Berita Semarang

Tak Cuma Budidaya Lele, Pokdadan Mina Lancar Semarang Inovasi Buat Suplemen Ikan

Penulis: Eka Yulianti Fajlin
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kelompok Budidaya Ikan (Pokdadan) Mina Lancar, Siroto, Gunungpati Kota Semarang sukses mengembangkan budi daya ikan tawar, yakni ikan lele.

Tak hanya sekedar budidaya, anggota kelompok masing-masing berperan mulai dari pembibitan, pembesaran, pembuatan pangan, bahkan produksi suplemen ikan. 

Ketua Pokdadan Mina Lancar, Muklis mengatakan, ada 11 anggota yang tergabung dalam Pokdadan Mina Lancar.

Tiga di antaranya fokus pada segmen pembenihan, sedangkan delapan anggota lainnya bergerak pada segmen pembesaran ikan. 


"Di Mina Lancar ada segmen pembenihan, ada pembesaran. Kapasitas berbeda-beda. ada yang yang luas tanahnya, ada yang biasa," tutur Muklis, Senin (4/12/2023). 


Dia sendiri bergerak pada segmen pembenihan. Dalam satu bulan ada sekitar 40 ribu benih yang dihasilkan. Benih tersebut diutamakan dipasarkan kepada anggota kelompok. 


Tak sekedar pembenihan, dia juga memproduksi Prolis, yakni suplemen ikan. Selain berfungsi sebagai suplemen, Prolis juga menjadikan area kolam tidak menimbulkan bau.

Sehingga, kolam ikan lele setiap anggota tidak menimbulkan bau meskipun ada puluhan kolam dalam satu lokasi. 


"Pemasaran suplemen ikan ini sudah ke seluruh Indonesia, kami pasarkan online," ucapnya. 


Lebih lanjut, dari segmen pembesaran, setiap anggota menghasilkan panen dengan jumlah berbeda-beda bergantung luasam kolam. Muklis menyebut, rata-rata setiap bulan panen empat hingga tujuh ton untuk keseluruhan. 


"Setiap anggota memang tidak sama. Ada yang setiap satu minggu panen, ada yang setiap bulan panen. Tapi rata-rata empat hingga tujuh ton. Itu semua anggota," jelasnya. 


Adapun pemasarannya, setiap anggota didatangi langsung oleh tengkulak atau pemborong. Setiap kali permintaan mencapai lima hingga tujuh kuintal. 


"Kadang, tiga hari sudah minta lagi," sambungnya. 


Dalam mengembangkan usahanya, diakuinya, tak seluruhnya lancar. Terkadang, pihaknya pun mengalami gagal panen atau gagal pembibitan. Kegagalan itu yabg menjadi pemacu semangat hingga usahanya kian berkembang. 


Meski sudah berkembang, dia berharap ada perhatian dari pemerintah terkait harga pangan ikan yang mahal.


Sejauh ini, program pemerintah yang sempat diterima berupa bantuan senilai Rp 50 juta per kelompok dan sejumlah pelatihan.

Bantuan yang diterima pada 2015 itu digunakan untuk pengembangan pakan. Dia berharap, ada subsidi bagi para pokdadan.


"Beras sama pakan ikan saja mahal pakan ikan. Harapan kami, ada subsidi seperti berlaku di kelompok tani ada subsidi pupuk. Di perikanan belum ada subsidi," ungkapnya.


Sementara, Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang, Sih Rianung mengatakan, potensi budi daya ikan tawar di Semarang khususnya di daerah atas cukup tinggi.

Dia pun mendorong Pokdadan Mina Lancar bisa terus mengembangkan budidaya agar mendapatkan nilai tambah. 


"Saya ke Mina Lancar melihat langsung kelompok budi daya ikan. Ternyata, pembudidaya di Semarang utu maju. Bisa melakukan pembenihan sampai pembesaran.

Bisa juga memproduksi suplemen untuk ikan dsn dipasarkan secara online se-Indonesia," tuturnya. 


 Pihaknya pun akan terus melakukan jemput bola secara aktif untuk memberikan edukasi kepada para Pokdadan. Termasuk, edukasi pengolahan ikan.

Tak hanya budidaya dan dipasarkan saja, Rianung berharap pokdadan di Semarang bisa melakukan pengolahan hasil panen. Sehingga, ada nilai ekonomi lebih. 


"Saya minta rekan-rekan Dinas Perikanan aktif jemput bola. Jangan menunggu info datang tapi datangi kelompok budidaya ikan," tegasnya. 

Berita Terkini