TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lonjakan harga cabai menjadi komoditas utama penyumbang inflasi di Jawa Tengah pada bulan November 2023. Badan Pusat statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat, inflasi Jateng pada bulan November lalu yakni sebesar 0,49 persen.
Angka inflasi tersebut secara m-to-m lebih tinggi dari bulan Oktober yang tercatat sebesar 0,18 persen.
"Gabungan enam kota di Jawa Tengah, mengalami inflasi m-to-m sebesar 0,49 persen atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 115,80 pada oktober 2023 menjadi 116,37 pada November 2023.
Inflasi secara m-to-m pada November 2023 lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 0,18 persen. Ini ini terjadi utamanya disebabkan karena melonjaknya harga cabai merah maupun cabai rawit," kata Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah Dadang Hardiwan saat konferensi pers secara virtual, Jumat (1/12/2023).
Baca juga: Harga Cabai Merah di Semarang Stabil Tinggi, Keriting Merah Rp 80.000 per Kg
Baca juga: Ugal-ugalan, Pekan Lalu Harga Cabai di Semarang Masih Rp 20 Ribu, Kini Sudah Rp 80 Ribu/Kg
Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah di Pasar Induk Majenang Cilacap Tembus Rp 90 Ribu Per Kilogram
Tercatat, cabai merah menjadi penyebab utama inflasi Jawa Tengah pada November 2023 dengan andil sebesar 0,24 persen. Disusul cabai rawit, memberikan andil sebesar 0,09 persen; bawang merah memberikan andil 0,04 persen; telur ayam ras dengan andil 0,03 persen; dan gula pasir dengan andil 0,02 persen.
Sedangkan beberapa komoditas menjadi penyumbang deflasi, terbesarnya adalah bensin memberikan andil -0,05 persen; daging ayam ras dengan andil -0,01 persen; dan susu air kemasan, beras, serta minyak goreng yang masing-masing memberikan andil di bawah -0,01 persen.
"Inflasi November 2023 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu terkait harga komoditi, terutama harga hortikultura," jelasnya.
Dari enam kota IHK di Jawa Tengah, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Semarang sebesar 0,52 persen dengan IHK sebesar 115,79 diikuti oleh Kota Tegal dan Kota Kudus masing-masing sebesar 0,49 persen dengan IHK masing-masing sebesar 118,20 dan 116,30.
Diikuti Kota Cilacap dan Kota Surakarta masing-masing sebesar 0,42 persen dengan IHK masing-masing sebesar 116,28 dan 118,26; dan inflasi terendah terjadi di Kota Purwokerto sebesar 0,38 persen dengan IHK sebesar 116,88.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,92 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,30 persen.
Kemudian kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,08 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,04 persen; dan kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen.
Sedangkan karena yang sebesar dan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok transportasi sebesar -0,26 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,03 persen; dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,01 persen.
Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dan kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks (relatif stabil).
Sementara itu Dadang menyebutkan, inflasi bulan November 2023 ini lebih tinggi dibandingkan bulan sama tahun lalu yang sebesar 0,15 persen.
"Tingkat inflasi tahun kalender November 2023 sebesar 2,67 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2023 terhadap November 2022) sebesar 3,16 persen," imbuhnya. (idy)