TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Desa Prambatan Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus bakal dijadikan pilot project pengelolaan sampah terintegrasi di Kota Kretek.
Saat ini di desa tersebut sudah ada gadung pengolahan sampah beserta mesin pemilah dan pencacah sampah berkapasitas kecil.
Sejumlah mesin pendukung untuk mengelola sampah mandiri diusulkan untuk menunjang sistem pengolah sampah lengkap dan terintegrasi.
Baca juga: Alasan Ini, Manasik Haji di Kecamatan Kota Kudus Sengaja Digelar di Bawah Terik Matahari
Supaya masalah sampah di Desa Prambatan Lor dan sekitarnya bisa selesai di tingkat desa. Selanjutnya bisa ditiru oleh desa-desa yang ada di Kabupaten Kudus.
Ketua DPRD Kabupaten Kudus, H Masan menyampaikan, butuh fasilitas penunjang yang dibutuhkan Pemerintah Desa Prambatan Lor melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) setempat untuk mengatasi persoalan sampah.
Di antaranya mesin pemilah, pembersih, dan pencuci sampah berkapasitas besar, mesin pres, hingga mesin pengolah sampah menjadi makanan hewan ternak (pelet).
Beberapa mesin penunjang tersebut dibutuhkan Desa Prambatan Lor untuk menyelesaikan sampah yang diproduksi masyarakat, agar sampah yang diproduksi tidak dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjungrejo yang sudah over load.
Kata dia, usulan tersebut sudah disampaikan ke DPRD, selanjutnya bakal dibahas di pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Kabupaten Kudus agar bisa dianggarkan pembelian alat.
"Kami minta Pemerintah Desa Prambatan Lor segera ajukan proposal pengajuan anggaran yang dibutuhkan. Supaya kami bisa segera bahas di APBD Perubahan," terangnya usai meninjau produksi alat di SMK NU Ma'arif Kudus, Selasa (30/4/2024).
Masan menyebut, anggaran yang dibutuhkan diperkirakan tidak lebih dari Rp 500 juta. Untuk pembelian mesin pengolah, pencacah dan pembersih sampah diperkirakan sekitar Rp 215 juta, sedangkan mesin pres dan pembuat pelet diperkirakan masing-masing sekitar Rp 100 juta.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak SMK NU Ma'arif untuk menghitung kebutuhan anggaran pengadaan mesin sederhana, selanjutnya proses pengadaan mesin bakal dikover dengan bantuan keuangan pemerintah daerah.
Politikus PDI Perjuangan itu menyatakan, SMK NU Ma'arif mampu memproduksi mesin-mesin pengolah sampah berkualitas. Termasuk mesin pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM).
Kata dia, SDM dan teknologi di SMK NU Ma'arif mumpuni untuk menyiapkan teknologi yang dibutuhkan pemerintah daerah.
Nantinya mesin-mesin yang berhasil diproduksi bakal dikolaborasikan menjadi satu kesatuan teknologi yang terpadu.
"Di Prambatan Lor diusulkan mesin pembersih sampah, dan mesin packaging agar sampah bersih dan tidak berserakan, biar hasilnya bisa dijual. Kalau di Sidorekso sudah ada percontohan mesin pengolah sampah plastik menjadi BBM, itu nanti konsep yang lain," ujar dia.
Sebagai Ketua DPRD Kudus, H Masan ingin persoalan sampah tuntas di tingkat desa segera mungkin. Jika perlu sampah selesai di tingkat RT dengan memberikan bantuan operasional dan pemberdayaan.
Sampah yang harus diselesaikan berupa sampah organik dan anorganik. Dengan cara disulap menjadi produk-produk yang mengandung nilai manfaat dan nilai ekonomi.
"Kami akan fokus satu desa dulu. Kami akan coba berikan bantuan keuangan untuk pembelian alat ini, biar nanti jadi contoh. Ketika itu sudah produksi dan berhasil, kita lihat kapasitasnya. Misal kapasitas dalam satu desa per hari bisa mengolah 6 ton, tinggal berkoordinasi dengan desa sekitar, sampah tetangga bisa diolah sekalian," tuturnya.
Masan berharap nantinya akan ada banyak titik pengelolaan sampah terintegrasi di masing-masing TPS desa untuk mengatasi sampah di Kabupaten Kudus.
Pemerintah daerah diminta untuk melakukan intervensi dengan memberikan bantuan keuangan bagi desa-desa yang sudah siap mengelola sampah secara mandiri.
Kepala Desa Prambatan Lor, Teguh Budi Handoyo menjelaskan, saat ini di TPS Prambatan Lor baru ada mesin pemilah dan pencacah sampah berkapasitas satu ton per jam.
Pihaknya membutuhkan mesin pencacah yang lebih besar dengan usulan enam ton sampah per jam.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya mengajukan pengadaan mesin packaging dan mesin pembuat pakan ternak berupa pelet.
Mesin pres atau packaging digunakan untuk mengemas sampah anorganik yang sudah dicacah menjadi barang yang bisa digunakan.
Sementara mesin pembuat pelet diharapkan bisa membantu warga Prambatan Lor dalam memenuhi kebutuhan pakan hewan ternak lebih mudah.
"Kami pemerintah desa sifatnya memfasilitasi. Selanjutnya pengelolaan sampah kami serahkan ke Bumdes," jelasnya.
Baca juga: RSUD dr Loekmono Hadi Kudus Kini Bisa Tangani Wasir Pakai Teknologi Laser
Teguh menyebut, sudah ada beberapa desa seperti Desa Bakalan Krapyak, Prambatan Kidul, Mijen, dan Garung Lor yang sudah berkoordinasi untuk bergabung dalam pengelolaan sampah.
Namun pihaknya belum bisa mengakomodir desa-desa sekitar, menunggu pengadaan alat selesai dan bisa dioperasikan.
"Kami ingin pengadaan alat yang nantinya bisa membantu kebutuhan masyarakat. Seperti contoh mesin pembuat pelet untuk pakan ternak ikan. Supaya produksi sampah mencapai 1,5 ton di Prambatan Lor jadi bermanfaat bagi masyarakat," terang dia. (Sam)