TRIBUNJATENG.COM, JENEWA - WHO mulai mempertimbangkan penggunaan vaksin untuk mengatasi wabah monkeypox, yang kini dilaporkan sudah lebih dari 1.000 kasus di hampir 30 negara.
Menurut penelitian, vaksin yang digunakan sebenarnya dirancang untuk melawan cacar yang diketahui lebih berbahaya dan telah dibasmi dari dunia pada 1980. Namun, vaksin ini kini diklaim dapat berfungsi untuk melindungi dari Monkeypox.
Pejabat senior WHO, Sylvie Briand pun menyampaikan bahwa saat ini lembaga tersebut tengah menilai potensi vaksin terhadap cacar, dan sedang menghubungi produsen serta negara-negara yang sebelumnya telah menjanjikan vaksin ini.
Sejumlah negara, termasuk Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) telah mulai menerapkan strategi yang disebut 'vaksinasi cincin' untuk mencoba menghentikan penyebaran virus.
Ini melibatkan pemberian vaksin cacar yang dianggap efektif melawan Monkeypox, karena virusnya terkait dengan orang-orang yang diketahui telah terpapar melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi.
"Namun ada yang tidak diketahui, meskipun vaksin dianggap aman dan efektif untuk digunakan pada orang dengan infeksi cacar, vaksin tersebut memiliki pengujian terbatas terhadap Monkeypox," kata Natalie Dean, ahli Biostatistik di Emory University di Atlanta, Georgia, AS.
Strategi ini juga bergantung pada pelacakan kontak yang sangat ketat, yang mungkin tidak diterapkan di setiap negara. "Dan orang-orang juga harus setuju untuk disuntik dengan vaksin yang dapat membawa efek samping yang jarang, namun serius," ucap Dean.
Ia menjelaskan bahwa vaksinasi cincin dapat menjadi alat yang ampuh. Namun, agar program ini berlangsung efektif, maka perlu digunakan lebih awal, sementara jumlah kasus saat ini masih dapat dikelola.
"Saat jumlahnya bertambah, dan anda memikirkan jumlah kontak yang dimiliki setiap individu, logistik menjadi lebih rumit," papar Dean.
Ia menambahkan bahwa ada jendela peluang yang menyempit untuk mencegah virus itu mendapatkan pijakan yang lebih permanen pada manusia atau populasi hewan di negara-negara di mana wabah global terjadi.
Ada dua jenis utama vaksin cacar yang tersedia saat ini masing-masing mengandung virus cacar hidup yang disebut vaccinia, dan terkait erat dengan cacar.
Ada vaksin yang disebut sebagai vaksin generasi kedua dan dapat menyebabkan efek samping yang jarang namun serius, karena mengandung vaccinia yang mampu bereplikasi dalam sel seseorang.
Kemudian ada pula versi generasi ketiga yang memiliki lebih sedikit efek samping, karena mengandung virus yang dilemahkan yang tidak dapat direplikasi.
Vaksin cacar generasi kedua dan ketiga menghasilkan respon antibodi yang sebanding pada orang dibandingkan dengan vaksin generasi pertama yang diberikan dalam penelitian ini namun telah usang, para ilmuwan pun berpikir vaksin yang lebih baru akan memiliki efektivitas yang sama terhadap Monkeypox.
"Ada juga bukti kuat dari penelitian pada hewan yang menunjukkan bahwa vaksin tersebut akan bekerja melawan Monkeypox, namun belum diuji secara langsung terhadap penyakit itu pada manusia," tutur Dean. (Tribunnews)