainan bertahan hidup yang brutal.

Film ini berpeluang mengalahkan popularitas Bridgerton untuk menjadi serial orisinal terbesar di Netflix sepanjang masa.

Meskipun genre Squid Game bukanlah hal baru, visualnya yang mencolok, karakter yang sesuai dengan kehidupan nyata, dan studi tentang sifat manusia membuat film serial ini viral sampai mancanegara.

Apa itu Squid Game?

Dalam Squid Game, sekelompok 456 orang yang terlilit utang dan putus asa, tergabung dalam permainan bertahan hidup yang keras.

Mereka berkesempatan membawa pulang 45,6 miliar won Korea (Rp 551,3 miliar) jika memenangi rangkaian enam pertandingan.

Hukumannya? Mati jika kalah.

 Serial Netflix berjudul Squid Game. (dok. Instagram @netflixid)

Permainannya cukup sederhana, seperti permainan masa kanak-kanak yang dimainkan para pemain saat dewasa. 

Namun, permainan masa kecil yang dibingkai secara keras inilah yang membuat penonton Squid Game tertarik.

"Orang-orang tertarik dengan ironi bahwa orang dewasa yang putus asa mempertaruhkan hidup mereka untuk memenangi permainan anak-anak," kata sutradara Squid Game, Hwang Dong-hyuk, dalam wawancara yang dikutip BBC, Jumat (1/10/2021).

"Permainannya sederhana dan mudah, sehingga penonton bisa lebih fokus pada setiap karakter daripada aturan permainan yang rumit."

Ada juga unsur nostalgia. Misalnya, tantangan sarang lebah Dalgona yang ditampilkan di episode tiga Squid Game adalah salah satu yang paling diingat orang Korea Selatan saat masih kecil.

Dalam tantangannya, para pemain harus dengan hati-hati memotong bentuk selembar kertas tipis permen sarang lebah menggunakan jarum.

Jika peserta mendapat bentuk yang sangat rumit dan permennya retak, dia kalah.

Seorang netizen Korsel menulis di Twitter: "Squid Game membuatku ingin makan (permen) Dalgona lagi. Sudah sekitar 20 tahun ... Apakah itu masih ada? Aku rasa tak bisa menemukannya."

Karakter Squid Game seperti kehidupan dunia nyata 

Para pakar juga mengaitkan kesuksesan Squid Game dengan karakternya, yang kebanyakan adalah anggota masyarakat terpinggirkan. 

Meskipun semuanya terlilit utang besar, mereka datang dari segala lapisan masyarakat.

Pemeran utama, misalnya, adalah pria penganggur dengan masalah perjudian yang berjuang mendapatkan rasa hormat dari keluarganya.

Melalui Squid Game, ia bertemu dengan seorang pembelot muda Korea Utara dengan latar belakang tragis dan buruh Pakistan yang dianiaya oleh majikannya.

Kim Pyeong-gang, profesor konten budaya global di Universitas Sangmyung memaparkan kepada BBC, "Orang-orang, terutama generasi muda, yang secara sering menderita keterasingan dan kebencian dalam kehidupan nyata, tampaknya bersimpati dengan para karakter."

Seperti negara-negara tetangganya di Asia Timur, sifat masyarakat Korea Selatan yang sangat kompetitif membuat banyak orang tertekan.

Meski sudah bekerja keras, tidak mungkin semua orang bisa masuk universitas terbaik atau mendapat pekerjaan yang bagus.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu anggota di balik layar Squid Game, "Semua peserta dalam permainan ini sama. Kami memberikan kesempatan terakhir kepada orang-orang yang mengalami perlakuan tidak setara dan diskriminasi di dunia luar untuk memenangi kompetisi yang adil."

Lampu merah dan lampu hijau di Squid Game

Media-media Barat membandingkan Squid Game dengan Parasite, film Korsel pemenang Oscar 2019 yang juga menyoroti kesenjangan kekayaan dan ketidakadilan masyarakat. 

Namun, di Asia Timur, penonton merasa Squid Game lebih mirip film Jepang As The Gods Will (2014).

Film itu bercerita tentang siswa sekolah menengah dengan alur cerita yang serupa, dan beberapa orang bahkan menuduh Squid Game melakukan plagiarisme.

Misalnya, As The Gods Will juga menampilkan permainan tradisional anak-anak yaitu "Lampu Merah, Lampu Hijau".

Dalam salah satu adegan paling terkenal di Squid Game, seorang gadis robot raksasa menggunakan mata lasernya untuk melihat para pemain yang kalah dalam permainan. Mereka kemudian dibunuh.

Meski begitu, sutradara Squid Game Hwang Dong-hyuk membantah tuduhan tersebut dengan berkata, tidak ada hubungan antara kedua film itu dan persamaan diapungkan hanya karena genre-nya yang sama.

"Saya mulai merancang (Squid Game) pada 2008 dan mulai menulis skrip tahun 2009 ... kesamaan yang ditunjukkan adalah murni kebetulan dan tidak ada penyalinan dari salah satu pihak," katanya.

Bagaimanapun, segala kehebohan tentang Squid Game membuat film serial Netflix ini diharapkan dapat berlanjut ke season dua. Akan tetapi, penggemar mungkin harus menunggu lama untuk itu.

"Saya belum memiliki rencangan pengembangan yang baik untuk Squid Game 2," kata Hwang kepada Variety. "Memikirkannya saja cukup melelahkan." (Kompas.com)

Berita Terkini