Guru Berkarya

Metode Permainan Untuk Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Jawa

Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nuryati,S.Pd., Guru Bahasa Jawa SMPN 2 Ampelgading Pemalang

Oleh: Nuryati,S.Pd., Guru Bahasa Jawa SMPN 2 Ampelgading Pemalang

Bahasa  Jawa menjadi  pelajaran yang tidak menarik dan membosankan karena ada pelajaran unggah – ungguh basa dan aksara Jawa bagi siswa di sekolah. Banyak siswa yang tidak bisa  menggunakan Bahasa Jawa Krama apalagi hafal aksara Jawa. Ini membuktikan bahwa Pelajaran Bahasa Jawa  menjadi bahasa yang asing dan tidak menarik bagi siswa.

Padahal Bahasa Jawa merupakan  pelajaran yang identik dengan ciri khas daerah dan diharapkan agar siswa dapat mengetahui, paham dan mencintai budaya serta bahasa daerahnya sendiri. Dalam Bahasa Jawa, siswa diajarkan unggah-ungguh, sopan santun , budi pekerti  dan budaya daerah yang agung yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Unggah-ungguh Basa fungsinya untuk mengatur bagaimana seseorang berkomunikasi secara santun, beradab dengan orang lain ( dengan siapa kita berbicara ) Menurut Nurhayati (2004: 1). Mungkin memang sudah saatnya pelajaran Bahasa Jawa memerlukan inovasi karena jika guru masih bertahan pada metode lama yang sekedar ceramah, tanya jawab, dan cerita, pelajaran ini akan semakin ketinggalan dan siswa semakin asing dengan materi belajar Bahasa dan sastra jawa.

Guru harus berbenah, memilih pendekatan yang komunikatif dengan cara memperbanyak interaksi dan membiasakan percakapan , menggunakan Bahasa krama dan pengenalan tembang. Siswa tidak hanya sebagai pendengar ( sebagai obyek )  tetapi harus aktif berbicara ( sebagai subyek ) ,bercerita dan menjawab pertanyaan menggunakan Basa Krama. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Dengan metode permainan. Belajar Bahasa dan sastra jawa akan menjadi lebih menarik dan gembira, serta merangsang daya pikir siswa. Misalnya, bermain dengan lagu dolanan anak seperti Cublak-Cublak Suweng, Gundhul – gundhul Pacul, Jaranan, dan lain-lain.

Edward T. Hall dalam Hadfield (1999: 8-10) menyatakan tentang pentingnya permainan  dalam suatu pembelajaran. Salah satu kesalahan terbesar dalam pendidikan adalah overstructuring, yang tidak membolehkan siswa bermain di setiap titik pada proses pendidikan.

Permainan Bahasa Jawa ini dapat dikombinasikan atau dirangkai dengan menggunakan lagu dolanan anak, tebak lagu, cangkriman, dan sebagainya . Metode pembelajaran dengan menggunakan permainan telah terbukti dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar Bahasa Jawa. Para siswa mulai senang pada mata pelajaran Bahasa Jawa dan tidak akan hilang karena perkembangan kemajuan teknologi. Siswa tetap memiliki unggah-ungguh basa sebagai kepribadian bangsa yang berbudaya dan bermartabat.

Seperti yang saya lakukan di SMPN 2 Ampelgading kelas VIII Semester 1 TP. 2022/2023 menyanyikan tembang dolanan cublak – cublak suweng, awalnya mereka banyak yang tertawa seakan – akan mendengarkan tembang yang sangat asing bagi mereka. Tetapi setelah diberi contoh dan dijelaskan isi dari tembang tersebut para siswa agak menerima dan setelah dinyanyikan bersama – sama juga mereka bernyanyi secara bergilir satu deret bangku menyanyikan syair tembang satu baris, setelah jam pelajaran selesai dan istirahat mereka secara tidak sadar menyanyikan syair tembang cublak – cublak suweng.

Hal tersebut membuktikan bahwa metode bermain dapat meningkatkan pembelajaran dan pembiasaan penggunaan Bahasa Jawa .Tujuan  akhir dari pelajaran  Bahasa Jawa adalah kemampuan menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari terutama Bahasa Jawa Krama. Dengan metode yang integratif, yaitu materi bahasa, sastra dan budaya yang saling mendukung dan menyenangkan, semoga kita sebagai guru mampu menumbuhkan kembali rasa cinta generasi muda terhadap bahasa dan budaya daerah sendiri. 

Berita Terkini