TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Supply daging sapi nasional hingga kini belum mampu memenuhi demand masyarakat, terlebih menjelang momen Ramadan dan Idulfitri di mana biasa terjadi lonjakan permintaan komoditas itu.
Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID FOOD, Dirgayuza Setiawan menyatakan, konsumsi daging sapi pada periode Ramadan dan Lebaran selalu meningkat dibandingkan dengan kondisi normal. Bahkan, kebutuhan daging sapi bisa naik lima kali lipat saat periode tersebut.
Untuk memenuhi permintaan daging sapi yang melonjak tersebut, menurut dia, ID FOOD Holding BUMN Pangan memenuhinya dengan melakukan impor.
“Tentu timing kapan kami akan melakukan importasi menjadi sangat penting. Kami lihat terutama untuk konsumsi daging di Indonesia cukup unik, di mana di bulan Ramadan dan Lebaran naiknya bisa lima kali lipat dibandingkan dengan konsumsi bulanan pada biasanya,” bebernya, Jumat (29/2).
Dirgayuza menuturkan, tahun ini ID FOOD akan mengimpor 20.000 ton daging sapi dari Brasil dan juga impor sapi hidup dari Australia.
Selain ID Food, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga menugaskan kepada Bulog untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau.
Menurutnya, impor daging kerbau itu sangat membantu masyarakat. Daging kerbau dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, karena harganya lebih murah dibandingkan dengan daging sapi.
“Ini sangat membantu masyarakat. Kenapa? Karena daging kerbau itu harganya Rp 80.000/kg, di mana kalau kita impor daging sapi (harganya-Red) Rp 130.000/kg di pasar ritel,” jelasnya.
Meski demikian, Dirgayuza mengungkapkan, dalam melakukan impor daging diperlukan waktu yang tepat. Sebab, jika impor daging tidak dilakukan dalam waktu yang tepat, maka akan berdampak pada harga.
“Timing menjadi penting, terutama daging. Artinya, kami waktu impor jelas saat Ramadan dan Lebaran,” ucapnya.
Adapun, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menerbitkan Persetujuan Impor (PI) sebanyak 146.243 ton daging sapi untuk kebutuhan tahun ini.
PI tersebut dikeluarkan untuk alokasi kebutuhan impor konsumsi reguler sebanyak 141.142 ton daging, dan kebutuhan industri sebanyak 5.101 ton daging.
Direktur Impor Kemendag, Arif Sulistiyo mengakui khusus untuk alokasi kebutuhan impor konsumsi reguler belum sepenuhnya pelaku usaha mengajukan PI. Pasalnya, kuota impor yang diberikan untuk konsumsi reguler sebanyak 145.352 ton.
"Tapi yang sudah terbit PI hanya sebanyak 141.142 ton. Jadi ini memang belum sepenuhnya pelaku usaha mengajukan PI pada kami," katanya, dalam Rakor Pengendalian Inflasi, dipantau daring, Kamis (29/2).
Adapun, sumber pasokan daging impor baik daging beku maupun lembu (sapi/kerbau bakalan) masih didominasi negara Australia, New Zeland, dan Amerika.
Meski demikian, berdasarkan data Kemendag, hingga saat ini belum ada pelaku usaha yang mendatangkan PI merealisasikan impornya. "Kami terus mendorong pelaku usaha yang sudah dapat PI untuk mengajukan realisasinya," ucapnya.