TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Tengah Abdul Wachid meminta seluruh kader tidak mudah terpancing emosi dan tidak mudah terprovokasi. Hal ini ia sampaikan imbas keributan yang terjadi di Kota Semarang.
Seperti diketahui, Ketua DPC Partai Gerindra Semarang Joko Santoso terlibat keributan dengan kader PDIP Suparjianto karena perkara pemasangan bendera partai.
Joko Santoso tersinggung karena kader PDIP itu memasang bendera partai pimpinan Megawati di area rumahnya tanpa izin konfirmasi terlebih dahulu. Kemudian ia mendatangi rumah pelaku pemasang bendera itu dan terjadi keributan.
Secara internal partai, kata Wachid, pihaknya telah menindak Joko Santoso. Dia telah dicopot dari jabatannya karena melanggar AD/ART Pasal 68 soal etika dan budi pekerti.
Untuk kasus hukumnya, Wachid mengungkapkan pihaknya menyerahkan kepada pihak yang berwajib.
Buntut dari kejadian tersebut, Wachid menuturkan, semua kader harus ikut menjaga kondusivitas jelang Pemilu 2024.
Saat ini tahapan pemilu telah bergulir, beberapa bulan ke depan memasuki tahapan pendaftaran bacapres-bacawapres, penetapan daftar bacaleg, dan kampanye. Sehingga tensi politik otomatis naik.
Menurut Wachid, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah meminta seluruh kader menjaga etika, budi pekerti, dan santun kepada sesama. Seluruh kader diminta menjagaa perkataan. Santun kepada masyarakat. Selain itu juga dilarang menyebarkan isu hoaks dan tidak memancing emosional orang.
"Tujuannya agar Pemilu 2024 tenang," ujar politisi asal Jepara saat dihubungi tribunmuria.com, Senin (11/9/2023).
Dia berharap kader Gerindra bisa memetik pelajaran dari kejadian di Semarang. Ke depan bisa menjaga kondisi di wilayah masing-masing tetap tenang dan aman.
Sementara itu, Joko Santoso menerima “hukuman” yang diberikan oleh majelis kehormatan Partai Gerindra yang menjatuhkan keputusan pemecatan dirinya sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Kota Semarang.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada warga maupun kader dan pendukung atas kegaduhan yang terjadi di lingkungannya pada Jumat (8/9/2023).
“Apa yang saya lakukan ini semata sebagai bentuk loyalitas, tanggungjawab, dan perjuangan sebagai kader Partai Gerindra,” kata Joko Santoso kepada Tribunjateng.com, Minggu (10/9/2023).
Joko berharap, kejadian tersebut tidak terulang di kemudian hari.
Sebagai warga negara yang taat hukum, dirinya akan ikuti proses sehingga akan terlihat apa yang sebenarnya terjadi.
“Saya sebagai kader partai akan taat dan patuh terhadap putusan yang diambil DPP melalui Mahkamah Kehormatan Partai."
"Demikian yang saya sampaikan, sekali lagi mohon maaf kepada Pak Prabowo, pimpinan partai dan semua struktur dan stakeholder partai atas tidak kenyamanan yang saya lakukan,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris DPD Partai Gerindra Jawa Tengah, Sriyanto Saputro menambahkan, bersama Joko Santoso telah mengikuti sidang bersama mejelis kehormatan Partai Gerindra yang digelar melalui zoom di kantor DPD Gerindra Jawa Tengah.
“Patuh terhadap organisasi, mas Joko ini merupakan risiko perjuangan."
"Kami menunggu legal formalnya."
"Di sisi lain, masalah ini tidak menyurutkan Kota Semarang perjuangan untuk kemenangan,” ujar Sriyanto kepada Tribunjateng.com, Minggu (10/9/2023).
Dijelaskannya, terkait dengan masalah hukum yang menimpa Joko Santoso, pihaknya mengedepankan asas praduga tidak bersalah.(*)