TRIBUNJATENG.COM, TRIPOLI - Aksi penembakan terjadi di ibu kota Libya.
Sedikitnya 10 orang tewas.
Hal itu dikatakan misi dukungan PBB di Libya (UNSMIL) pada Senin (19/2/2024).
Baca juga: Penembakan di Stasiun Bawah Tanah New York Tewaskan 1 Orang dan Lukai 5 Lainnya
Sementara, beberapa media Libya melaporkan ada belasan orang tewas dalam penembakan pada Sabtu di sebuah vila di distrik Abu Salim di Tripoli, tanpa menyebutkan siapa yang berada di balik pembunuhan tersebut.
Insiden itu terjadi pada peringatan 13 tahun pemberontakan rakyat yang mengakhiri 42 tahun kediktatoran Moamer Kadhafi, yang memicu perang dan kekacauan selama bertahun-tahun di negara Afrika utara tersebut.
Dikutip dari AFP, Misi Dukungan PBB di Libya mengatakan di media sosial X bahwa mereka mengutuk insiden kekerasan di daerah Abu Salim, Tripoli pada 17 Februari yang menewaskan sedikitnya 10 orang.
Abu Salim berada di bawah kendali orang kuat Abdel Ghani al-Kikli, kepala Otoritas Pendukung Stabilitas (SSA) yang dibentuk pada Januari 2021.
SSA menyatakan pada Minggu di Facebook bahwa dua anggotanya termasuk di antara mereka yang tewas.
UNSMIL mengatakan insiden tersebut menyoroti kekhawatiran yang berulang kali dikemukakan oleh ketua UNSMIL Abdoulaye Bathily.
Yakni tentang risiko serius yang ditimbulkan oleh persaingan antar aktor keamanan yang terus mengancam keamanan yang rapuh di Tripoli.
Dikatakan bahwa pihaknya mendesak pihak berwenang Libya untuk memastikan penyelidikan independen, cepat dan menyeluruh atas insiden tersebut dan mencegah tindakan apa pun yang dapat menyebabkan eskalasi dan kekerasan lebih lanjut.
Sementara itu, Direktur Keamanan di Tripoli pada hari Minggu mengumumkan pembukaan penyelidikan kriminal atas kematian tersebut.
Diketahui, Libya dilanda kekacauan politik dan situasi yang tidak aman sejak jatuhnya Kadhafi pada 2011 dalam sebuah revolusi yang didukung oleh NATO. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penembakan di Libya, 10 Orang Tewas"
Baca juga: Ukraina Mulai Kehabisan Amunisi Perang Lawan Rusia karena Bantuan Amerika Tak Kunjung Datang