TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Suasana di SD Marsudirini, Jalan Pemuda 157 Semarang nampak berbeda, Sabtu (11/2).
Ratusan murid dan orangtua membaur menjadi satu dalam sebuah acara ceria bertajuk Family Gathering 2023.
Acara yang dimulai sejak pagi itu diikuti lebih dari 400 peserta, mereka terdiri dari siswa-siswi murid kelas 1 sampai kelas 6 ditambah wali murid. Kegiatan ini merupakan upaya untuk memupuk kebersamaan antara sesama murid dengan sesama orangtua, agar tercipta suatu kekompakan dan jalinan persatuan yang kuat.
Semarak family gathering dimulai pukul 06.00 diawali fun walk atau jalan sehat bersama semua peserta , menyusuri Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol, Jalan Piere Tendean, Jalan Pemuda dan kembali ke sekolah dengan melibatkan pengamanan dari aparat kepolisian.
Family Gathering juga menebarkan salam sapa dan ajakan kepada masyarakat, dimana melalui kegiatan tersebut, keluaga besar SD Marsudirini ingin berpartisipasi memberikan semangat kepada masyarakat dalam geliat sehat berupa jalan sehat dengan berkeliling jalan raya seputar sekolahan.
Seusai fun walk, semua peserta terlibat aktif dalam berbagai game dan lomba edukatif. Para orangtua pun antusias membaur bersama anak-anak.
Ada challenge basket, lomba memancing, lomba lempar gelang, lomba memasak bento beregu anak beserta orangtuanya.
Sejumlah stand kesehatan anak, edukasi dan kuliner dari pihak swasta juga berpartisipasi dalam family gathering tersebut.
Ketua panitia Family Gathering SD Marsudirini, Anne mengungkapkan, acara yang melibatkan peran aktif orangtua di kepanitiaan ini tidak meninggalkan tema tentang kesehatan.
‘’Anak anak kita bangun kesehatannya dengan kegiatan yang sehat dan ceria.
Kami melibatkan orangtua, murid dan orangtua supaya lebih bisa memperkenalkan SD Marsudirini kepada masyarakat lain, menciptakan suatu keakraban pihak sekolah dengan mayarakat, dan kita juga bisa menumbuhkan semangat kemasyarakatan bagi anak-anak siswa SD Marsudirini,’’ kata Bu Anne didampingi penanggung jawab kegiatan, Bu Ely.
Kepala SD Marsudirini, Suster Agnesita Pujiati OSF menerangkan, acara family gathering dimaksudkan supaya antar orangtua dan antar anak terjalin keakraban dengan pihak sekolah.
‘’Ketika antar orangtua dan antar anak ada keakraban, maka kerjasama bisa terjalin dengan baik, semua unsur di sekolah bisa terintegrasi dengan baik. Jadi apa yg diajarkan dari sisi intelektual, apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan dan apa yang dilakukan ada keserasian.
Jadi apa yang diajarkan sekolah, supaya orangtua juga mendukung. Sehingga tujuan pembelajaran anak, yaitu anak semakin cerdas , berbudi pekerti luhur bisa tercapai,’’ papar Suster Agnesita Pujiati, didampingi wakilnya, Bu Bernadeth Dwi Darwiyanti, di sela-sela acara.
Lebih lanjut Suster Agnesita Pujiati menuturkan, family gathering kali ini menjadi lebih penting, karena memiliki misi yang merupakan geliat memupuk semangat para murid dan orangtua setelah masa pandemi.
Khususnya, kembali memperkuat pendidikan karakter anak yang selama dua tahun masa pandemi lalu terkendala oleh jarak fisik berupa pembelajaran online.
‘’Ini merupakan geliat setelah pandemic. Dimana pada masa pandemi kemarin , dampaknya pendidikan karakter yang selama ini sudah terbentuk, dalam dua tiga tahun terkhir luntur.
Dan untuk pemulihan dibutuhkan kerja keras. Dan ini adalah saat saat pemulihan yang memang butuh energi khusus.
Maka perlu kerjasama yang baik antara sekolah dan sesama orangtua untuk mendampingi anak-anak,’’ tutur Suster Agnesita.
Pasalnya, era pasca pandemi juga harus siap menghadapi tantangan berupa kemungkinan semangat anak yang sedikit pudar Karena ada yang instan dalam pembelajaran yang era sekarang ini.
‘’Supaya masyarakat semakin kenal Marsudirini, pendidikannya seperi apa, karena anak-anak dididik bukan hanya keilmuan kognitif yang harus mereka dapat, kalau keilmuan teoritis, anak di-drill bisa.
Tetapi pendidikan karakter itu perlu pembentukan dengan waktu yang tidak singkat. Harus intens. Pembiasaan pembiasaan yang terus menerus. Adapun karakter yang diinginkan adalah daya juang. Sekarang daya juang itu luntur.
Bagaimana anak-anak dengan tantangan tantangan yang sedikit itu mereka lembek karena ada yang instan. Ada yang dimudahkan. Dan keimanan keimanan mulai luntur.
Karena kalau keimanan tidak kuat, maka ke depan kalau ada tantangan tantangan yang tidak positif, mereka tidak kuat. Bisa putus asa,’’ imbuhnya.
Wakil kepala SD Marsudirini, Bu Bernadeth Dwi Darwiynti menambahkan, upaya lain untuk mendididik anak dalam pendidikan karakter selain family gathering ini menurut Suster Agnesita, ada outbound, outing class dan guru-guru diberi pelatihan pelatihan supaya semakin mampu mendampingi anak didik.(*)