TRIBUNJATENG.COM - Badan Kesehatan Masyarakat Nasional Prancis mengatakan pada Selasa (21/6/2022), bahwa mereka telah mendeteksi 277 kasus cacar monyet, termasuk kasus pertama di negara itu yang menjangkit seorang wanita.
Temuan kasus cacar monyet di Prancis telah meningkat tajam sejak angka resmi terakhir 183 kasus pada 5 hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak ada kematian di Perancis yang dikaitkan dengan cacar monyet.
Badan Kesehatan Masyarakat Nasional Prancis menjelaskan, gejala awal cacar monyet yang normal, termasuk demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan muncul ruam seperti cacar air.
Baca juga: WHO Tentukan Klasifikasi Perhatian Dunia soal Cacar Monyet Hari Ini
Cacar monyet selama ini menyebar terbatas di Afrika Barat dan Afrika Tengah. Namun, belakangan hadir di beberapa benua, khususnya Eropa.
"Kasus wanita pertama telah dikonfirmasi, cara penularannya saat ini sedang diselidiki, dan yang lainnya adalah laki-laki," kata Badan Kesehatan Masyarakat Nasional Prancis, dalam sebuah pernyataan, dilansir dari AFP.
Sebagian besar kasus yang diidentifikasi di Prancis telah ditemukan di Paris dan sekitarnya, meskipun wabah yang lebih kecil telah terlihat di beberapa wilayah di seluruh negeri, termasuk Normandia di utara, dan Cote d'Azur di selatan.
Kasus cacar monyet pertama di Prancis ditemukan pada 20 Mei, hari yang sama saat virus itu terdeteksi di negara tetangga Jerman. Tak hanya di Prancis, kasus cacar monyet juga tercatat naik signifikan di sejumlah negara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada awal bulan lalu mencatat lonjakan kasus hingga 3 kali lipat dalam sepekan.
Infeksi itu biasanya ringan, tetapi ini merupakan pertama kalinya cacar monyet menyebar luas di luar Afrika Tengah dan Barat. Sebagian besar kasus baru ini berada di Eropa dan Amerika Utara, serta sejumlah kecil di Meksiko, Argentina, Maroko, dan Uni Emirat Arab.
Pada awal bulan lalu, Inggris memiliki kasus terbanyak, dengan 207 kasus, diikuti Spanyol dengan 156 kasus, dan Portugal dengan 138 kasus.
Australia melaporkan kasus pertamanya pada 20 Mei, dan di AS pada hari Jumat lalu telah melaporkan lebih dari 110 kasus yang dikonfirmasi.
Dalam pembaruan terbarunya, WHO mengatakan beberapa negara melaporkan bahwa kasus-kasus baru muncul di luar kontak yang diketahui dari kasus-kasus yang dikonfirmasi sebelumnya.
Menurut WHO, hal itu menunjukkan bahwa rantai penularan "terlewatkan melalui sirkulasi virus yang tidak terdeteksi".
"Sangat mungkin negara lain akan mengidentifikasi kasus dan akan ada penyebaran virus lebih lanjut," tambahnya sebagaimana dilansir BBC.
Sementara risiko kesehatan manusia saat ini untuk masyarakat umum "tetap rendah", risiko kesehatan masyarakat bisa "menjadi tinggi" jika virus menyebar luas di negara-negara yang biasanya tidak ditemukan, katanya.
Tidak ada kematian yang dilaporkan akibat wabah saat ini. (Kompas.com/TRIBUN JATENG CETAK)