TRIBUNJATENG.COM - Air mata Setiawan tumpah di Lapangan Kota Barat, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (3/8) pagi. Atlet kelahiran Indramayu, Jawa Barat ini sukses mempersembahkan medali emas cabang olahraga panahan ASEAN Para Games 2022 nomor perseorangan recurve putra.
Di laga pamungkas, Setiawan mengalahkan wakil Thailand Hanreuchai Netsiri dengan skor 6-2 (27-25, 25-27, 28-27, 28-27). Begitu dinyatakan sebagai pemenang, Setiawan dipeluk rekan-rekannya. Air mata Setiawan menetes.
Atlet berumur 21 tahun ini mengaku bangga karena di balik kekurangan fisiknya, ia sanggup menorehkan prestasi. Ini merupakan emas perdana pada ajang ASEAN Para Games (APG) perdananya.
Jurnalis Tribunnews Abdul Majid berkesempatan mewawancarai Setiawan secara eksklusif seusai perlombaan. Ia bercerita seputar awal karier hingga rencananya ke depan. Berikut wawancaranya:
Bagaimana awal mula Anda mengenal cabang olahraga para panahan?
Awal kenal panahan itu waktu usia 18 tahun. Ada tetangga yang mengajak saya untuk gabung di organisasi NPC (Komite Nasional Paralimpiade Indonesia). Tadinya mau pilih badminton tapi tidak ada pelatihnya.
Saya kemudian pindah ikut panahan yang umum dan mulai saya tekuni. Kemudian di tahun 2018, saya perdana ikut Peparda (Pekan Paralimpik Daerah) di Bogor.
Setahun kemudian, NPC menggelar seleknas untuk tampil di Filipina (ASEAN Para Games). Saya sudah masuk dan ikut pemusatan latihan tapi batal jalan (karena pandemi Covid-19).
Anda mengalami kekurangan di bagian mana, merupakan bawaan lahir atau akibat kecelakaan?
Ya, saya turun di kelas tunadaksa di kaki kanan saya. Ini (saya) pakai kaki palsu. Waktu itu tahun 2017 di bulan puasa saya mengalami kecelakaan. Umur saya kala itu 16 tahun.
Saya terlindas truk tronton, kena kaki kanan dan harus diamputasi karena sudah parah. Amputasinya di bawah lutut.
Saya menyesal karena tidak mendengar perintah orangtua. Jadi saya dilarang pergi sebetulnya tapi saya tetap jalan.
Saya mengawali kesulitan ke toilet dan ada rasa frustrasi juga. Namun setelah gabung ke NPC, sudah ikut olahraga, saya perlahan melupakan.
Siapa pihak yang paling memotivasi Anda?
Orangtua. Mereka selalu mendukung, mendoakan terus di rumah apa pun kondisinya. Mereka pihak yang paling men-support saya. Berikutnya ada pelatih kemudian teman-teman.
Usai juara, air mata Anda menetes. Apa yang terlintas?
Soalnya ini medali pertama saya di APG. Waktu 2019, saya mempersiapkan diri tapi batal. Jadi saya merasa bangga dengan ini (medali emas-red).
Ini saya persembahkan untuk orangtua, pelatih dan semua orang yang sudah mendukung saya. Sebelumnya saya pernah dapat emas di Thailand Championship 2019.
Itu saya dapatkan nomor beregu dan medali perunggu di nomor mix team. Kemudian di Peparnas Papua, saya ikut kelas elite tapi saya cuma masuk empat besar.
Setelah nomor perseorangan recurve, saya masih turun di nomor beregu putra. Semoga kami bisa mendapatkan emas lagi.
Apa yang ingin Anda sampaikan ke masyarakat khususnya penyandang disabilitas?
Ya meskipun seperti ini, punya kekurangan, jangan pernah mudah menyerah, terus bangkit. Kalau kurang di latihan tambah sendiri.
Kalau pelatih tidak menyuruh ya harus inisiatif tambah sendiri. Intinya jangan mudah menyerah.
Saya ke depan juga punya impian untuk bisa tampil di tingkat yang lebih tinggi lagi, Asia sampai ke Paralimpiade. Cita-cita saya juga ingin jadi PNS, semoga tercapai. (amj/eko)