TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Om Shinjo (39) begitu nama panggungnya tengah beratraksi sulap di depan puluhan anak-anak di Rusun Plamongan Sari, Pedurungan, Kota Semarang.
Aksinya melahirkan tawa riuh para bocil yang terkagum-kagum dengan sosok laki-laki bernama asli Taryanto atau Tito tersebut.
Di tengah usahanya menerbitkan tawa dari para bocil, ternyata hari itu hati Om Shinjo tak baik-baik saja.
Kakaknya masih dirawat di rumah sakit, ia harus meninggalkannya sejenak untuk bekerja menghibur para anak.
"Sebagai badut meski sedang sedih karena kakak tadi malam masuk rumah sakit dan harus menjaganya, saya tetap harus bekerja," katanya kepada Tribunjateng.com.
Ternyata ekspresi kesedihannya saat bekerja dituangkan dalam makeup di wajahnya.
Ia merias wajahnya dengan make-up teknik Hobo.
"Makeup jenis ini mencitrakan sebagai badut yang sedih, adapula jenis makeup lain seperti Agustin yang simpel ceria, fullface bermotif pelangi tapi saya pilih Hobo," kata mantan guru olahraga tersebut.
Baginya, menjadi badut tak mudah. Terutama pandangan masyarakat.
"Seringkali badut selalu dianggap lucu dan harus selalu ceria, padahal suasana hati kami tak selalu begitu," ungkapnya.
Badut lainnya, Dwi Hadi Wijanarko (38) mengaku, selama menjadi badut seringkali mengalami perlakukan diremehkan, dihina hingga disepelekan.
"Ya masih banyak orang yang memandang pekerjaan badut sebelah mata," katanya badut dengan nama panggung Om Chipus tersebut, Sabtu (13/8/2022).
Menurutnya, selama menjadi badut berusaha untuk selalu bersikap profesional.
Hal itu ditunjukannya dengan selalu menepati janji kepada konsumen.
Sebab , bisnis badut tak berbeda dengan bisnis lainnya yang membutuhkan kepercayaan.
Selain itu, baginya ketika sudah janji menerima job tanggal sekian berarti hari itu harus tampil meski sedih atau sakit tetap harus datang tak peduli apapun kondisi fisik maupun hati.
"Prinsipnya ketika sudah bermake-up harus full senyum," tuturnya.
Ia pun pernah mengalami kondisi seperti itu yakni sewaktu cidera kaki karena jatuh tetapi harus bekerja menghibur.
Maka ia harus tetap total bekerja meskipun dengan kondisi seperti itu.
"Kita itu sudah ada fans masing-masing. Kalau kita ada sakit atau ada halangan kita usulin teman badut lain ke klien tetapi mereka tetap maunya kita yang main," jelasnya.
Tak hanya itu, ia setiap bekerja harus mampu menghadapi anak-anak yang memiliki beragam karakter.
Di antaranya anak yang ternyata takut sama badut.
Anak aktif yang susah diatur.
Sebaliknya adapula anak yang sangat suka dengan badut sehingga ia tak boleh pulang padahal acara sudah selesai.
"Kalau persoalan itu kami sudah ada trik. Misal hadapi anak yang takut sama badut padahal orangtua ingin pertunjukan badut maka kami make up di depan anak tersebut supaya mereka tahu kami itu siapa," katanya.
Hasil Menjanjikan
Meskipun banyak tantangan dalam bekerja, pekerjaan Sebagai badut ternyata memiliki penghasilan yang terhitung menjanjikan.
Apalagi badut yang sudah beken.
"Banyak kawan yang sudah punya mobil. Stigma masyarakat yang menilai badut tidak menghasilkan itu salah, tapi kami tak persoalkan itu karena bagi kami yang penting cuan," ujar Tito.
Bahkan saking menjanjikan, pekerjaan badut yang dulunya merupakan pekerjaan sambilan kemudian dijadikan pekerjaan utama.
"Saya pernah jadi guru olahraga dan pesulap, kini mantap jadi badut profesional," katanya.
Selama menjadi badut profesional, ia membidik pasar kelas menengah ke bawah.
Di kelas itu, biasanya ia bermain di area perkampungan dan perumahan.
