Ramadan 2024

Kebutuhan Daging Sapi Melonjak Jelang Ramadan, ID FOOD Siap Impor

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang daging sapi di Pasar Bitingan Kudus sedang menyiapkan pesanan, Rabu (11/1/2023).

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Supply daging sapi nasional hingga kini belum mampu memenuhi demand masyarakat, terlebih menjelang momen Ramadan dan Idulfitri di mana biasa terjadi lonjakan permintaan komoditas itu.

Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID FOOD, Dirgayuza Setiawan menyatakan, konsumsi daging sapi pada periode Ramadan dan Lebaran selalu meningkat dibandingkan dengan kondisi normal. Bahkan, kebutuhan daging sapi bisa naik lima kali lipat saat periode tersebut.

Untuk memenuhi permintaan daging sapi yang melonjak tersebut, menurut dia, ID FOOD Holding BUMN Pangan memenuhinya dengan melakukan impor.

“Tentu timing kapan kami akan melakukan importasi menjadi sangat penting. Kami lihat terutama untuk konsumsi daging di Indonesia cukup unik, di mana di bulan Ramadan dan Lebaran naiknya bisa lima kali lipat dibandingkan dengan konsumsi bulanan pada biasanya,” bebernya, Jumat (29/2).

Dirgayuza menuturkan, tahun ini ID FOOD akan mengimpor 20.000 ton daging sapi dari Brasil dan juga impor sapi hidup dari Australia.

Selain ID Food, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga menugaskan kepada Bulog untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau.

Menurutnya, impor daging kerbau itu sangat membantu masyarakat. Daging kerbau dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, karena harganya lebih murah dibandingkan dengan daging sapi.

“Ini sangat membantu masyarakat. Kenapa? Karena daging kerbau itu harganya Rp 80.000/kg, di mana kalau kita impor daging sapi (harganya-Red) Rp 130.000/kg di pasar ritel,” jelasnya.

Meski demikian, Dirgayuza mengungkapkan, dalam melakukan impor daging diperlukan waktu yang tepat. Sebab, jika impor daging tidak dilakukan dalam waktu yang tepat, maka akan berdampak pada harga.

“Timing menjadi penting, terutama daging. Artinya, kami waktu impor jelas saat Ramadan dan Lebaran,” ucapnya.
Adapun, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menerbitkan Persetujuan Impor (PI) sebanyak 146.243 ton daging sapi untuk kebutuhan tahun ini.

PI tersebut dikeluarkan untuk alokasi kebutuhan impor konsumsi reguler sebanyak 141.142 ton daging, dan kebutuhan industri sebanyak 5.101 ton daging.

Direktur Impor Kemendag, Arif Sulistiyo mengakui khusus untuk alokasi kebutuhan impor konsumsi reguler belum sepenuhnya pelaku usaha mengajukan PI. Pasalnya, kuota impor yang diberikan untuk konsumsi reguler sebanyak 145.352 ton.

"Tapi yang sudah terbit PI hanya sebanyak 141.142 ton. Jadi ini memang belum sepenuhnya pelaku usaha mengajukan PI pada kami," katanya, dalam Rakor Pengendalian Inflasi, dipantau daring, Kamis (29/2).

Adapun, sumber pasokan daging impor baik daging beku maupun lembu (sapi/kerbau bakalan) masih didominasi negara Australia, New Zeland, dan Amerika.

Meski demikian, berdasarkan data Kemendag, hingga saat ini belum ada pelaku usaha yang mendatangkan PI merealisasikan impornya. "Kami terus mendorong pelaku usaha yang sudah dapat PI untuk mengajukan realisasinya," ucapnya.

Kondisi kritis

Sementara, Ketua Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Didiek Purwanto menyebut, Indonesia dalam kondisi yang kritis untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumsi daging nasional 2024 sebesar 720.375 ton berdasarkan analisa pemerintah.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), apabila diperhitungkan dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 279.965 jiwa, konsumsi daging sapi per kapita per tahun sebesar 2.57 kg.

Kemudian, data populasi sapi hasil sensus BPS pada 2023 tercatat 11.3 juta ekor dan kerbau sebanyak 470,9 ribu ekor, sehingga kemampuan produksi lokal untuk memenuhi kebutuhan daging nasional di perkirakan hanya 281.640 ton atau 39,1 persen dari total kebutuhan nasional.

Hal itu karena stok sapi dan kerbau yang ada tidak semua dalam kondisi siap dipotong, atau yang bisa diperhitungkan untuk pemenuhan daging adalah sapi jantan dewasa serta betina yang sudah tidak produktif, sementara sapi anakan (pedet), sapi muda, dan betina produtif tidak diizinkan dipotong.

"Dengan demikian secara nasional akan terjadi defisit 453.000 ton, atau setara dengan 2,5 juta ekor sapi potong," katanya, saat dikonfirmasi Kontan, Kamis (29/2).

Berdasarkan prognosa neraca pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), stok awal 2024 untuk daging sapi dan kerbau sebanyak 130.153 ton, dengan produksi dalam negeri sebanyak 422.649 ton, sedangkan rencana impor sepanjang 2024 sebanyak 389.024 ton.

Kemudian, jumlah itu dikurangi kebutuhan daging sapi dan kerbau nasional sebesar 720.375 ton, sehingga diperkirakan stok akhir tahun untuk daging sapi dan kerbau sebesar 221.451 ton.

"Apabila impor tidak dilakukan, maka akan terjadi pengurasan secara besar-besaran sapi lokal, yang akhirnya akan berdampak semakin sulit kita mencapai swasembada daging," ungkapnya. (Kontan/Siti Masitoh/ Lailatul Anisah/Leni Wandira)

Baca juga: Kemendagri Anggap Usulan Pilkada Serentak 2024 Dipercepat Gugur

Baca juga: Mahfud Klaim Punya Bukti Kuat, Tegaskan Bakal Gugat Hasil Pilpres 2024 ke MK

Baca juga: Buah Bibir : Selvi Kitty Jual Tas hingga Emas untuk Menjadi Caleg, Inilah Hasilnya

Baca juga: "Yang Udin Bikin, Palsu Semua" Pesulap Merah Senang Samsudin Ditangkap Kasus Video Tukar Pasangan

Berita Terkini