Mudah Membaca dengan Dinding Kata
Atik Susanti, S.Pd.
Guru kelas 1 SD Negeri 3 Kalangdosari Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan
Terdapat empat kemampuan dalam berbahasa Indonesia, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat keterampilan berbahasa itu dapat dibedakan menjadi keterampilan berbahasa reseptif dan berbahasa produktif.
Keterampilan berbahasa reseptif meliputi menyimak dan membaca, sedangkan keterampilan berbahasa produktif terdiri atas berbicara dan menulis.
Dalam kegiatan belajar mengajar ditingkat sekolah dasar terdapat dua bagian, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi.
Kelas rendah meliputi kelas 1 , 2 dan 3.
Sedangkan kelas tinggi meliputi kelas 4, 5 dan 6.
Antara kelas tinggi dan kelas rendah memiliki perbedaan pembelajaran tentunya.
Tahap membaca di tingkat sekolah dasar dimulai dari kelas 1.
Membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras (Kridalaksana, 1993:135).
Meskipun proses kesulitan belajar yang dialami siswa kelas rendah merupakan hal yang umum dan lumrah, akan tetapi persoalan ini tidak boleh dianggap enteng. Jika kesulitan membaca di diri siswa tidak diatasi dengan sesegera mungkin.
Akan menghambat proses kegiatan belajar mengajar. Kadangkala guru tidak hanya berfokus pada satu siswa saja.
Dengan waktu yang sangat terbatas guru kelas 1 dituntut memiliki beragam carauntuk mengajarkan cara membaca dengan mudah dan cepat.
Salah satu yang dilakukan oleh guru di SD Negeri 3 Kalangdosarimenggunakan dinding kata sebagai alat bantu membaca untuk siswa kelas 1.
Dinding kata yang dimaksud disini merupakan kata-kata yang ditempelkan pada dinding, kemudian siswa mengambil dan menempelkannya pada benda yang dimaksud.
Langkah pertama yang dilakukan oleh guru, yaitu menulis benda-benda di sekitar siswa dalam sebuah kartu kata.
Kartu kata yang telah ditulis tersebut ditempelkan ke benda yang dimaksud.
Jadi, dinding satu ruang kelas dipenuhi dengan kartu kata dengan memperhatikan tinggi siswa. Sehingga, siswa ketika mengambilnya tidak mengalami kesulitan.
Guru mengumpulkan siswa dalam sebuah ruang yang telah dipenuhi dinding kata.
Kemudian guru menyebutkan benda yang ingin ditempeli kartu kata secara acak.
Tugas siswa mencari kartu kata yang dimaksud.
Setelah menemukan kartu kata yang tepat pada dinding kata kemudian menempelkan ke benda yang dituju.
Bagi siswa yang dapat menemukan benda yang yang dimaksud dalam kartu kata mendapatkan 1 poin.
Sebelumnya guru juga sudah menyiapkan kartu POINKU yang dikalungkan ke siswa.
Ketika siswa dapat menunjukkan dengan benar akan mendapatkan 1 poin pada kartu POINKU.
Nilai dapat diambil dari POINKU.
Melalui dinding kata, pembelajaran dapat lebih mudah membantu siswa untuk mengasah kemampuan membaca.
Tidak membosankan dan monoton merupakan impian semua siswa ketika mereka belajar di sekolah.
Dinding kata juga dapat menjadikan siswa lebih aktif dan melatih motorik siswa dengan kegiatan mengambil kartu kata kemudian menempelkan.
Dari kegiatan membaca disinilah, siswa dapat melibatkan beberapa aspek kemampuan seperti kemampuan untuk melihat, berpikir, psikolinguistik dan juga metakognisi. Bagi siswa yang kurang dalam membaca akan mendapatkan perhatian khusus dari guru.
Bisa juga siswa tersebut diberikan jam tambahan diluar jam pelajaran untuk mengejar ketertinggalannya dari teman-temannya.
Membaca merupakan kemampuan yang harus dikuasai siswa di sekolah dasar karena kemampuan membaca secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa (Rahim, 2008).
Siswa dikategorikan siap membaca ketika mereka mampu mengidentifikasi atau memahami makna kata dari benda-benda yang disebut oleh orang lain, meskipun siswa belum mampu membunyikan huruf dari nama benda tersebut (Bond, dkk, 1994). (*)