TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS – Desa Alasmalang, Kecamatan Kemranjen terkenal dengan daerah yang menjadi pusat durian di Kabupaten Banyumas.
Merupakan daerah pegunungan yang memiliki tanah subur hampir setiap rumah memiliki pohon durian.
Setiap musim durian tiba, di sepanjang Jalan Sokawera Kemranjen dipenuhi berbagai macam durian.
Di Alasmalang sendiri terkenal dengan durian bawor yang pernah viral dan membuat penasaran para pecinta durian.
Tidak hanya itu durian lokal di Alasmalang juga banyak dicari bila musim durian tiba.
Durian Bawor sendiri berasal dari hasil persilangan antara durian lokal berkualitas dengan durian montong. Sedangkan durian lokal ditanam dari biji duriannya langsung.
“Untuk mendapatkan durian bawor itu dilakukan dengan cara distek antara durian lokal dengan montong. Kalau durian lokal dari biji yang ditanam,” jelas Udang (40) warga desa Alasmalang yang membudidaya durian.
Durian sendiri dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di daerah yang memiliki tanah subur, gembur, dan tidak mengandung pasir. Selain itu durian tidak bisa tumbuh di daerah dengan jenis tanah lempung dan wadas.
Menurut Udang, proses penanaman bibit baik durian lokal maupun montong hampir sama hanya beda pada bagian awalnya yakni durian lokal berasal dari biji yang ditanam langsung, sementara durian bawor distek.
Bibit durian dapat tumbuh di polibek sampai pada tinggi setengah meter. Kemudian baru dapat dipindahkan pada area tanah liar dengan jarak penanaman 60 sentimeter.
Saat tinggi antara 1 sampai 2 meter bibit durian dapat diambil dengan cara didongkel untuk dapat dipasarkan atau ditanam di lahan sampai dapat berbuah.
Dirinya memiliki ratusan bibit yang dijual dengan berbagai macam usia. Untuk bibit yang sudah sempurna dan siap ditanam di tanah liar dihargai sebesar Rp. 100.000 per bibit.
Cara menanamnya dengan cara membuat lubang sekiranya pohon bisa berdiri kokoh. Kemudian pada lubang itu diisi pupuk kandang sampai terisi setengahnya lalu baru ditutup dengan tanah kembali.
Hal ini dilakukan agar tanah tidak padat sehingga bibit tumbuh dengan sempurna.
“Kalau engga gitu nanti madet tanahnya lama tumbuhnya atau bisa mati,” ungkap Udang.
Dalam perawatan pohon durian dapat menggunakan pupuk kandang ataupun pupuk kimia. Sementara itu untuk merawat batang dan daunnya dapat disemprot dengan menggunakan cairan khusus untuk membasmi hama seperti kupu-kupu yang membuat daun bintik-bintik sampai mati kering, dan ulat pohon yang menyerang pada batang setiap satu bulan sekali.
Pada saat berbuah, saat durian menginjak usia 4 sampai 5 bulan akan dilakukan pengikatan pada buahnya. Hal ini bertujuan agar buah durian tidak jatuh dan rusak.
Untuk memilih buah durian yang baik ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama dengan melihat durinya yang sudah lebar dan memiliki bentuk yang sempurna. Durian bawor yang sudah tua memiliki duri yang lebih lebar dari pada durian lokal.
Kedua dengan mencium dari bau buah duriannya. Durian yang sudah matang memiliki bau yang menyengat saat dicium.
Ketiga dengan melihat warnanya yang sudah coklat. Durian yang belum matang memiliki warna yang cenderung berwarna hijau.
Terakhir dengan mendengar bunyi duriannya saat diketok. “Biasanya kalau durian yang udah matang bunyinya tok tok tok,” ungkap Udang.
Musim durian akan berlangsung kembali tahun ini pada bulan Mei, dan Desember mendatang. Saat musim panen tahun lalu Udang pernah mengalami gagal panen dikarenakan curah hujan yang tinggi dan kondisi angin yang sering terjadi berhari-hari.
Hal ini berakibat pada buah jatuh belum pada waktunya dan buah memiliki rasa tidak manis dan cenderung hambar.
Saat ini Udang memiliki pohon durian sebanyak 60 pohon yang ditanamnya. Setiap pohonnya dapat berbuah dari 50 hingga 100 biji setiap musimnya dengan berat per duriannya mencapai 3 kilogram.
Dirinya menjual durian matangnya seharga Rp. 50.000 dan yang mentah seharga Rp. 40.000 per kilogramnya. Dalam satu musim dapat meraup omset 15 hingga 20 juta rupiah.
Pembelinya berasal dari luar kota Banyumas seperti Kebumen, Wonosobo, Bogor, Semarang, sampai Jakarta. (ima)