TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Warga Kabupaten Demak masih mengalami kekeringan dan kesusahan air bersih akibat El Nino.
Warga Desa Ngaluran, Sunipah mengatakan, sudah 6 bulan mengalami kekurangan air bersih dari dampak musim kemarau panjang di tahun ini.
“Dari pas udah nggak ada hujan itu, sekitar 6 kekeringan. Ini sumur nya nggak ada airnya, rata-rata warga sini pada ga ada airnya semua sumurnya,” kata Sunipah kepada Tribunjateng, Rabu (13/9/2023).
Ia menjelaskan untuk mendapatkan air bersih saja dirinya harus membeli air galon dengan harga Rp 4.000 per galonnya.
“Kalau air bantuan ini habis ya kami beli ke penjual dengan harga Rp 4 ribu per galon,” imbuhnya. .
Sunipah menjelaskan di Desa tersebut sudah terdapat Pam, namun masih banyak warga yang tidak kebagian dalam penggunan air pam tersebut.
“Di ujung Desa ada pam, kalau yang warga sini RT 1 RW 6 itu ga kebagian pam jadi sulit mendapatkan air,” ujarnya
Sebagai informasi tambahan,Dampak musim kemarau membuat beberapa desa di Kabupaten Demak mengalami kekeringan, tercatat saat ini ada sekiranya 108 desa yang mengalami kekeringan hingga kesulitan air bersih.
Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan BPBD Demak, Suprapto mengatakan bahwa ada ratusan desa mengalami kekeringan hingga kesulitan air akibat sumber air sudah tercampur dengan air laut.
Dia menyebutkan seperti di PDAM Wedung yang sumber air baku sudah tercampur air laut, sehingga terpaksa untuk tidak didistribusikan kepada masyarakat.
"Untuk keadaan di Wilayah kabupaten Demak saat ini ada 108 Desa yang mengalami kekeringan dari kemarin ada di PDAM Wedung kehabisan bahan baku yang diolah, karena air bakunya sudah kemasukan rob air laut sehingga jadi asin tidak bisa operasi," kata Suprapto kepada Tribunjateng, Selasa (12/9/2023).
Dia menjelaskan pihaknya telah mencatat ada ratusan desa mengalami kesusahan air.
Dari ratusan desa tersebut kata Suprapto, pihaknya baru bisa mencukupi sebagian desa saja untuk melakukan pengiriman air bersih.
"Sudah kami salurkan di 52 desa dari 13 kecamatan," ucapnya. (Ito)