"Pernah main di segmen kelas menengah ke atas, tapi saya kurang PD," jelasnya.
Berbeda dengan Dwi, ia bermain di segmen kelas menengah ke atas.
Ia terbiasa bermain di hotel dan acara-acara besar lainnya.
Setidaknya ada dua segmen menengah ke atas dan menengah ke bawah.
Tentu harga dari dua segmen itu berbeda.
"Begitupun tuntunannya tak hanya sekedar bisa ini dan itu , tapi mode, tata bicara dan lainnya harus diperhatikan.
Segmen menengah ke atas harus sangat berhati-hati karena audiens juga beda antara acara anak di kampung sama acara anak di hotel," bebernya.
Patokan tarif badut profesional juga terhitung lumayan hingga jutaan dalam sekali tampil.
Dwi menjelaskan, tak hanya menjual perform badut saja melainkan bersama satu paket dekor.
Paket dekor sederhana plus perform badut setiap main dipatok Rp2 jutaan
Paket komplit dengan dekor bagus Rp3 jutaan.
"Kalau show biasa durasi 30 menit sampai satu jam mendapatkan Rp500 ribu. Tidak murah tapi cukup," kata mantan karyawan pabrik mebel tersebut.
Ia mengatakan, selepas kebijakan Covid-19 yang melonggar tampaknya masyarakat rindu akan hiburan badut sehingga saat ini banyak pesanan.
Job bagi badut biasanya datang saat hari ulang tahun, sunatan, penerimaan siswa baru, event peresmian, tahun baru dan lainnya.
"Minimal setiap akhir pekan pasti dapat job," tutur warga Kuripan, Mijen itu.
Ia mengaku, hampir seluruh daerah di Jateng pernah didatanginya untuk menghibur para anak-anak.
Hanya saja di atas tahun 2015 kondisinya sudah berubah , ia jarang bermain di luar kota.
"Badut makin banyak sekarang karena sudah banyak yang tahu bahwa pekerjaan ini cukup menjanjikan," ujarnya.
Bikin Komunitas
Dwi mengatakan, bersama 15 kawan lainnya membentuk Badut Semarang Sekitarnya Community (Basscom) pada 18 Mei 2022.
Ia mengaku, ditunjuk kawan-kawan sesama badut untuk mengkomandoi komunitas tersebut.
Dalam wadah komunitas Basscom, badut yang tergabung ada yang sudah bekerja selama puluhan tahun atau hitungan bulan.
"Kalau saya sudah 10 tahun. Mr Boncel sudah 29 tahun. Om Ateng 25 tahun, Om Joko 17 tahun, ada yang baru dua sampai tiga tahun. Contohnya mas Nur 8 bulan," terangnya sembari menunjuk ke beberapa kawannya.
Ia menyebut, komunitasnya memang baru, anggota tidak hanya di Semarang tetapi ada yang dari Demak, Solo dan sekitarnya.
"Tujuannya bersatu dan berbagi.
Menguatkan, tukar ilmu, berbagi job," terangnya.
Ia menjelaskan, komunitasnya kini merencanakan program di antaranya ultah gratis.
"Kalau acara ultah gratis konsep seperti bedah rumah. Kita kerjasama bareng dengan pihak terkait. Anak yang ultah tidak tahu kami datangi baru diberi kejutan," ujarnya.
Di samping itu, Tito menambahkan, komunitasnya ingin membantu Pemkot mensosialisasikan program-program pariwisata dari Pemkot ke masyarakat melalui aksi badut.
"Selain Semarang Hebat kami juga ingi membuat Semarang Ceria dan berbahagia," imbuhnya. (Iwn)
Baca juga: Penyakit Ferry Irawan Kambuh gara-gara Kelelahan Bermain dengan Anak, Sempat Dilarikan ke RS
Baca juga: Bupati Haryanto: Salurkan Bakat di Pati E-Sport championship 2022, Potensi Harumkan Nama Daerah K
Baca juga: Video Polisi Temukan Rambut di Mobil Yaris Setelah Tabrak Lari di Jalan Sriwijaya
Baca juga: Animo Tinggi, Jumlah Peserta Livin by Mandiri 3x3 Tournament Seri Jateng Lebihi Kuota