Berita Semarang

LPPM Unnes Sukses Kembangkan Tempe Fortifikasi Daun Kelor sebagai Makanan Sehat

Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LPPM UNNES dalam acara FGD Penelitian Pengembangan Matching Fund tahun 2024 tentang Pemasaran Keripik Tempe dengan Fortifikasi Tepung Daun Kelor untuk Mendukung Siaga Camilan Sehat.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Semarang (Unnes) berhasil mengembangkan inovasi tempe dengan fortifikasi daun kelor, menjadikannya komoditas makanan sehat yang baru. Inovasi ini mendapatkan apresiasi dari Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi Jawa Tengah.

Tempe merupakan produk yang memiliki pasar luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Sebagai salah satu produk tradisional Indonesia, tempe telah lama dikenal sebagai sumber protein nabati berkualitas tinggi dengan banyak manfaat kesehatan.

Selain menjadi bagian dari warisan budaya dan kuliner, tempe juga memiliki potensi bisnis yang besar.

Dengan kreativitas dan inovasi, tempe dapat diolah menjadi berbagai produk menarik dengan nilai jual tinggi. Selain keripik tempe yang sudah umum, beberapa UMKM telah mengembangkan inovasi olahan tempe seperti cokelat tempe, es krim tempe, dan lainnya.

LPPM Unnes mengembangkan inovasi tempe dengan fortifikasi daun kelor. (ist)

Riset Pengembangan Matching Fund 2024 bekerja sama dengan Mitra UKM Podo Senang dan CV. RIT Sekar Sari (RITSS), yang telah memiliki izin edar dari BPOM RI MD, mempromosikan produk pangan sehat ini.

RITSS telah melakukan observasi terhadap beberapa inovasi camilan sehat seperti bakso tempe, otak-otak tempe bandeng, cokelat tempe, dan makanan ringan dari tempe segar yang diolah menjadi keripik dengan tambahan bumbu rempah, telur, dan tepung daun kelor.

Produk ini diharapkan dapat diterima luas oleh masyarakat, terutama karena telah mendapatkan sertifikat halal sebagai makanan ringan siap santap.

UKM Podo Senang Alfiyah, yang dikelola oleh masyarakat sekitar Karang Bolo Ungaran, telah mengembangkan wilayah tersebut sebagai pusat UKM keripik. Pertumbuhan usaha rumah tangga ini menunjukkan potensi besar UMKM di Indonesia untuk berkontribusi lebih besar pada perekonomian.

Menurut tim riset yang terdiri dari Prof. Dr. Siti Harnina Bintari, Indah Fajairini, Ph.D., dan Dra. Endah Prapti Lestari, MM, produk keripik tempe dengan fortifikasi kelor memiliki nilai gizi tinggi dan antioksidan yang memadai untuk kesehatan tubuh.

"Makanan berupa keripik dikemas dalam 150 gram dengan harapan menjadi sumber pangan/camilan yang diandalkan untuk konsumen sehat," ujarnya pada Minggu (19/5/2024).

Prof. Nina menambahkan bahwa kelor memiliki kekayaan luar biasa sebagai fortifikan pangan. Camilan dalam jumlah kecil dapat dikonsumsi untuk memperkuat fungsi pertahanan tubuh, dan penting untuk terus dikembangkan, dipromosikan, dan diproduksi dengan konsumsi maksimal 150 gram per hari.

Prof. Dr. Sucihatiningsih menjelaskan bahwa dalam era industri 4.0 dan tren gaya hidup sehat, olahan tempe memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan dipasarkan secara luas, baik di dalam maupun luar negeri.

"Oleh karena itu, inovasi dan pengembangan produk menjadi sangat penting, terutama dengan bahan baku lokal," katanya.

Melalui Forum Group Discussion ini, diharapkan dapat dihasilkan masukan untuk menyempurnakan pengembangan produksi dan pemasaran keripik tempe dengan fortifikasi tepung daun kelor oleh LPPM Unnes Semarang.

Dengan berbagai inovasi olahan, tempe dapat menjadi produk makanan sehat, murah, bergengsi, berkualitas, dan digemari oleh semua kalangan, mulai dari balita hingga manula, serta mampu bersaing dengan produk makanan impor.(*)

Berita Terkini