Tangani ATS, Pemkab Jepara akan Data Perusahaan yang Pekerjakan Anak Usia Sekolah

Penulis: Muhammad Yunan Setiawan
Editor: sujarwo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI anak anak jadi pekerja

TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Anak tidak sekolah (ATS) menjadi persoalan serius di Kabupaten Jepara. Ada beragam faktor anak-anak di Jepara tidak mengenyam bangku sekolah.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jepara, Biyanto pada Rabu (15/6/2022) memanggil empat petinggi, yakni Petinggi Desa Tulakan, Tubanan, Nalumsari, dan Tegalsambi.

Di empat desa tersebut terdapat 131 ATS. Dan dari 131 itu, 67 anak telah kembali ke sekolah untuk menyelesaikan pendidikannya.

Faktor anak-anak yang tidak sekolah itu karena terbentur biaya, tidak ingin sekolah, pengaruh lingkungan, menikah, dan bekerja.

Di Jepara, masih banyak didapati anak lebih memilih bekerja ketimbang bersekolah. Hal ini terjadi di Desa Nalumsari, Kecamatan Nalumsari. 12 ATS yang mestinya masih berusia sekolah justru bekerja di perusahaan atau pabrik.

Penelusurian tribunmuria.com, di sejumlah informasi lowongan pekerjaan. Banyak perusahaan yang menerapkan syarat pendidikan terakhir SMP. 

Syarat ini menjadi masalah kala pelamar baru saja lulus SMP. Artinya si pelamar masih di bawah umur.

“Itu menjadi salah satu indikator pendataan dalam program penuntasan ATS ini,” kata Biyanto menanggapi hal itu, Rabu (15/6/2022).

Menurutnya, temuan di Desa Nalumsari menjadi indikator penting dalam penjaringan ATS.

Dia berencana mendata  perusahaan-perusahaan yang ditengarai mempekerjakan anak usia sekolah.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan, UKM dan Transmigrasi (Diskopukmakertrans) serta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora).

“Kalau tidak diselesaikan, itu akan menjadi persoalan di kemudian hari. Persoalan-persoalan seperti sosial akan muncul 20 tahun setelahnya. Untuk itu kita mesti kerja keras bareng-bareng,” tutur Biyanto, menambahkan.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten pada 2021, kelompok pekerja lulusan SMP menempati urutan kedua setelah kelompok kerja lulusan SD.

Presentase kelompok kerja lulusan SMP mencapai 25,67 persen. Sementara untuk presentase lulusan SD mencapai 40,87 persen. (*)

Berita Terkini