TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengaku terkejut saat sidak ke Pasar Johar Baru, Senin (4/12). Saat bertanya ke seorang pedagang, harga cabai merah ternyata sudah menembus Rp 120.000/kg.
"Wah, yang benar kamu? Rp 120 ribu, mahal sekali jualnya. Belinya dari mana tuh? Biasanya Rp 100 ribu. Enggak ada yang beli itu," ujar Zulhas, ke pedagang cabai itu.
Ia pun mulai waswas akan kenaikan harga cabai belakangan ini, lantaran harga komoditas itu bisa berpengaruh pada angka inflasi. Sehingga, pemerintah akan terus mencari jalan agar harga cabai bisa ditekan.
"Kami terus cari jalan agar cabai ini bisa diatasi, karena akan terpengaruh ke inflasi, walaupun memang setiap Desember begitu (harganya naik-Red)," tutur Zulhas.
Adapun, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta pemda mengawasi kenaikan harga cabai merah. Hal itu disampaikan Tito saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah, di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Senin (4/12).
“Ini betul-betul menjadi perhatian bagi kami, dan saya juga pasti akan mengawasi betul daerah-daerah mana saja yang bisa mengendalikan, mana yang konsisten tidak bisa mengendalikan yang menjadi bahan penilaian,” bebernya.
Tito meminta pengendalian harga cabai merah dapat dilakukan seperti pengendalian beras. Pemda diminta perlu berperan aktif dalam pengendalian harga pangan, tidak hanya mengandalkan kebijakan pemerintah pusat.
Selama ini, dia menambahkan, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah melaksanakan berbagai macam intervensi untuk mengendalikan harga pangan. Seperti penyaluran beras kepada keluarga penerima manfaat, upaya penanganan persoalan stunting, hingga menggelar gerakan pasar murah.
“Nah, inilah yang saya minta tolong untuk rekan-rekan kepala daerah semua melakukan gerakan yang sama. Seluruh daerah (dapat-Red) menggunakan anggaran reguler bansos maupun belanja tidak terduga, bisa juga menggandeng para pengusaha untuk melakukan gerakan pasar murah. Jadi, jual sembako murah, dijual harganya subsidi. Ini juga dapat menekan inflasi,” paparnya.
Selain itu, Tito mendorong stakeholder seperti Bapanas, Kementerian Pertanian (Kementan), hingga Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk lebih fokus dan detail dalam memonitor ketersediaan komoditas pangan di daerah.
“Ini cara mengatasinya saya kira seperti itu. Kemudian tadi ada kegiatan namanya genius, gerakan edukasi beri pangan bergizi siswa, dan juga ada dana dekonsentrasi yang baru terealisasi Rp 85 miliar dari Rp 145 miliar. Tadi sudah dijelaskan beberapa daerahnya. Kalau anggarannya tidak digunakan sayang,” terangnya. (Tribunnews/Rina Ayu Panca Rini)