Berita Banyumas

Banyumas Jadi Daerah Endemis Rayap, Ini Saran dari Akademisi Unsoed

Penulis: Permata Putra Sejati
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dosen Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr Hery Pratiknyo MSi saat menunjukan rayap dan hasil penelitiannya, Jumat (14/7/2023).

TRIBUNPANTURA.COM, PURWOKERTO - Berdasarkan hasil penelitian dari Dosen Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr Hery Pratiknyo Kabupaten Banyumas menjadi daerah endemis rayap tanah. 


Dia telah melakukan penelitian di sekitaran Gunung Slamet dari sisi timur, selatan, dan barat hingga turun ke wilayah Banyumas.


Hasilnya di sekitaran Gunung Slamet mendapati ada 11 spesies rayap dengan spesien yang paling dominan adalah Schedorhinotermes sp, yaitu rayap kayu.


Dia juga mencoba meneliti persebaran rayap itu dari wilayah yang berada di ketinggian hingga daerah rendah khususnya Banyumas.


Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan persebaran di masing-masing wilayah.


"Meskipun yang paling dominan Schedorhinotermes sp, waktu menurun sampai di bawah Baturraden, Banyumas, sudah berubah. 


Yang dominan sama dengan yang di utara Gunung Slamet, yakni Macrotermes gilvus, Microtermes insperatus, dan Odontotermes javanicus," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com saat ditemui di Fakultas Biologi, Unsoed, Jumat (14/7/2023).


Ia melanjutkan penelitian untuk mengetahui pengaruh atau daya serang tiga spesies rayap itu terhadap rumah-rumah warga.


Hasilnya ternyata ketiganya mempunyai sebaran yang berbeda.


Menurutnya jenis Macrotermes gilvus paling dominan persebarannya di Banyumas yang diketahui dari hasil penelitian dengan sampel sebanyak 31 desa karena di seluruh lokasi ditemukan rayap itu.


"Macrotermes gilvus adalah rayap tanah yang menjadi laron. 


Ini merupakan salah satu spesies rayap yang paling banyak menyerang kayu-kayu di perumahan," ungkapnya. 


Serangan Macrotermes gilvus tidak hanya terjadi pada rumah-rumah warga di perkampungan, juga di kompleks perumahan.


Menurutnya ketika akan mendirikan bangunan atau rumah harus ada perlakuan khusus terhadap tanah yang menjadi lokasi pembangunan.


Hal itu guna mengantisipasi terjadinya serangan rayap.


Berdasarkan kajian yang dilakukan sejumlah pihak, anggaran memperbaiki rumah lebih besar dari biaya membangun rumah baru.


Ia menyarankan agar tanah yang akan digunakan membangun rumah sebaiknya dikeruk, dibersihkan sampai benar-benar bersih.


"Jangan cuma diuruk. 


Apalagi selama ini pembangunan perumahan dilakukan dengan mengonversi lahan," jelasnya. 


Pembersihan itu dilakukan agar tidak ada sisa kayu atau akar yang berpotensi menjadi sarang rayap ketika rumah atau bangunan tersebut telah berdiri.


Sumber makanan bagi rayap tanah atau Macrotermes gilvus adalah selulosa dari sampah humus maupun kayu yang tidak kering atau kayu yang lembap.


Contoh kayu yang tertimbun tanah menjadi lembap sehingga dijadikan sumber makanan dan sarang bagi rayap.


Lebih bahaya adalah ketika di bawah tidak kelihatan dan tahu-tahu sudah di usuk atau kerangka rumah.


Ia mengimbau masyarakat tidak membuang sampah humus atau sampah kayu di sekitar rumah.


Hal itu sama saja dengan memelihara rayap.

Berita Terkini